Chapter 37

1K 65 6
                                        


Saat Pluem sampai di cafe dia melihat adik dan tunangannya sedang ngobrol dengan asyik. Dia langsung menghampiri mereka. Pluem mencium kepala Nanon lembut kemudian duduk disamping tunangannya. Pluem lalu mencium pipi Chimon. Ohm melihat bagaimana Pluem memperlakukan Nanon dengan lembut. Dia jadi mengerti kenapa Pluem begitu marah saat tahu mereka membullynya.

"Apa yang sedang dibicarakan dua kesayangan abang ini?" tanya Pluem. "Sepertinya sangat seru"

"Abang! Ayo nonton!" ajak Nanon semangat. "Ada film bagus"

"Iya bang." Chimon juga bersemangat. "Pokoknya abang harus menemani kami nonton"

"Baik. Apapun untuk kesayangan abang" kata Pluem. Dia melihat ke sekeliling tapi tidak menemukan Win dimanapun.

"Cari siapa bang?" tanya Chimon curiga. Dia menatap Pluem dengan tajam malah terlihat menggemaskan untuk Pluem

"Mencari Win, sayang." kata Pluem sambil mencubit pipi Chimon pelan. "Posesif banget sih tunanganku ini"

"Biarin!" Chimon mengusap pipinya. "Abang milik Mon. Jadi harus diposesifin supaya tidak ada yang mengganggu"

"Iya sayangnya abang"

Nanon melihat mereka jengah. Abangnya kadang menyebalkan. Melarangnya punya pacar tapi malah bermesraan dihadapannya.

"Abaikan saja Non terus" kata Nanon kesal. Dia menatap Chimon kesal.

"Sorry Non. Bukan maksudku mengabaikanmu" kata Chimon meminta maaf. "Abang bertingkah aneh"

"Kok abang sih sayang" protes Pluem. Pluem mengambil tisu dan membersihkan bibir Nanon yang kotor. "Sudah kuliah tapi makan seperti anak kecil"

"Nanon memang seperti anak kecil bang. Masih suka merengek" kata Chimon menambahkan

"Biarin" kesal Nanon. "Abang! Lihat! Mon mengejek Non" adu Nanon

"Biarkan saja. Adek manisnya abang ini memang masih imut dan menggemaskan seperti anak kecil"

"Dasar tukang ngadu" ejek Chimon main-main

"Abang!!" rengek Nanon

"Sudah." Pluem mengelus kepala Nanon sayang. "Sudah Mon. Jangan goda adek lagi"

"Aku hanya bercanda Non. Jangan marah ya?" Chimon tidak mau sahabat kesayangannya ini ngambek padanya

"Iya. Dimaafkan"

"Terima kasih" Chimon langsung memeluk Nanon sayang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ohm melihat semuanya. Bagaimana manjanya Nanon pada abangnya. Dan bagaimana mereka memperlakukannya. Dia benar-benar menyesal.

"Ohm!" panggil Sing. "Kau yakin mau melakukannya?"

"Ya. Kita harus mendapatkan maaf dari abang Nanon"

"Tapi kau tidak bisa tinju" kata First ragu. Dia hanya tidak mau Ohm terluka

"Aku bisa berlatih" kata Ohm yakin. "Tenang saja. Aku akan baik-baik saja" Ohm menenangkan Sing dan First. Untuk bisa mendekati Nanon dia harus mendapat maaf dari abangnya Nanon.

"Kami cuma bisa mendukungmu" kata Sing menepuk bahu Ohm.

"Ayo hampiri mereka"

Lalu mereka berdiri. Mereka menghampiri meja Nanon. Chimon menatap Ohm sinis. Dia tahu tujuan Ohm dan teman-temannya menghampiri mereka. Sementara Nanon cuma acuh saja. Dia sudah memperingatkan.

"Ada apa?" tanya Pluem

"Kak Pluem kami minta maaf karena sudah menjadikan Nanon taruhan dan juga membullynya" kata Ohm tegas. Dia harus terlihat tegas agar abangnya Nanon percaya kalau mereka benar-benar menyesal. Walaupun sebenarnya dia sangat gugup berhadapan dengan abangnya Nanon. Tapi dia harus mendapat maaf dari abangnya Nanon supaya bisa mendekati Nanon. Dia akan berusaha.

Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang