Chapter 28

1.1K 71 10
                                    


Keesokan harinya Nanon bangun dengan perasaan yang tenang. Saat melihat sekeliling dia melihat abangnya sedang tersenyum hangat padanya. Sekarang dia ingat semuanya. Dia ingat betapa dia sudah merepotkan abangnya ini. Bahkan abangnya harus membatalkan beasiswa yang susah payah dia dapatkan hanya untuk menjaganya. Mengingatnya membuatnya merasa sangat bersalah. Pluem yang melihat adiknya murung jadi khawatir. Dia langsung mendekat dan mengusap kepala Nanon

"Ada apa? Ada yang sakit? Adek pusing?" tanya Pluem cemas

"Non tidak apa-apa" jawab Nanon sambil menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa murung? Ada yang adek pikirkan?" tanya Pluem hati-hati. Adiknya tiba-tiba saja murung itu membuat Pluem khawatir

"Maafkan Non bang" kata Nanon pelan yang malah membuat Pluem bingung. Adiknya minta maaf untuk apa. Nanonnya sama sekali tidak punya salah padanya. Justru dialah yang salah karena sudah gagal melindunginya hingga kejadian buruk itu bisa terjadi pada adiknya

"Minta maaf untuk apa?" tanya Pluem heran.

"Maaf karena sudah merepotkan abang selama ini. Maaf karena Non abang jadi membatalkan beasiswa abang ke Amerika" Nanon menangis karena dirinyalah Pluem sudah banyak berkorban. "Padahal abang sudah berjuang keras untuk mendapatkan beasiswa itu. Tapi karena Non....karena harus menjaga Non abang harus...."

Pluem tersenyum lalu menyentil kening Nanon pelan. Bagaimana bisa adiknya itu berfikir seperti itu. Lalu Pluem mengusap kening Nanon lembut kemudian mencium keningnya

"Non tidak harus minta maaf apapun pada abang. Abang tidak pernah merasa direpotkan. Dan soal beasiswa itu. Alasan abang berjuang untuk mendapatkan beasiswa itu adalah Nanon. Jadi untuk apa abang pergi jika tidak bisa membawa adek manis abang ini kesana?"

"Non?"

"Ya. Non pasti lupa. Saat kita sedang membicarakan dimana Non akan SMA Non bilang ingin merasakan SMA di Amerika. Cuma karena melihat film. Non bilang SMA di Amerika pasti menyenangkan karena tidak perlu pakai seragam. Jadi saat ada program beasiswa kesana abang berusaha mendapatkannya. Semua yang abang lakukan ini cuma untuk Non."

Nanon langsung menangis histeris dan memeluk Pluem dengan erat. Dan pluem cuma bisa menenangkan adik manisnya ini

"Terima kasih abang. Non sayang abang!"

"Abang juga sangat menyayangi Nanon. Kesayangannya abang. Adik abang yang manis dan menggemaskan" mengusap kepala Nanon lembut. Pluem melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Nanon dengan kedua tangannya dan mengusap air mata Nanon dengan jempolnya.

"Jangan menangis lagi. Kesayangan abang cuma pantas tersenyum. Tidak boleh ada air mata lagi"

"Iya! Non janji! Non tidak akan menangis. Non akan selalu tersenyum untuk abang, kakak, ayah dan bunda!" kata Nanon dengan gembira. Dia akan selalu tersenyum. Untuk keluarganya

"Ini baru kesayangan abang" Pluem menepuk kepala Nanon pelan dan dibalas dengan tawa ceria Nanon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tanpa mereka tahu TayNew dan Frank sudah berdiri di depan ruangan Nanon dan mendengarkan pembicaraan mereka.

"Putra kecilku Tay"

"Nanon kita akan kembali seperti dulu lagi."

"Ya putra manjaku. Putraku yang egois. Aku tidak sabar menunggu dia akan merengek menginginkan sesuatu"

"Frank akan masuk. Frank tidak rela abang memonopoli Non"

Mendengar itu TayNew cuma bisa tertawa. Frank memang selalu iri jika Pluem selalu mendapat perhatian dari Nanon. Lalu mereka masuk

"Abang! Lepasin adek!" teriak Frank

"Kenapa harus?!" Pluem malah semakin memeluk Nanon erat. Dan Nanon membalasnya tidak kalah erat

Forget YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang