Pukul sepuluh malam, Edgar menunggu Vania yang sedang berada di kamar mandi.
Tak berselang lama, sosok yang Edgar tunggu-tunggu pun akhirnya muncul juga, Seketika hal itu membuat sudut bibir Edgar tertarik membentuk lengkungan.
"Lama sekali, kamu mandi?" tanya Edgar sambil menatap Vania.
Vania menggeleng. "Enggak lah, Mas. Aku kan gak pernah mandi malam-malam begini.”
"Oh iya, Mas Edgar gak pengen mandi? Biasanya Mas selalu mandi sebelum tidur," ujar Vania bertanya.
Gadis itu kini telah berada di sebelah Edgar, menatap sosok di hadapannya dan menunggu jawaban dari sosok tersebut.
"Gimana caraku mandi, Vania? Tadi saja cuma dilap-lap sama kamu," kata Edgar dengan wajah pasrah.
"Terus sekarang Mas pengen mandi gak?" tanya gadis itu lagi dengan polosnya.
Edgar manggut-manggut Layaknya seorang bocah berusia 5 tahun yang baru saja dituruti keinginannya.
"Kalau gitu tunggu sebentar ya, Mas, aku ambil handuk dan air hangatnya dulu." Edgar kembali menganggukkan kepalanya disertai senyum yang mengembang di bibirnya.
Gadis itu pun melenggang pergi, mengambil segala keperluan untuk menyeka tubuh suaminya, setelah dapat, Vania membawa benda-benda yang dia butuhkan tadi ke kamar.
Vania meletakkan wadah berukuran sedang yang berisi air hangat ke atas nakas, lengkap dengan handuk kecil yang lembut.
Hal pertama yang dia lakukan adalah membuang perasaan gugup yang menyerang sejak sebelum kakinya melangkah mendekati kamar.
Lalu gadis itu memberanikan diri untuk mendekati suaminya yang sudah beranjak duduk.
Selanjutnya, gadis itu menjulurkan tangan meraih ujung kain dari kaos yang Edgar kenakan, lalu menariknya ke atas hingga kaos itu terlepas.
Langkah selanjutnya Vania menjauh untuk mengambil kain yang sudah dia rendam dengan air hangat tadi, memerasnya, kemudian kembali mendekat pada Edgar.
Vania pun mulai menyeka tubuh suaminya dengan telaten. Perlakuan lembut yang gadis itu lakukan membuat hati Edgar menghangat.
Melihat wajah serta tatapan Vania yang terlihat sangat teduh sungguh membuat Edgar merasa tenang.
"Sebelah sini, Vania," ucap Edgar ketika Vania hendak menyudahi kegiatannya. Lelaki itu menunjuk bagian punggungnya.
Vania mengernyit. "Itu kan sudah, Mas,” balas Vania merasa bingung.
"Masa sih?" Edgar memasang wajah tak percaya. Entah dibuat-buat atau tidak, tapi Vania merasa lelaki itu sedang berakting saja
"Iya, Mas," ucap Vania.
"Tapi aku masih merasa lengket di bagian sana, Vania, Kamu seka sekali lagi ya," pinta lelaki itu bersikukuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Pembantu CEO Tampan
Teen Fiction→Habis Baca Jangan Lupa Vote← 📍Jangan liat dari covernya baca dulu ceritanya di jamin seru📍 ini semua terjadi karena satu kesalahan yang Vania lakukan pada Edgar. kesalahan yang berawal dari kesalahan pahaman sebenarnya. tetapi karena kesalahan it...