Di atas puncak Gunung Merapi, terlihat sebuah istana gaib yang dijaga oleh banyak pasukan jin wanita. Mereka nampak dipersenjatai berbagai macam senjata tajam seperti pedang, tombak, dan semacamnya.
Namun, Mak Lampir beserta dua raksasa yang mendampinginya dapat dengan mudah menembus pasukan itu dan menerjang masuk ke dalam.
Di aula istana, Nyi Gadung Melati mendengar suara keributan yang mendekati ruangan tempatnya berada sekarang. Ia tahu bahwa Mak Lampir akan segera tiba di sana, untuk itu ia sudah mempersiapkan prajurit terbaiknya untuk membantunya bertarung.
Boom!
Pintu ruangan pun meledak, menimbulkan gumpalan asap di sekitar area ledakan. Dari balik kepulan asap itu, muncullah Mak Lampir bersama dengan dua raksasa pendampingnya.
"Akhirnya kau tiba juga, Lampir!" ucap Nyi Gadung Melati, dengan nada dingin.
"Hahahaha, tentu saja aku kembali ke sini untuk merebut buku di tanganmu itu! Padahal aku ini adalah murid kesayanganmu, aku selalu menghormatimu sebagai guru, tapi hanya karena aku meminta buku itu kamu malah membuangku? Itu benar-benar membuatku bingung sekaligus muak denganmu, Gadung Melati!" ujar Mak Lampir, sembari menatap tajam pada gurunya di masa lalu.
"Aku membuangmu bukan hanya karena kamu meminta benda ini, tapi alasan utamanya karena sifat burukmu yang tak pernah hilang darimu. Kamu adalah orang yang serakah, pendendam, dan egois. Mana mungkin aku memberikan buku ini padamu?!" balas Nyi Gadung Melati.
"Tapi, satu hal yang membuatku sangat kecewa padamu. Kamu nekat diam-diam ingin mencuri buku ini dariku. Hal itu tentu sangat membuatku sangat kecewa, hingga dengan sangat terpaksa aku membuangmu dari tempat ini," jelas sang Guru pada Mak Lampir.
"Padahal belum tentu apa yang akan kulakukan nanti akan berpengaruh buruk pada dunia ini. Tapi, kamu bahkan tak percaya padaku, murid kesayanganmu dulu!" sahut Mak Lampir, sembari bersiap untuk bertarung melawan sang guru.
***
Sementara itu, tampak Agni dan Geni sedang bertarung sengit melawan duo Eyang Merapi di udara.
Nampak dua buah sayap di punggung duo Banaspati, memudahkan mereka untuk bermanuver di udara, menghindari setiap serangan dari duo Eyang Merapi.
Sesekali, duo Banaspati itu juga membalas serangan, menciptakan benturan kekuatan api di udara, sehingga meningkatkan hawa panas di area itu.
Kemudian, mereka berempat langsung mendarat di sebuah tanah lapang yang agak jauh dari lokasi pertempuran pasukan gaib.
Tanpa membuang waktu lama, Agni segera menciptakan dua buah keris dan kembali menerjang maju menghadapi Eyang Rama, yang juga menggunakan keris untuk bertarung.
Sedangkan Geni, pemuda itu mengumpulkan energinya pada kedua kakinya. Kemudian ia melesat maju untuk bertarung melawan Eyang Permadi.
Pertarungan jarak dekat antara 4 pengendali kekuatan api pun terjadi. Nampak kilatan-kilatan jingga layaknya lidah api yang menjalar saling beradu serangan, membakar area lingkungan di sekitar mereka.
"Lumayan juga kemampuan kalian berdua, apa saja yang telah diajarkan Lampir pada kalian?" tanya Eyang Rama, sembari memuji duo Banaspati bersaudara.
"Sejak dulu, kami diajarkan untuk terus bertarung hingga menang!" balas Agni, sembari terus melancarkan serangan.
Ternyata kemampuan Agni dan Geni sekarang sudah cukup hebat, hingga berhasil mendesak duo Eyang Merapi. Bahkan mereka berdua sampai terpukul mundur oleh serangan gabungan dari dua bersaudara itu.
"Sial, kalian berdua kuat juga!" ujar Eyang Permadi.
"Tapi itu saja masih belum cukup, kami masih jauh lebih kuat daripada ini!" lanjutnya lagi, sembari mengeluarkan dua buah keris seperti partnernya.
Sesaat kemudian, tampak aura berapi menyelimuti tubuh kedua sosok Eyang Merapi itu. Terasa intensitas energi mereka meningkat drastis, bahkan hawa panasnya langsung meleburkan seluruh pepohonan disekitar tempat itu.
Secara perlahan, nampak semacam corak api layaknya tato muncul di tubuh dan wajah Eyang Merapi, sorot mata mereka menatap tajam pada Agni dan Geni yang sedang diam terkejut melihat transformasi itu.
Agni dan Geni tentu saja merasa waspada dengan peningkatan kekuatan lawan mereka. Sehingga mereka berdua segera memasang sikap siaga, siap untuk kemungkinan terburuk.
Lalu secara bersamaan, dua Eyang Merapi itu melesat maju dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat duo Banaspati tak sempat bereaksi.
Akhirnya, dengan memanfaatkan keris di kedua tangannya, para Eyang Merapi itu langsung menyabetkan kerisnya dengan bertubi-tubi ke arah Agni dan Geni, membuat dua sosok banaspati itu tak mampu membalas serangan.
Slash!
Agni dan Geni pun berhasil ditumbangkan dengan mudah, dalam kondisi tubuh yang terpotong-potong. Tubuh mereka kini jatuh terkapar di bawah kaki dua Eyang Merapi.
"Kalian berdua luar biasa, sayang sekali kita harus menjadi lawan. Kalo saja ada kesempatan, maka kalian berdua akan kurekrut menjadi pasukanku!" ucap Eyang Rama, yang kemudian segera bergegas pergi, diikuti oleh Eyang Permadi.
Sret!
Kedua Eyang Merapi itu pun langsung menghentikan langkah kaki mereka, begitu mereka mendengar suatu suara pergerakan dari arah belakang mereka.
Mereka berdua pun menengok ke belakang, sorot mata mereka terbelalak melihat Agni yang kini telah berdiri dalam posisi yang agak membungkuk.
Secara perlahan, luka sabetan keris dua Eyang Merapi itu mulai sembuh, akibat kemampuan regenerasi yang Agni miliki.
"Ah, ternyata Banaspati memiliki kemampuan regenerasi ya? Bakalan jadi repot deh!" keluh Eyang Permadi.
Agni hanya tersenyum menyeringai mendengar kata-kata Eyang Permadi, hal itu tentu membuat Eyang Rama jadi curiga.
"Nak, aku baru ingat bahwa Banaspati itu memiliki wujud seperti bola api. Tapi wujud kalian ini seperti manusia, apa jangan-jangan tubuh kalian itu buatan?" tanya Eyang Rama, mencoba memastikan.
"Hah? Emangnya kenapa kalo buatan? Itu gak akan mempengaruhi pertarungan ini kan?" sahut Eyang Permadi dengan heran.
"Tidak, kalo benar tubuh itu buatan, maka seharusnya anak ini sama sekali tak merasakan rasa sakit akibat serangan kita, karena tubuhnya itu palsu!" balas Eyang Rama, membuat Eyang Permadi terperanjat mendengarnya.
"Ah, aku bisa mengkonfirmasi bahwa itu benar. Tubuh kami ini memang dibuat dari sihir kami, dan kami memang tak merasakan rasa sakit. Selain itu, kami juga bisa menyerap serangan..." ujar Agni, sembari menyeringai. Sementara Geni, kini juga ikut bangkit dan berdiri di samping Agni.
"Kurang ajar, mereka harus dimusnahkan secepatnya, kalo tidak bisa berbahaya bagi kita!" seru Eyang Rama dengan panik, sembari melesat maju untuk kembali bertarung.
Namun secara tiba-tiba, Agni juga ikut melesat dan menabrakkan dirinya tepat ke arah Eyang Rama.
Ledakan dahsyat pun terjadi, membuat Eyang Permadi terperanjat melihatnya.
Tak lama kemudian, ledakan itu langsung tersedot ke dalam satu titik. Lalu saat ledakan itu lenyap, tampak Agni sedang berdiri tegak dalam kondisi yang sangat fit, sementara Eyang Rama telah terkapar di tanah.
"Eyang Ramaaa! Apa yang kau lakukan bocah tengik?!" ujar Eyang Permadi dengan panik.
"Aku hanya menyerap energinya saja kok, ngomong-ngomong energi orang itu cukup kuat, lalu bagaimana dengan energimu ya, Eyang Permadi?" jawab Agni, sembari tersenyum menyeringai sambil menatap mangsa yang tersisa di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...