🍃JUARA 1🍃
Anggun SetiyaniGemercik air terdengar sangat jelas di telinga sang pria yang sedang berdiam diri dalam sebuah perpustakaan sekolah, sebenarnya sekolah telah dibubarkan hampir 3 jam lalu. Namun, entah karena hal apa, remaja pria ini enggan untuk keluar dari ruangan tersebut.
Ataria Humam Saputra, pria kelahiran Indo-Jepang dengan wajah putih, bibir merah menyala, sayangnya ketampanannya tertutupi oleh kacamata besar yang menggantung di atas matanya. Mata yang bening tersebut bergerak menelusuri setiap rak buku, hobi dari kecil yang tak pernah bisa dihilangkan, yaitu membaca buku sejarah yang tebalnya minta ampun ini, hal itu masih terus berjalan sampai sekarang.
Klotak!!
Gerakan matanya terhenti ketika mendengar sebuah suara gemertak di belakang rak buku besar, dengan ragu dan rasa penasaran yang merajalela di dalam benaknya, Humam berjalan menghampiri rak buku tersebut.
Tak disangka, Humam melihat satu tombol di belakang sebuah buku kuno yang terlihat belum tersentuh sama sekali, kebetulan keadaan Perpustakaan saat ini memang sangat sepi. Bahkan, penjaga perpustakaan pun menyerahkan kunci perpustakaan pada Humam.
Dengan gerakan cepat, Humam mulai mengambil buku kuno tersebut, betapa kagetnya saat Humam membuka buku tersebut. Bukan lembaran kertas yang berisi coretan tinta yang ia lihat, melainkan sebuah kertas tebal yang membentuk cekungan cap tangan. Dengan ragu Humam menyatukan tangan kirinya dengan buku tersebut, Yap!! Pas!! Benar-benar terasa menyatu cekungan itu dengan tangan milik Humam.
Tak menunggu waktu lama, rak buku tersebut mulai terbalik dan menampakan sebuah pintu kuno besar dengan lubang membentuk sebuah buku yang di pegang oleh Humam. Dengan yakin Humam memasukkan buku yang dipegangnya ke dalam lubang tersebut. Tanpa disangka, pintu tersebut bergetar hebat, keringat dingin mengucur di tubuh Humam, perasaan was-was tak bisa di elakkan.
Tak lama pintu tua itu mulai membuka secara perlahan, dengan langkah yakin Humam mulai masuk ke dalam ruangan tersebut.
Rasa takut sangat menyelimuti diri Humam saat jeritan seorang perempuan terdengar histeris di telinganya, mata Humam menyelidik seluruh ruangan. Tak ada satu pun penghuni dalam ruangan tersebut namun....
Brak
Suara pintu yang terbanting entah karena apa, menggema di seluruh ruangan.
Dengan tubuh gemetar, Humam mulai masuk dalam pintu tersebut. Suara isak tangis mulai menderu lebih jelas di telinganya, mata indah menelusuri setiap inci ruangan tersebut, hingga matanya terhenti pada satu titik. Terlihat jelas seorang perempuan tengah menunduk dengan pakaian sekolah, dengan rambut panjang yang tergerai. Tak ada kata menyeramkan, hanya ada suara dan aura dingin yang mendominasi keadaan ini. Satu hal yang menjadi tanda tanya di pikiran Humam yaitu, "Kenapa ada banyak buku kuno, pena, dan berbagai alat tulis?".
Humam melamun, namun lamunannya buyar ketika terdengar suara perempuan menyapanya.
"Hai, Humam," kata perempuan tersebut dengan nada rendah nyaris tak terdengar.
Humam sangat terkejut ketika sosok perempuan itu mengetahui nama dirinya. "Hai, bagaimana kau tahu namaku?" tanya Humam sedikit hati-hati.
"Kau adalah penghuni setia perpustakaan ini, saya tahu kamu ingin menerbitkan sebuah buku, dan saya tahu kamu telah menulis beberapa naskah dan selalu ditolak oleh pihak penerbit, " jelas perempuan tersebut masih dalam keadaan merunduk.
Humam membelalak, pupilnya membesar seperti ingin keluar. "Ba-bagaimana kau tau apa yang kuinginkan?!!" pekiknya.
"Tak perlu kau tanyakan itu. Kemarilah, ada sesuatu yang ingin kuberitahu kepadamu," ajak perempuan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...