~ Amira Mazaya ~
Benar! Karma dan penyesalan selalu datang di akhir kesalahan. Dan, ini yang sekarang ku dapatkan. Tapi, ini bukan kesalahanku sepenuhnya. Karna maaf, saat itu aku masih terlalu kecil yang dengan pemikiran dangkalnya mengambil tindakan tanpa mendengar penjelasan.
Aku yang belum bisa memahami dan mengerti serta kecewa membuat janji konyol yang justru kulanggar dengan sendiri. Kamu tidak salah! Aku yang salah! Karna kejadian itu yang membuat mataku tak memandang kalian dengan baik.
Maaf. Maaf. Maaf. Itu yang hanya bisa kuucap. Kini engkau sudah berbahagia setelah semua perjuangan sia-siamu padaku. Dan saat ini adalah waktuku untuk menerima hasil perbuatanku dulu.
Kini, biarkan masa yang membayar perbuatanku dengan semua kutukan dari kalian. Biarkan aku tenggelam dalam dosa- dosa di masa lalu. Terima kasih karna t’lah hadir dan semoga kau bahagia dengan apa yang kau punya.
Dariku tentang kamu, dan inilah kisah kita.
~000~
Malam semakin larut. Tapi ini tidak menghalangi pemuda yang satu ini pergi mencari kesenangan diri. Kuda besi hitamnya berlari kencang di jalan yang mulai sepi menuju rumah kekasih barunya itu. Tepat, saat ia sampai di depan rumah sederhana sesuai alamat yang dikirim kekasih barunya itu. Dari halaman rumah tersebut seorang wanita dengan pakaian nyentriknya berlari dengan terseok-seok. Sepertinya ia sedikit kesusahan karna hels yang dia pakai terlalu tinggi. Tidak taukah dia akan dibawa oleh pemuda yang satu ini.
Oh iya! Sepertinya pemuda ini belum memperkenalkan diri pada kalian. Perkenalkan, Kim Seokjin namanya. Ia adalah remaja pria dengan kharisma yang memikat yang mampu membuat kaum hawa menjerit-jerit tertahan saat bertemu dengannya. Padahal kan ia bukan maling, huh lupakan. Ia itu masuk kategori cowok-able banget. Cewek mana sih yang gak mau sama dia. Ganteng iya. Pintar iya. Pelukable banget. Hah! Susah deh pokoknya deskripsiin dia. Ia terlalu sempurna untuk di deskripsikan. Tidak! Tentu tidak ada yang sempurna di dunia ini. Termasuk Kim Seokjin. Ia juga memiliki kekurangan tapi, ia tidak akan memberitahu kalian kecuali ada yang mengecup pipinya.
“Sayang!” Wanita itu memeluk pinggangnya dengan posesif.
“Kamu kok lama banget sih?! Aku udah lama nungguin tau!”
Seokjin tidak merespon apapun membuat wanita dibelakangnya kesal.
“Sayang!!!! Aku nanya sama kamu lho!!! Kok gak kamu jawab sih?!?!”
Seokjin tidak bisa menahan lebih lama lagi. Dengan murka ia menolak tubuh wanita seusianya itu ke belakang yang membuat wanita itu terjatuh dengan tidak elitnya.
Brukk...
“Awh!!!”
“Lo! Udah gue terima baik-baik malah ngelunjak. Emang yah, semua cewek tuh sama aja. Kita PUTUS!”
Seokjin sudah tak tahan. Dengan muka padamnya ia langsung membawa kuda besinya menjauh dari rumah tersebut dengan kecepatan diatas rata-rata. Membuat beberapa orang yang juga sedang membawa kendaraan terusik dan kesal dengan remaja itu. Tapi, apa pedulinya Seokjin pada mereka yang memakinya. Toh selama ini gak ada yang benar-benar peduli sama dia. Kalaupun ada yang peduli paling Cuma buat numpang tenar atau biar ditraktir sama Seokjin. Tapi, hal itu gak berlaku sama sahabatnya yang satu ini.
Drtt... Drtt...
“Apa?!”
“Wes! Santai bro! Lagi dimana lo? Gak kesini? Oh, lo lagi sama si siapatuh namanya. Eum, Taeyeon yah? Ya! Si Taeyeon! Lo sama Taeyeon?”
“Gue capek. Dan lo jangan bahas-bahas lagi tuh cewek.Udah kelar dia!” Ucap Seokjin dengan teriak tertahan pada si penelpon, sahabatnya itu.
“ Oh. Tapi jangan ngegas juga donk. Aqu ini sahabatmu lho maz!”
“Jijik njir. Bilang apa?”
“Ah elo. Gak bisa basa basi. Karna, elo udah basi. Hahahaha!” Taehyung, si penelpon juga sahabat ter-baiknya Seokjin itu tertawa dengan kerasnya.
“Itu sungguh memekakkan, bodoh!” Umpat Seokjin tertahan, batinnya.
“ Tiga detik, mati!” Telak Seokjin pada Taehyung.
“Eh, jangan! Gue ada nasihat nih buat lo. Nih yah, gue kan gak pernah tuh ngelarang lo selama ini buat, ya itulah. Tapi gue baru denger-denger nih di sosmed. Katanya kalau lo sering ngelakuin tindak kriminal nanti lo kena azab! Hih, serem tau!”
“ Gue gak peduli dan gak bakal percaya. Kata-kata lo meragukan.”
~000~
Matahari terus menyinari bumi sambil merangkak ke atas. Seokjin masih terlelap diatas kasurnya dengan damai. Tidak sama sekali terusikkan dengan alarm yang berbunyi secara terus-menerus tanpa henti. Bunyi alarm itu sepertinya menjadi lagu yang menghantarkan tidur Seokjin lebih nyenyak. Tadi malam adalah malam yang terlalu lelah baginya hingga tak sadar waktu terus berjalan.
“Hoem. Jam berapa sekarang?”
Seokjin menggosok matanya sambil berusaha mengambil handphonenya di nakas. Alangkah terkejutnya Kim Seokjin sampai ia hanya mencuci muka dan berganti pakaian sekolah lalu pergi tanpa mandi. Kuda besi langsung menembus jalan sepi. Hanya sepuluh menit, Seokjin sudah sampai di depan pagar sekolah tetapi, tentu ia terlambat. Ini sudah jam 10:10! Bahkan guru piket sudah tidak berdiri tegak untuk menanyakan alasan terlambat yang tetap saja ditolak keras. Mau memanjat? Bagaimana bisa! Semua dinding pagar bagian atas sudah di tambah besi tajam nan runcing dengan tambahan aliran listrik dan itu yang membuat ia jadi kehilangan akal untuk masuk ke pekarangan sekolah. Hal ini bukan kali pertama ia terlambat. Tapi, untuk kali ini ia tidak punya cara. Seokjin hanya bisa menghela napas lelah. Menunggu dan berharap ada guru atau satpam yang berbaik hati membukakan pagarnya tanpa harus ada hukuman.
“Andai saja ada.” Batin Seokjin berkata.
“Ada kok.” Sebuah suara mengejutkan Seokjin. Ia melihat sekelilingnya mencari sumber suara. Takut-takut suara yang ia dengar bukan dari manusia.
“Hei! Aku disini!” suara itu terdengar lagi. Dan kali ini Seokjin menangkap si pemilik suara yang berada tepat di depannya. Juga dengan pintu pagar sekolah yang terbuka.
“Ayo masuk!” Ucap sosok gadis tersebut. Tapi tampaknya Seokjin sedikit ragu.
Gadis itu tersenyum. Ia tahu. Cowok itu sedikit ragu kepadanya tapi tak masalah, ia akan meyakinkan cowok itu.
“Oke! Namaku Kim Ji-Soo. Kamu bisa panggil aku Jisoo. Aku juga sekolah disini dan aku sepertinya sekelas dengan kamu. X IPA-1 bukan, Jin? Jisoo janji gak akan bilang kamu sama guru jadi, sekarang ayo masuk!” Ajak Jisoo bersemangat.
Seokjin sedikit tak suka ketika gadis tersebut memanggilnya dengan nama belakangnya. Tapi, sepertinya gadis itu memang niat untuk membantunya. Dilihat dari penampilannya, gadis itu sangat cupu dan biasanya gadis cupu tidak akan berbohong apalagi kepada Seokjin, pria yang kalau kejam tidak main-main. Baiklah, sepertinya Seokjin akan meminta bantuan pada gadis itu. Ralat, gadis itu yang memberi bantuan padanya dan dengan pura-pura terlihat terpaksa Seokjin menerimanya. Terpenting gadis itu tidak membohonginya.
“Oke! Tapi, jangan main-main sama gue!”
Jisoo tersenyum senang. Menampakkan deretan gigi putihnya. “ Yaudah, yuk masuk. Tapi motornya jangan dibawa!”
Seokjin menaikkan satu alisnya. Ia tak mengerti dan itu mengundang gelak tawa bagi Jisoo. Seokjin semakin tak mengerti dengan gadis ini. Ia sedang tidak berbicara dengan gadis gila kan?
“ Maaf ya aku ketawa. Kamu jangan mikir aku gila, aku masih waras kok. Oh iya, aku larang kamu bawa motor masuk karna kamu pasti gak munkin dorong motornya. Kamu pasti bakal hidupin mesin motrornya. Kalau kayak gitu nanti kedengaran sama guru atau satpam gimana? Kan kamu lagi gak pengen dihukum. Jadi, kamu letakkan motornya di warung itu aja. Oke!”
Iya juga sih, pikir Seokjin. Tapi, kok cewek itu bisa tau kalau Seokjin sempat berpikir bahwa gadis itu gila? Tapi, sudahlah. Ia akan pikirkan nanti.
~000~
Seokjin, ia berhasil sampai di kelas saat jam istirahat tanpa ketahuan oleh guru juga satpam dan itu juga karna dibantu gadis aneh tadi. Sepertinya Seokjin salah menilai. Ternyata cewek ini cukup cerdik dan aneh tapi unik. Seokjin menyukainya. Tidak! Seokjin hanya akan berterima kasih pada cewek tadi. Tapi, Seokjin binggung harus memulai darimana.
“Udah, gausah binggung. Ngomong aja langsung. Panggil aja aku Jisoo.” Ucap cewek itu.
Setelah menggumpulkan keberanian “Ma—Makasih,Jisoo.” Seokjin berterima kasih pada cewek untuk pertama kalinya. Wow, luar biasa.
“Hahaha! Sama-sama. Aku mau ke kantin. Jumpa lagi.”
Dan, setelah itu Seokjin tersenyum melihat punggung cewek yang semakin menjauh. Cewek itu tidak seperti cewek yang ia temui kebanyakan. Ia tidak meminta imbalan apapun pada Seokjin. Cukup berbeda, pikir Seokjin. Dan, karna itu saat jam pelajaran Seokjin terus melamun dengan ekspresi tersenyum lalu murung. Hal itu tentu mengundang rasa penasaran bagi teman sebangkunya juga sekaligus sahabatnya, Taehyung.
“Kebakaran!!!” Teriak Taehyung tepat di telinga Seokjin.
Seokjin terkejut tapi ia bisa mengatur mimik wajahnya setenang munkin dan ini juga salah satu kelebihannya.
“Gak lucu!”
“Y gak lucu lah. Kan gue bukan pelawak.”
“Garing.”
“Hih! Kesel gua njir sama lu.”
“Yaudah!”
Seokjin langsung beranjak dan pindah ke tempat duduk paling belakang yang kosong. Padahal ada seorang cewek yang duduk di situ dan cewek itu juga belum memberikan izin pada Seokjin tapi, sudahlah. Semua cewek juga tidak akan marah, yang ada mereka senang. Kecuali....
“Hai kamu! Ingat kan sama aku?”
Lagi-lagi Seokjin terkejut. Gadis yang duduk disampingnya adalah gadis yang tadi pagi membantunya. Seokjin tersenyum tipis.
“Iya, gue inget. Jisoo kan?”
“Iya. Bagus deh kalau kamu ingat. Oh iya, kan tadi aku udah nolongin kamu. Sekarang aku boleh minta tolong gak?”
Apa? Seokjin pikir cewek ini ikhlas membantunya. Tapi, sepertinya membantu gadis ini tidak buruk.
“Apa?”
“Nanti saat pulang sekolah aku boleh numpang. Gak perlu sampai rumah. Sampai simpang mie ayam aja. Boleh?”
Seokjin mengangguk “Ya.”
Bel pulang sudah berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar sedangkan Seokjin. Ia mengambil tasnya dulu di laci mejanya sekaligus menunggu sekolah agak sepi. Karna ia tidak ingin keluar berdesak-sedakan. Begitu juga dengan Taehyung.
“Bro! Lu tadi ngobrol sama anak baru? Kok bisa? Dia cewek loh!” Ucap sahabatnya itu heboh. Padahal Jisoo masih berada di kelas dan dalam keadaan sepi pasti jisoo mendengarnya.
“Gue tau dia cewek!”
“Iya! Tapi, lo sehat kan?”
Seokjin paham dan ia mengganguk. “Dia beda.” Ucap Seokjin dengan tenang walaupun dipikirannya berputar kembali kejadian beberapa tahun silam yang merubah semua pola pikir juga kehidupan Seokjin.
“Selama ini gue gak pernah larang. Tapi, sepertinya kalau lo mau gitu jangan sama dia deh. Dia kayaknya cewek baik-baik beda sama si itu.”
“Iya. Gue duluan.” Dan saat itu juga Seokjin melangkahkan kaki keluar dan Jisoo yang sudah dijanjikan mendapat tebengan langsung berlari mengajar Seokjin.
“Jin! Tunggu!”
Seokjin terhenti. Sepertinya ada hal yang ia lupa.
“Kamu kok pergi? Gak bisa antar Jisoo yah? Yaudah deh gak papa.”
“Gue antar!” ucap Seokjin saat langkah ketiga Jisoo menjauh dari Seokjin. Jisoo tahu, cowok itu sangat ingin mengantarnya karna Jisoo berbeda dari cewek-cewek yang selama ini cowok itu temui dan itu membuat Jisoo amat sangat senang. Jisoo menyukainya? Sangat. Jisoo menyukai Seokjin saat awal memasuki sekolah menengah tapi, saat itu ia hanya sebatas pengagum rahasia dan sekarang ia pindah sekolah umtuk menemui orang yang sudah 4 tahun belakangan ini ia sukai. Dan untuk kali ini Jisoo akan berjuang dengan sungguh.
Selama perjalanan Jisoo terus saja mengoceh tanpa henti dan itu membuat lengkungan tipis meghiasi bibir Seokjin. Seokjin terhibur dengan gadis ini tapi tetap saja iya harus terus berhati-hati.
“Emang aku seram banget ya?”
Ha? Maksud gadis ini apa? Seokjin semakin tidak mengerti. Cewek seimut dan selucu Jisoo itu seram? Gak munkin.
“Iya. Buktinya yah, tadi pagi akutuh mau bantuin seorang cowok yang terlambat datang ke sekolah. Tapi, orang yang nolongin aku malah mikir aku itu hantu terus mikir aku orang gila. Jaat yah!”
“Gue turunin nih!”
“Turunin aja!”
“Oke!”
Kuda besi kesayangan Seokjin pun berhenti tepat di simpang mie ayam, sesuai pikiran Jisoo tapi sepertinya Seokjin belum sadar.
“Turun!” Ucap Seokjin dingin.
Jisoo pun turun. Ia tersenyum “Makasih ya, udah antar aku sampai tujuan dengan selamat. Sampai jumpa lagi besok. Jangan telat lagi.”
Jisoo pun berlalu masuk ke dalam kedai mie ayam. Seokjin baru sadar. Ini sudah sampai tujuan. Huh! Gadisnya memang pintar!
~000~
Seokjin berangkat lebih awal dari biasanya. Ia tak sabar untum menemui gadis yang mampu menarik perhatiannya dalam satu malam. Dan ternyata ia jatuh cinta. Tadi malam ia menceritakan semuanya pada Taehyung dan Taehyung bilang bahwa Seokjin jatuh cinta. Awalnya Seokjin menolak. Tapi Tae meyakinkannya dan tepat pukul 00.00 Seokjin meresmikian bahwa ia menyukai Kim Jisoo.
Bel masuk sudah berbunyi tapi Jisoo belum juga datang. Tak taukah bahwa disini Seokjin sudah sangat menahan rindu dan sangat ingin memeluk gadis tersebut tapi gadis itu belum juga datang hingga kini. Tiba-tibaa....
“Test! Pengumuman. Kabar duka datang dari salah satu teman kalian, Kim Jisoo. Ia sudah menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 00.00 dini hari. Semoga ia diterima di sisi tuhan. Berdoa menurut agama masing-masing.”
APA?! MAKSUDNYA APA?! SEOKJIN TIDAK SEDANG BERMIMPIKAN?! TOLONG BANGUNKAN JIKA IA SEDANG BERMIMPI KARNA IA TIDAK SUKA DENGHAN MIMPINYA UNTUK KALI INI. Ia memandang Taehyung begitu juga dengan Tae.
“Gak!!!”
“Tenang dulu bro. Tenang. Biar gue tanya sama yang lain!” Ucap Tae seraya menenangkan Seokjin.
“Agus! Gus! Sini!” Teriak Tae memanggil seseorang.
“Nama gue Suga! Bukan Agus, titik.” Ucap lelaki bermata sipit itu sinis.
“Ya, ya itu. Itu. Itu siapa—“
“Itu apa?” Ucap Suga jengah.
Seokjin tak tahan. Ia ingin segera tau semua kebenarannya dan Tae sangan sulit berbicara disaat panik dan binggung seperti ini.
“Ini mimpi kan Suga! Ini mimpi kan??!!” Seokjin setengah berteriak sambil menjambak rambutnya.
“Mimpi apa?” Ucap Suga binggung sambil membantu Taehyung menahan Seokjin
“Pengumuman tadi!!!”
“Ya gak lah. Jisoo itu udah lama dirawat karna kecelakaan dan dia udah meninggal.”
“Gak!! GAK MUNKIN!! Dia baru ketemu gue kemarin!!! Dia bantuin gue masuk sekolah! Kami juga ngobrol di meja ujung itu!!” Sambil menunjuk meja paling sudut.
Suga melotot dan Taehyung semakin panik. “ Oke! Lu diem dan gue jelasin sekarang.”
“Kim Jisoo adalah anak pindahan sekitar 4 bulan yang lalu. Ia Cuma hadir di sekolah 2 hari. Setelah itu kami mendapat kabar bahwa ia kecelakaan di simpang mie ayam keesokan harinya. Dia kritis dan setelah dirawat tadi malam ia meninggal. Ini nyata dan gak mimpi Seokjin.”
“GAK MUNGKIN! SIMPANG MIE AYAM! GUE BARU NGANTAR DIA KEMARIN KESANA!”
Bugh...
Seokjin membanting tasnya. Semua buku berserakan. Tapi, ada satu buku yang berbeda. Buku berwarna tosca. Itu? Itu buku yang selalu dipeluk Jisoo kemarin. Seokjin berhenti. Ia mengambil buku itu dan mulai membukanya.
~000~
Acara pemakaman sudah selesai sejak tadi tapi Seokjin enggan untuk pulang. Ia masih terus menatap gundukan tanah yg dimana di dalam nya terdapat gadis yang sangat di cintainya. Yang mampu menaklukkan benteng hati nya. Yang mampu membuat Seokjin kembali tertawa dihadapan wanita untuk pertama kalinya. Seokjin sudah membaca buku berwarna tosca tersebut. Ia tak menyangka bahwa gadis itu sudah menyukainya sejak sekolah menengah. Dan, yang iya temui saat itu memang Jisoo yang sebenarnya. Ibunya mengatakan bahwa Jisoo sangat ingin menghabiskan waktu bersama Seokjin dan pesan yang ditinggalkan Jisoo adalah hanya ingin Seokjin berubah dengan mulai bersikap baik pada semua wanita tanpa terkecuali serta Berharap Seokjin segera menemukan keluarganya lagi dan hidup bahagia selamanya.
Tapi itu sulit bagi Seokjin. Seokjin sangat mencintai Jisoo. Dan sepertinya Seokjin akan terus mencintai Jisoo. Karna Seokjin mencintaimu, Kim Jisoo.
Untuk sekali ini aku melanggar janjiku. Untuk sekali ini aku mencintaimu juga kehilangganmu. Dan untuk sekali ini aku akan selalu mencintaimu.-Kim Seokjin.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...