Azab Peneror Surat

7 1 0
                                    

~ Maisi Nur Sa ~

Malam ini,artis yang kerap di panggil Nichol oleh fans-fansnya sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Nama lengkapnya adalah Jefri Nichol. Nichol saat ini benar-benar merasa pusing. Tadi,dia di telfon oleh asisten rumah tangganya bahwa mamanya,Junita Landrat lagi lagi di teror dengan surat yang membuat mamanya shock dan pingsan.
Sesampainya di rumah,Nichol langsung masuk ke dalam kamar Junita,dilihatnya mamanya yang sudah berbaring lemas di atas ranjang. Nichol melihat kotak coklat dan membukanya,dilihatnya sudah ada surat yang terbuka. Mungkin ini penyebab mamanya pingsan.
"Sialan,siapa yang berani macem-macem sama keluarga gue," ucap Nichol saat membaca surat itu dan meremasnya membuang surat itu ke sembarang arah.
"Den,nyonya biar istirahat. Den bisa keluar,biar nyonya saya yang tunggu," ucap asisten rumah tangga itu yang kerap di panggil Mbak Warti.
Nichol menatap Mbak Warti dengan tatapan tajam,ia jadi curiga dengan Mbak Warti. Tapi ia langsung menepis kecurigaan itu,toh Mbak Warti sudah lama bekerja di sini mana mungkin ia berani macam-macam dengan keluarganya?
Nichol mengangguk,kemudian ia pergi dari kamar Junita. Sepasang netra Nichol melihat ke arah pintu depan,terlihat saudara perempuannya dengan penampilan acak-acakan dan nafas yang menggebu-gebu.
"Mama mana bang?" Tanya adik Nichol yang kerap dipanggil Jessi.
"Dikamar,lo kenapa bisa acak-acakan gini?" Jessi hanya menyengir mendengar pertanyaan yang Nichol lontarkan.
"Malah nyengir,ditanya kok," ujar Nichol kepada adiknya,Jessi.
"Setelah Mbak Warti nelfon tentang keadaan Mama,gue khawatir banget bang. Gue langsung ninggalin pekerjaan gue,dan gue minta sopir buat nganter pulang." Jawab Jessi final.
Nichol tersenyum kecil ketika melihat adiknya itu penuh perhatian dan khawatir dengan keadaan mama mereka. Nichol mengacak-acak rambut Jessi,"mama istirahat,lo balik aja ke kantor. Biar mama yang jagain gue,"
Jessi menggeleng-gelengkan kepalanya,"nggak,mama butuh kita bang. Gue nggak mau ninggalin mama,urusan kerjaan biar sekertaris gue yang urus,"
"Jessi,nurut sama abang ya," pinta Nichol lembut,tapi Jessi tetap bersikeukuh ingin menjaga mamanya.
"Tetep aja bang,gue kalau kerja pasti kepikiran mama. Jadi,gue lebih baik disini aja bang,ya?" Ujar Jessi dengan menampilkan puppy eyes nya.
Kalau sudah begini sih,Nichol nyerah! Gimana bisa,ia menolak permintaan Jessi. Jika dipikir-pikir lagi sih nggak ada ruginya kalau Jessi bolos kerja. Toh,perusahaan juga milik keluarga mereka.
"Ya udah deh,terserah kamu."
Jessi tersenyum girang mendengar penuturan Nichol,Jessi selalu menggunakan puppy eyesnya jika Nichol tak mau atau menolak apa yang dipinta Jessi. Jika sudah menggunakan puppy eyes,dijamin deh Nichol bakal luluh haha!
"Oh ya bang,gimana kalau kita susun rencana aja?" Ucap Jessi sedikit berbisik.
Nichol mengernyitkan kedua alisnya,"maksudnya?"
"Ih abang sih,telmi banget!" Jessi mengerucutkan bibirnya,kemudian ia menempelkan bibirnya ke telinga Nichol dan membisiki Nichol sesuatu.
Nichol hanya mengangguk-angguk saat Jessi mulai membisikinya. Menurut Nichol,adiknya ini jago juga bila disuruh membuat strategi,otaknya memang encer.
"Gimana? Setuju kan?" Tanya Jessi yang sudah selesai membisiki Nichol.
Nichol mengangguk-anggukan kepalanya kemudian senyuman smirknya muncul,"setuju" ucap Nichol kemudian keduanya bertos ria.
Nichol mengetuk pintu kamar Junita,mamanya. Terbuka,dan menampilkam Mbak Warti dengan wajah polosnya.
"Biar saya dan Jessi saja mbak yang menjaga Mama," ucap Nichol kemudian Jessi tersenyum ramah ke arah Mbak Warti.
"Bukannya Den Nichol sama Non Jessi mau berangkat kerja lagi? Urusannya belum selesaikan? Biar nyonya saya jaga," ujar Mbak Warti.
Nichol menggelengkan kepalanya,"tidak Mbak,saya sudah izin sama manager saya supaya syuting filmnya di undur besok saja,"
"Kalau saya,sudah ada sekertaris saya mbak," ujar Jessi kepada Mbak Warti.
Mbak Warti menganggukkan kepalanya sambil ber 'oh' ria,"ya sudah kalau begitu,saya keluar ya Den,Non."
"Baik mbak,"
"Iya mbak,"
Jessi dan Nichol menjawab secara bersamaan,kemudian keduanya masuk ke dalam kamar Junita dan meninggalkan Mbak Warti di depan pintu kamar.
"Ma,cepet sembuh," ucap Nichol di pinggir ranjang Junita,kemudian mencium kedua pipi Junita.
"Iya ma,cepet siuman ya," Jessi mencium pipi Junita ketika Nichol sudah menarik kepalanya dari pipi Junita.
Nichol dan Jessi saling berpandangan,kemudian Jessi tersenyum kecil.
"Gue bangga,punya abang kaya lo bang,"
Nichol terkekeh karena penuturan Jessi,"ya walaupun lo telmi,ngeselin tapi gue sayang sama lo. Lo bisa jaga keluarga kita,lo bisa diandelin sama gue sama Mama." Ucap Jessi yang berakhir memeluk leher Nichol.
"Gue juga bangga punya adik kaya lo,"
Jessi melepaskan pelukannya,kemudian ia menatap Nichol dan keduanya pun tersenyum penuh arti.
Hari berikutnya,hari ini jadwal Nichol syuting.
"Ma,abang berangkat dulu ya. Mama kalau ada apa-apa telfon Nichol aja jangan Jessi. Jessi kan bau badan," ucap Nichol menggoda adiknya.
"Ih abang,apaan sih!"
Nichol dan Junita tertawa melihat wajah Jessi yang sudah kesal akibat ulah Nichol.
"Sudah,sudah. Jessi,dihabiskan makanannya,"  Junita melerai keduanya. Nichol menjulurkan lidahnya ke arah Jessi kemudian Nichol mendapat tatapan mematikan dari sang Mama.
"Jangan di goda bang,kasian nanti kalau terlambat," Ujar Junita yang diangguki oleh Nichol.
"Nichol berangkat ma," Nichol mencium punggung tangan Junita lalu ia beralih ke kursi Jessi dan mengacak-acak rambut adiknya itu. Membuat Jessi kesal karena harus merapikan rambutnya lagi.
Nichol sudah melarikan diri dari Jessi menuju mobilnya,kemudian ia segera masuk ke mobilnya jaga-jaga kalau Jessi nanti tak terima dan berlari ke arah mobilnya dan memukul mukul pundaknya seperti beberapa hari lalu.
"Ma,Jessi berangkat ya," ucap Jessi ketika sudah menyelesaikan sarapannya.
"Iya sayang,hati-hati ya," ucap Junita.
Jessi mengangguk dan mencium punggung tangan Junita,lalu beralih mencium pipi Junita,"Mama juga jaga diri ya," ucap Jessi.
Setelah berpamitan,Jessi berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir cantik. Hari ini dia tidak di antar sopir. Dia ingin mengendarai mobilnya sendiri.
Setelah masuk ke dalam mobil,Jessi mengambil handponennya dari slingbagnya,kemudian beralih menelfon kakaknya,Nichol.
"Gang kedua aja bang,deket rumah kita," ucap Jessi ketika sambungan telepon mereka sudah terhubung.
"Oke,cepetan," jawab Nichol dari sebrang sana.
Jessi mematikan sambungan telefon sepihak,kemudian ia melajukan mobilnya menuju gang 2 yang berjarak hanya beberapa meter dari rumahnya. Netra Jessi menangkap mobil Nichol yang sudah berada di pinggir jalan. Jessi memarkirkan mobilnya dipinggir jalan,kemudian keduannya pun berjumpa di samping gang 2.
"Oke,kita pakai ini dulu," ucap Nichol sembari memberi jaket,kacamata,sepatu dan topi serbah hitam.
"Buat apa?" Bisik Jessi ketika menerima barang-barang serbah hitam itu.
"Nyamar lah,biar nggak ketauan," jawab Nichol.
Kemudian,Jessi memakainya dan mereka pun sudah komplit dengan serbah hitam.
"Oke,kita cabut,"
Jessi mengangguk,kemudian keduanya berjalan menuju pagar belakang rumahnya. Nichol memanjat pagar rumah,Jessi menunggu di pagar rumah karena tak bisa memanjat.
"Lo tunggu di deket pagar samping aja," ucap Nichol kemudian Jessi berjalan ke arah pagar samping.
Nichol mengendap-endap,melihat mamanya yang sedang makan. Kemudian,ia berjalan kecil supaya tak ketahuan oleh orang rumah. Nichol melihat seseorang dengan baju serbah hitam juga,tapi itu cewek.
"Kalau Jessi di luar pagar,berati itu bukan Jessi. Pasti itu yang neror," ucap Nichol.
Nichol berjalan ke arah orang itu,dilihatnya orang itu sedang menaruh box coklat di depan pintu rumah dan mengetuk pintu. Saat ingin berlari ke arah timur,Nichol sudah terlebih dahulu menarik orang itu ke arah barat.
"Lo siapa?" Tanya Nichol sambil membuka kacamatanya.
Orang itu menunduk,kemudian Nichol langsung membuka kacamata dan topi orang itu. Betapa terkejutnya ia melihat siapa pelakunya.
"MBAK WARTI?" Pekik Nichol. Kemudian Nichol menyeret Mbak Warti masuk ke dalam rumah. Tapi,Warti menggigit tangan Nichol dan berusaha kabur.
Mbak Warti membuka pintu gerbang,yanh tidak ada penunggunya. Mungkin Pak Somat sedang ke wc,lalu Warti berlari ke segala arah.
"WOI JANGAN KABUR! JES,KEJAR DIA!" Teriak Nichol sembari menghadap Jessi.
Jessi mengangguk,kemudian ia mengejar Warti. Warti menyabrang,namun sayang ia tak melihat ke segala arah,dan Warti di tabrak bus.
Wajah Warti retak,badannya pun berlumuran darah. Jessi yang menyaksikan itu hanya meringis melihat keadaan Warti.
Nichol berlari kearah Jessi,kemudian ia melihat Warti yang sudah tak bernyawa. Orang-orang kemudian menutupi mayat Warti dengan keresek. Nichol menarik Jessi untuk pergi dari sana,mereka menuju rumah.
Sesampainya di rumah,Nichol melihat Mamanya pingsan di depan pintu lalu menggotongnya ke kamar Junita. Nichol beberapa kali mengumpati Warti.
"Udah bang,dia udah mati juga," ucap Jessi ketika Nichol sudah membaringkan Junita ke kasurnya.
"Azab Peneror Surat," ucap Nichol dengan tertawa hambar.
"Gak nyangka,ternyata dia pelakunya. Orang kepercayaan mama sendiri," Nichol menatap mamanya dengan tatapan sendu.
"Semoga lo nggak tenang di sana,Warti!" Gumam Nichol,kemudian ia mencium pipi Junita dan pergi dari kamar Junita,meninggalkan Jessi dan Junita.

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang