🌻 Karya : Mutiara D. A. 🌻
Matahari mulai menampakan diri, hembusan udara dingin seakan diusir untuk pergi. Bunga-bunga mekar berseri-seri, diiringi dengan kicau burung yang merdu menenangkan hati. Ini adalah pagi hari yang sangat indah, dimana seorang putri kerajaan lahir dengan suasanah alam yang sangat mendukung. Seolah semesta menginginkannya terlahir di bumi ini. Di tengah hutan yang lebat berdirilah sebuah istana yang sangat megah. Istana itu bernanama Kerajaan Nadhyakara, yang dipimpin oleh Raja Narundra. Seorang raja yang tampan dan bijaksana. Ia menikah dengan Ratu Nerita, yang cantik mempesona. Hari ini adalah saatnya Ratu Nerita melahirkan anak keduanya, yang sangat dinanti-nantikan."Kanda aku takut," rintih ratu.
"Tenang adinda aku akan disini menemanimu," ucap raja menenangkan, sambil menggenggam erat tangan insterinya.
"Ratu tarik nafas, lalu dorong!" perintah dayang dengan sopan.
1 detik, 2 detik, 3 detik
'eaaa, eaaa' suara bayi memecahkan ketegangan.
Air mata meluncur tanpa aba-aba membasahi pipi Ratu Nerita, betapa bahagianya ia saat mendengar suara anaknya saat ini. Tangan halus suaminya mengahapus dengan lembut setiap tetes air matanya. Ini bukan tangis sedih melainkan adalah tangis bahagia.
"Terimakasih adinda," ucap raja lalu mengecup kening isterinya. Ratu Nerita hanya tersenyum lemah.
Dayang yang tadi membantu proses lahiran Ratu Nerita sudah membersihkan bayinya, ia segara menghampiri raja dan ratu.
"Ini raja, anak anda perempuan. Dia sangat cantik sama seperti Ratu Nerita," kata dayang.
"Terimakasih, sekarang tolong bantu isteri saya untuk bersih-bersih." Dayang itu hanya mengangguk patuh.
Betapa bahagianya Raja Narundra saat putrinya lahir, ia sangat menantikan momen ini. Setelah sekian lama menunggu kelahiran anaknya tapi detik ini ia sudah bisa melihat sekaligus menyentuh tubuh mungil putrinya. Dari tadi ia tidak meninggalkan putrinya, ia terus memandangi dengan senyum manis yang terukir jelas diwajahnya.
"Ayah, boleh aku mencium adikku?" tanya anak laki-laki yang baru datang menghampiri Raja Narundra.
Dia adalah putra pertama Raja Narundra, yang bernama Pangeran Kanudana. Ia sering dipanggil Pangeran Kanu. Paras tampan Raja Narundra seolah menurun pada Pangeran Kanu.
"Boleh pangeran, tidak akan ada yang melarang," jawab raja.
Cup
Pangeran Kanu mencium kening adiknya, lalu ia mengusap-usap pipi kecil adiknya.
"Ayah adikku sangat lucu, aku sangat suka."
"Iya, pangeran ia lucu, sama seperti kamu,"
"Tidak ayah, adikku lebih menggemaskan, mungkin nanti ia akan tumbuh menjadi putri yang cantik,"
"Tentu."
"Siapa namanya ayah?"
"Nanti kamu akan tahu." Jawab raja, lalu melenggang pergi meninggalkan anaknya.
Saat ini Raja Narundra sedang duduk manis di singgahsananya yang amat megah.
"Hormat saya ya mulia, ada apa engkau memanggil hamba?" tanya Raden Lestra.
Raden Lestra merupakan orang kepercayaan Raja Nurundra, ia juga pemimpin perang yang sangat hebat.
"Umumkan pada rakyat tentang kelahiran putriku dan akan kuadakan pesta."
"Baik ya mulia." Raden Lestra melenggang pergi meninggalkan istana, untuk menuju pemukiman penduduk.
"Pengumuman, pengumuman! Hari ini adalah hari bahagia kita semua. Ratu Nerita telah melahirkan putrinya dengan selamat dan sehat. Atas kelahiran putri Raja Narundra, beliau akan mengadakan pesta malam ini. Semua harus datang! Sekian kabar bahagia yang saya sampaikan." Para rakyat sangat senang mendengar berita itu.
Matahari mulai menyembunyikan diri. Langit berubah menjadi warna kelabu. Ya, malam telah tiba. Pesta yang sudah disiapkan dengan sangat megah akan segera dimulai. Raja Narundra sudah berdiri di depan singgahsananya dan menggendong putrinya. Ratu Nerita dan Pangeran Kanu berada di samping raja.
"Selamat malam rakyatku semua, kalian pasti sudah tahu kenapa saya mengundang kalian. Saya disini hanya akan memeperkenalkan putriku, anak kedua Ratu Nerita yang bernama Putri Leanara." Raja tersenyum saat rakyatnya memuji nama Putri Nara dan mereka sangat antusias mendengar pidato Raja Narundra..
"Semoga dengan kelahiran Putri Nara akan membawa kebahagia untuk kita semua. Semoga kalian akan menyanyangi putriku seperti aku dan isteriku menyanyanginya," lanjut raja.
'Tentu ya mulia kami akan menyanyangi Putri Nara seperti anak kita sendiri'
'Iya ya mulia, kami juga akan menjaga Putri Nara'
Jawab rakyat dengan semangat.
"Terimakasih semuanya, selamat menikmati pestanya."
Pestanya berlangsung sangat meriah. Para dayang menari sangat indah dan rakyat-rakyat ikut berjoged gembira. Raja dan ratu hanya duduk manis dan melihat para tamu manari-nari, senyum yang tak kunjung pudar dari wajah raja dan ratu sudah menandakan betapa bahagia mereka sekarang. Pesta belum selesai tapi raja dan ratu pamit untuk ke kamar, karena raja mengkhawatirkan kondisi isterinya. Raja takut isterinya kelelahan.
"Kanda apa kau tidak ingin kembali ke pesta untuk menemani rakyat-rakyatmu?"
"Tidak adinda, aku lebih suka menemanimu,"
"Tapi ak-"
"Sudah tidurlah adinda, kau pasti lelah." Ratu Nerita hanya mengangguk dan menyunggingkan senyum.
"Aku akan menemanimu disini dan menjaga putri kita." Raja mencium kening isterinya.
_________
Pagi telah tiba, suara tangisan Putri Nara membuat raja dan ratu terbangun. Setelah putrinya tenang ratu langsung memandikannya dengan bantuan para dayang istana.
Setelah selesai mengurusi putrinya, Ratu Nerita bersama anak-anaknya mengelilingi Istana Nadyakara yang sangat megah. Di samping istana terdapat taman yang begitu indah, pepohonan hijau berdiri kokoh, bunga-bunga harum wanginya, dan ada kolam ikan kesukaan raja. Selain kemegahan Istana Nadyakara, kehidupan di istana ini juga sangat makmur. Karena perkebunan di belakang istana sangat subur, hasilnya selalu berlimpah setiap tahun. Maka dari itu Istana Nadyakara sangat terkenal dengan kemewahan dan kesejahteraannya.Setelah kelahiran Putri Nara, kehidupan di Istana Nadyakara bertambah sejahtera. Mulai dari mata air yang muncul tiba-tiba saat kekeringan kemarin, pepohonan tumbuh di tanah yang tandus, dan hasil kebun rakyat bertambah drastis. Semua itu mungkin sulit untuk dipercaya, namun nyatanya seperti itu. Kebahagian ini tidak berlangsung lama, setelah melahirkan Putri Nara, 3 bulan kemudian ratu melangami sakit yang cukup parah. Kabar ini membuat keluarga raja dan para rakyat sedih. 3 hari ratu terbaring lemah, keadaan ini sangat membuat raja khawatir.
"Kanda tolong jaga putri kita sampai besar nanti," ucap Ratu Nerita lemah.
"Tentu adinda, tapi aku akan membesarkannya denganmu sayang,"
"Tidak kanda, aku su-dah ti-ti-ak kuat la-gi,"
"Tidak adinda jangan tinggalkan aku, bangun adinda bangun," ucap raja sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh isterinya.
Dan ya, sampai pada akhirnya ratu menghembuskan nafas terakhirnya pada hari ke-4 sakitnya. Peristiwa ini sangat membuat raja terpukul. Raja mengabaikan semua tugasnya, ia hanya diam dalam kesedihan. Namun, Setelah bujukan putranya raja kembali bersemangat untuk manjalani semua pekerjaannya dan sampai pada saatnya raja bertemu dengan janda cantik satu anak. Sebelum memutuskan untuk menikah raja meminta restu dari putranya, awalnya Pangeran Kanu tidak setuju tapi mengingat adiknya yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu akhirnya ia setuju. Pernikahan raja dengan seorang janda yang bernama Sasandrina berjalan dengan lancar sesuai rencana serta pengucapan janji Ratu Sasandrina yang akan merawat putra-putrinya dengan penuh kasih sayang.
Kini Putri Nara sudah tumbuh besar menjadi gadis yang sangat cantik, sejak kecil ia gemar berburu. Ternyata hobi Raja Narundra menurun pada putra-putrinya.
"Ayah aku ingin berburu di hutan dengan Kak Kanu,"
"Oke, asal kau harus tetap berada di samping kakakmu."
"Baik ayah, aku pergi dulu."
"Hati-hati nara, ingat pesan ayah!" Nara menggangguk.
Disisi lain Putri Lena memandang benci pada Putri Nara. Putri Lena adalah anak dari Ratu Sasandrina, sikap Putri Lena sangat bertolak belakang dengan ibunya. Ia sangat membenci adik tirinya, ya Putri Nara. Entah apa yang membuat ia sangat benci pada adiknya, padahal kasih sayang raja, ratu, dan pangeran itu sama seperti yang diberikan pada Putri Nara. Putri Lena tetap saja merasa iri dengan adiknya yang selalu mendapatkan apa yang diingikan dan ia merasa ibunya lebih sayang pada adiknya. Kebencian Putri Lena pada adiknya bertambah saat mengetahui adiknya akan segera menikah dengan Pangeran Genta, putra mahkota dari Kerajaan Mertakabumi. Ia tidak terima mengapa adiknya yang harus menikah lebih dahulu dan mengapa adiknya yang harus menikah dengan orang yang ia suka selama ini.Tunggu pembalasanku adikku, Batin Putri Lena.
Alangkah bahagianya Putri Nara saat sudah diperbolehkan ayahanda utuk berburu, meski masih harus bersama kakaknya. Padahal ia sangat ingin berburu sendirian, karena ingin menguji kemampuannya.
"Nara kau lihat kijang itu?" tanya Pangeran Kanu sambil menunjuk ke arah kijang yang sedang makan.
"Iya kaka, aku akan memanahnya,"
"Baiklah, aku ke sebelah timur dulu, dapatkan kijang itu!" Pangeran Kanu melenggang pergi meninggalkan adiknya.
Putri Nara tersenyum bahagia karena ini adalah saatnya mengukur kemampuannya. Ia berjalan mendekat kijang dan bersembunyi di semak-semak. Saat ia akan melesatkan anak panahnya, tubuhnya didorong entah oleh siapa. Sampai tubuhnya saat ini terlentang di tanah dan seseorang berada di atasnya dengan tangan tertumpu di tanah. Mereka saling bertatapan. 1 detik, 2 detik, 3 detik. 'Krak, brug' suara batang pohon patah dan jatuh tepat di samping Putri Nara.
"Kau tidak apa-apa putri?"
"Tidak, terimakasih telah menolongku. Siapa namamu?"
"Saya Damarkarsha."
Dia adalah putra dari Raja Nail dan Ratu Seila. Seharusnya ia sekarang sedang duduk manis di singgahsana ayahnya untuk menggantikan tahta ayahandanya. Tapi saat Pangeran Damar akan dinobatkan menjadi raja, ia menolak malah menunjuk adiknya untuk manggantikan posisinya. Awalnya ayahanda dan ibunda tidak setuju, tapi entah rayuan seperti apa yang mampu meluluhkan hati orang tuanya itu. Setelah adiknya resmi dinobatkan sebagai raja, Pangeran Damar pamit untuk meninggalkam istana dan ia berjanji akan kembali lagi jika sudah bisa membawa calon isteri. Alangkah terkejutnya Raja Nail dan Ratu Seila dengan keputusan putranya, namun mereka tidak bisa menentang keinginan putranya itu. Dan sampai saat ini Pangeran Damar tinggal di hutan, ia sudah menetap selama 2 bulan tanpa mengabari keluarganya.
"Pangeran Damar dari Kerajaan Yodhya?"
"Betul tuan putri."
"Panggil saja aku Nara."
"Maaf tidak bisa kau adalah seorang putri raja."
"Dan kau juga seorang putra raja bukan?"
"Maaf tuan putri saya harus pergi, cepetlah menyusul Pangeran Kanu agar kau aman."
"Hei tunggu," ucap Putri Nara, namun Pangeran Damar mengabaikannya.
Akhirnya Putri Nara segera menghampiri kakaknya dan mengatakan semua yang terjadi tadi. Pangeran Kanh sangat khawatir jadi ia mengajak adiknya untuk pulang.
Suatu saat Putri Lena sudah sangat membenci adiknya, sampai-sampai ia mendatangi penyihir dan meminta untuk menyihir Putri Nara agar sakit parah dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Penyihir itu mengabulkan permintaan Putri Lena tapi ia berkata 'adikmu masih bisa sembuh jika ada yang bisa mengambil obat penawar di Hutan Larangan, yaitu mawar merah dan sihir itu akan berbalik pada orang yang menyuruh penyihirnya.' Awalnya Putri Lena sangat terkejut, tapi kata penyihir itu tidak akan ada yang bisa menginjakkan kaki di Hutan Larangan kecuali murid Dewi Rasandra. Dan benar, sihir itu bekerja sesuai apa yang diminta Putri Lena. Putri Nara mengalami sakit yang tidak bisa dideteksi oleh siapapun, Sudah 20 tabib istana mencoba untuk mengobati tapi tidak ada yang bisa, semuanya menyerah. Keadaan ini sangat membuat Raja Narundra terpuruk, ia sangat takut jika harus kehilangan orang yang ia sayangi lagi. Berbagai upaya sudah dilakukan namun tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakit yang diderita Putri Nara.
Sampai suatu saat ada tabib dari kerajaan Yodhya datang menemui raja dan mengatakan bahwa Putri Nara terkena sihir yang cukup bahaya dan hanya ada satu obat yang bisa menyembuhkan, tapi obat itu sangat sulit didapatkan karena berada di Hutan Larangan. Betapa terkejutnya Raja Narundra mendengar perkataan tabib itu. Siapa yang tidak tahu tentang Hutan Larangan, tempat yang seram, banyak binantang buas, banyak siluman yang menempati dan diyakini orang yang masuk ke dalamnya tidak akan bisa keluar lagi. Sudah 1 bulan lebih Putri Nara terbaring kesakitan di ranjang dan sampai saat ini belum ada satu orang pun yang berani untuk mengambil obat di Hutan Larangan. Meski sudah diadakan sayembara jika ada yang berhasil mengambil obat untuk Putri Nara maka ia akan mendapat imbalan uang berapapun yang diminta dan menikah dengan Putri Nara. Bahkan calon suaiminya, ya Pangeran Genta dan para pendekar yang terkenal sangat sakit dan pintar saat berperang saja tidak mau, mereka semua takut.
Pangeran Damar sedang berjalan-jalan di sekitar Istana Nadhyakara, ia sempat mendengar perbincangan penduduk mengenai keadaan Tuan Putri Nara yang selama ini menderita sakit dan tidak ada yang berani mengambil obat penawarnya. Awalnya ia tidak perduli karena saat ini ingin berjalan-jalan mencari gadis untuk dijadikan calon isterinya, tapi entah mengapa saat teringat wajah Putri Nara ia seakan merasa kasihan jika gadis secantik itu terbaring kesakitan. Tanpa berpikir panjang Pangeran Damar langsung menuju Hutan Larangan, ia tidak perduli dengan apa yang nanti akan terjadi. Yang paling ia sekarang harus mengambil obat penawar untuk Putri Nara, ia ingin menolongnya, rasanya tidak tega melihat Putri Nara kesakitan. Entah apa yang membuat ia sebarani ini menuju Hutan Larangan. Mungkin karena cinta? Entahlah. Kabar mengenai Pangeran Damar yang berani menginjakkan kaki di Hutan Larangan hanya untuk mengambil obat untuk Tuan Putri Nara, sudah tersebar luas hingga seluruh kerajaan. Mereka semua tidak percaya, namun ada satu penduduk mengatakan bahwa melihat Pangeran Damar menuju arah Hutan Larangan. Raja Narundra sangat senang mendengar kabar itu meski disisi lain ia merasa khawatir dengan keselamatan Pangeran Damar. Beda dengan Raja Nail yang sangat kaget mendengar kabar itu, ia sangat cemas dan marah pada keputusan putranya yang sangat berbahaya.
Pangeran Damar sudah sampai di Hutan Larangan dan benar hutan ini sangat seram tapi ia mengabaikannya. Baru satu langkah akan masuk hutan, ia disambut dengan 10 anak panah yang entah dari mana asanya, untung ia sangat mahir membaca keadaan bahaya jadi anak panah itu tidak menyentuh tubuhnya sama sekali. Sudah sekitar belasan rintangan yang ia lewati dan tinggal satu langkah ia bisa mengambil bunga mawar merah itu, tapi ada sihir yang membuat dirinya terpental tidak bisa menyentuh bunga mawar merah. Sekarang tenanganya benar-benar terkuras habis, mungkinkah aku akan mati sekarang? Batin Pangeran Damar. Saat ia berusaha bangkit ada suara yang memanggilnya. "Pangeran, cepat bangkit ambil mawar merah itu, ambilah dengan cinta pangeran jangan karena rasa kasihan. Karena hanya itu yang bisa membuat sihirnya hilang."
"Dewi Rasandra?" tanya pangeran tidak percaya.
"Iya, cepat ambil sebelum terlambat!"Pangeran mengangguk mantap.
Secepat kilat pangeran mengambil mawar merah lalu ia langsung berlari keluar hutan menuju Istana Nadhyakara. Betapa terkejutnya Raja Narundra melihat pangeran datang membawa mawar merah dengan selamat.
"Hormat saya ya mulia, saya izin mengobati Tuan Putri Nara." Raja Narundra mengangguk.
Pangeran Kanu langsung duduk di samping ranjang Putri Nara lalu ngarahkan bunga mawar ke hidung Putri Nara agar bisa mencium baunya. Tak lama Putri Nara bangun dan wajah sakitnya berubah menjadi sosok yang sangat cantik berseri-seri. Raja Narundra sangat senang, ia langsung memeluk putrinya. Ia juga mengucapkan banyak terima kasih pada Pangeran Damar dan akan memberikan harta yang cukup banyak, tidak lupa ia juga akan menikahkan putrinya dengan Pangeran Damar. Tapi alangkah terkejutnya saat Pangeran Damar menolak semua itu.
"Maaf ya mulia, bukan saya lancang, tapi saya menolong Tuan Putri Nara bukan karena rasa kasihan tapi karena rasa cinta. Maka izinkan saya menikahi Tuan Putri Nara dengan kenginan saya bukan karena imbalan."
"Saya bangga padamu pangeran, saya merestui kalian."
"Terimakasih ya mulia. Tuan Putri maukah engkau menikah denganku?" Pangeran merentangkan kedua tangannya.
Putri Nara masih tetap tersenyum. "Ya pangeran, aku mau," jawabnya lalu ia memeluk erat Pangeran Damar.
Pangeran Damar dan Putri Nara pun menikah. Kehidupan mereka sangat harmonis. Sikap Pangeran Damar yang sangat romantis selalu membuat Putri Nara jatuh cinta. Sedangkan kehidupan Putri Lena berakhir dengan kematian karena sihir itu berbalik padanya. Semesta memang menakdirkan Putri Leanara untuk bahagia bukan sengsara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...