~ Salsabilah Jannati ~
Ester Exposito, perempuan berdarah Spanyol yang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini. Memiliki banyak skandal akan hidupnya tidak membuat Ester pusing. Perempuan itu senang menjalaninya. Berkecan dengan para pria dan berakhir di ranjang sudah menjadi hal yang lumrah. Seperti pagi ini, perempuan itu terbangun di sebuah ranjang yag asing tanpa sehelai busana satu pun. Ester tidak peduli siapa lelaki yang menemani malam panas bersamanya perempuan itu lebih memilih memakai gaun yang digunakan semalam. Netranya tidak sengaja melihat beberapa uang dollar di atas laci. Tersenyum miring lelaki yang menemaninya tahu sekali apa hal balas budi untuknya.
"Well, setidaknya aku tidak memberikan tubuhku secara cuma-cuma," ujarnya mengambil uang itu menghirupnya dalam. Bau ini lebih membukkan daripada sebungkus kokain yang selalu menemani kesepian dirinya. Melangkah pergi dari hotel, dia memutuskan kembali pada rumah.
" Where you go last Night, Ester? " ujar lelaki paruh baya yang masih saja terlihat tampan dan berwibawa.
"It's not ur business, Mr. Exposito! Get ur own business don't fuckin' care with my own business!"
"Ester I never taught u to be a bitch! I know u spend ur last night with a man!" Ester memutar bola mata, lihat kan? Tidak ada seorang ayah yang memanggil putrinya sendiri dengan sebutan 'jalang'.
"Apa yang kau mau Ester?! Apa yang kau mau agar kau tidak berperilaku layaknya perempuan tidak dididik seperti ini?!" Mr. Exposito kembali berteriak melihat putri sematawayangnya hendak meninggalkan percakapan ini.
"Yang kuinginkan? Aku yakin kau tidak akan bisa mewujudkan!"
"Katakan, Padre akan coba mewujudkan asal kau kembali menjadi putri yang kukenal seperti dahulu!"
"Yang kuinginkan hanya Madre! Bisa kau mewujudkannya! Bisa kau mengembalikan ibuku ke dunia?! Kuyakin kau tidak bisa!!!" teriak Ester menahan rasa sakit yang di deritanya sekian lama.
"Sayang, maafkan kesalahan Padre! Padre sungguh menyesal dan juga merasa kehilangan, ibumu juga adalah cinta Padre." Ester ingin tertawa sekencang-kencangnya sekarang. Apa yang pria tua Bangka itu katakan tadi mencintai ibunya? That was a bullshit!
"Kurasa tidak pak tua. Kau lebih memilih jalang itu daripada Madre! Kau membuat Madre depresi dan bunuh diri! Diriku yang waktu itu masih kecil masih membutuhkan kasih sayang ibu dan kau merenggutnya! Dan kau tidak pernah peduli saat itu! Kau tak pantas mengatakan jika mencintai ibuku! Dimataku kau tetap BAJINGAN dan aku tak akan pernah memaafkanmu!" Menghela napas sesaat Ester kembali bersuara.
"Satu lagi putrimu telah mati dan sekarang hanya aku, suka tidak suka kau harus menerima karena ini memang karena perbuatanmu sendiri yang menyebabkan aku seperti ini! " Ester melangkah pergi meninggalkan pria tua itu termenung.
Enak saja ia berkata begitu! Setelah semua hal yang dilakukannya ia meminta dirinya kembali seperti dulu? Hahaha rasanya Ester ingin tertawa sangat kencang!
" Fuck! Kenapa kau baru sadar dan peduli sekarang?! Kenapa tidak dari dulu kau sadar akan kesalahanmu! Jika kau sadar saat itu... hiks aku mungkin tidak akan kehilangan Madre BAJINGAN!" Ester membanting pigura foto keluar itu kencang ke lantai. Ester telah hancur hidupnya hancur sehancur-hancurnya. Memilih menenangkan diri perempuan itu membuka laci melihat plastik kecil membuka dan membakarnya. Dirinya sedikit tenang setelah menghisap benda terkutuk itu.
************
Esoknya Ester berjalan terkantuk ke sekolah rasanya dia malas. Ester sungguh ingin berhenti sekolah, lagipula dia tidak punya mimpi ataupun tujuan hidup. Mimpinya telah terkubur lama karena peristiwa itu.
"Hey, Ester!" perempuan itu menoleh melihat laki-laki tampan dan berbadan indah. Tersenyum miring sepertinya dia menemukan kesenangan baru.
"Hai, mmm.."
"Alex namaku Alex." Ester memberikan senyum menggoda menatap Alex dengan binar mata sayu nan indah.
"Oke, Alex. Untuk apa kau memanggilku?"
"Apa kau mau menjadi teman kencanku ke pesta?" Ah Ester ingat, ada perayaan pesta ulang tahun malam ini dan Ester tentu saja diundang.
"Oke, kau bisa menjemputku pukul tujuh." Ester mengelus pipi lelaki itu dan pergi dari sana. Ester dapat mendengar sorakan gembira dari lelaki itu. Dia hanya tersenyum sepertinya lelaki itu adalah lelaki polos dan Ester suka dia seakan mendapat hal paling berbeda dalam mainannya. Let's see how u can make me very pleased boy!
*********
Ester berada pada sebuah club malam bersama Alex, lelaki itu sedari tadi tidak berhenti memuji penampilan dirinya malam ini. Ester selalu saja menunjukkan pesona dominan yang memikat banyak orang. Paras cantik alami dan leluk tubuhnya yang seperti gitar Spanyol menjadi poin tambahan perempuan itu. Ester menatap Alex minat, perempuan itu sedari tadi telah menghabiskan 8 gelas vodka. Ester melihat ketampanan Alex yang bertambah malam ini membuat matanya menjadi menggelar, belum lagi pengaruh alkohol sialan yang membuatnya tidak bisa menahan akan hasrat.
"Alex," ujar Ester lembut membuat Alex terbuai.
"Ya, Ester?" Ester tersenyum memilih merapatkan tubuhnya pada Alex. Ale merasa tegang tentu saja Ester terlalu dekat dengannya belum lagi tangan lentik perempuan itu yang menari nari pada leher dan dadanya.
"You wanna play something fun? I'm bored right now!" Ester membisikkan kata itu dengan sensual di telinga Alex. Alex tahu apa yang dimaksud Ester karena ia juga laki-laki normal.
"But aku tidak pernah melakukannya," ujar Alex jujur, ia tidak pernah melakukan hal yang seperti dibayangkan Ester.
"I'll teach u, u just hold my hand and follow ur instinct right now!" Alex menggenggam tangan Ester, perempuan itu tersenyum kemenangan. Dirinya menuntun Alex menuju tempat yang lebih privasi. Dan kalian sudah pasti tahu apa yang dilakukan dua orang berbeda lawan jenis di tempat tertutup.
***********
Ester memungut pakaiannya dan memakainya. Dirinya ingin pergi tidak peduli akan Alex yang masih tertidur lelap. Bukan urusan Ester karena perempuan itu akan selalu pergi meninggalkan teman kencannya jika dia telah puas.
"You're such a hot boy but it can't make me stay on you." ujar Ester terakhir kali dan pergi meninggalkan Alex sendiri.
Ester masuk ke dalam taxi dan taxi itu melenggang menuju rumahnya.
***********
Melihat rumah megah di depannya membuat Ester malas untuk masuk, belum lagi penampakan pria tua yang bersedekap dada menatapnya tajam. Here we go again. Dengan malas Ester mendekati pria itu.
"Dari mana saja kau! Apa jammu tidak berfungsi sehingga pulang hampir subuh begini?!" Ester menghiraukannya, dia lebih memilih melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
"Ester, Padre bicara padamu!" Ester berhenti dan menoleh tersenyum sinis menatap pria itu.
"Aku bukan anakmu! Anakmu mati belasan tahun yang lalu!" ujar Ester tajam dan melanjutkan langkahnya yang terhenti.
"Ester jangan kira Padre akan diam saja dengan kelakuanmu selama ini! Padre menemukan ini! Sudah berapa lama kau menggunakan barang haram ini!" Ester yang melihat benda yang di genggam ayahnya hanya mengangguk saja. Tidak peduli. Ester kembali melangkahkan kaki menuju ruang tamu.
" Ester besok kau ikut Padre untuk rehabilitasi! Padre tidak mau mempunyai anak seorang pecandu narkoba! " Ester tertawa memandang ayahnya remeh. Tentu dia tahu ayahnya saat ini khawatir akan reputasi baik yang pria itu miliki.
"Aku tidak peduli jika kau tidak menganggapku anak. Lagipula ayahku telah mati setelah ia lebih memilih bersama jalang itu daripada keluarganya sendiri."
Plakk..
Ester memegang pipinya yang berdenyut. Lihat ayahnya tidak akan pernah berubah.
"Sepertinya dirimu baru saja menunjukkan seberapa bajingan yang melekat di tubuhmu itu." Ester membatalkan niatnya yang hendak menuju kamar, mengambil kunci mobil dan pergi dari sana.
"Ester! Long time no see bitch!" Ester memutar bola mata memandang lelaki bertubuh kekar di depannya.
"Sudah aku tidak ingin basa-basi, Nick. Aku ingin mencobanya, dosis paling tinggi!" Nick terkekeh, perempuan di depannya ini tidak berubah. Selalu to the point.
***********
Ester melangkahkan kaki menuju koridor matanya merah, jalannya juga sempoyongan. Rasanya tubuhnya benar-benar sangat sakit. Nick tidak main-main akan ucapannya. Efek obat yang disuntikan pada tubuhnya benar-benar terasa. Sudah 1 minggu Ester mengkonsumsi obat itu dan selama itu juga dia tinggal bersama Nick . Ester memegang tembok merasakan pusing yang benar-benar melandanya. Dirinya merasakan sesuatu mengalir di hidungnya. Mengusap dengan tangan, Ester terkejut melihat darah yang keluar. Cepat-cepat perempuan itu mengambil sapu tangan dan menutup hidungnya. Sebelum orang lain mencurigai. Berjalan gontai dirinya mencoba menuju ke kelas secepat yang dia bisa. Ester merasakan pandangannya buram, lama-lama matanya memberat dan selanjutnya dia terjatuh tak sadarkan diri.
Ester mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk pada netranya.
"Syukurlah kau sudah sadar, aku sudah mencarimu satu minggu ini setelah kau meninggalkan diriku sendiri saat itu," Ester melihat lelaki asing, dia tidak mengenal lelaki ini.
"Siapa kau?" Lelaki itu tersenyum sudah pasti menduganya.
"Aku Alex, sebenarnya aku merasa kecewa kau melupakanku tapi tak apalah semoga hubungan kita selanjutnya membaik." Ester tertawa sinis mendengarnya.
"Dengar yang terjadi pada kita tidak ada apa-apa. Aku hanya menganggapmu hiburan dan setelah aku bosan aku membuangmu! Jangan pernah berharap lebih!" Ester turun dari ranjang UKS dan berlalu. Meninggalkan Alex yang penuh akan rasa luka.
*********
Dua minggu hidup Ester dipenuhi akan drama, dan dua minggu ini juga dia selalu mengkonsumsi obat-obatan dengan dosis yang semakin bertambah. Ester tidak peduli jika bisa saja obat itu merenggut nyawanya. Ester hendak melangkahkan kaki menuju halte bus sebelum seseorang membuat dirinya tidak sadar. Ester membuka mata melihat dirinya tengah di ikat, dia juga melihat tujuh lelaki bertopeng.
"Siapa kalian?!" teriaknya lantang, ketujuh lelaki itu tertawa melihat ketidak berdayaan Ester dan satu persatu membuka topeng mereka. Ester seketika membulat melihat salah satu orang itu. Orang itu tersenyum senang.
"Alex? Bajingan kau!" Ester berteriak, Alex yang mendengar tertawa.
"Kenapa kaget melihatku?" Alex berjalan mendekat mengusap pipi Ester dengan jemarinya. Ester tidak sudi lelaki itu menyentuhnya, Ester meludah tepat di wajah Alex. Alex merasa sangat murka, ia mencekik leher Ester kuat membuat perempuan itu susah bernapas.
" Sepertinya kau tidak berubah! Kau harus diberi pelajaran! Teman-teman kalian mau menikmatinya?" Sontak semua lelaki bertubuh kekar itu mengangguk. Alex pun menitahkan mereka untuk menyentuh Ester, Ester sangat takut sekarang. Alex tersenyum puas ketika semua anak buahnya menikmati bersenggama dengan Ester ditambah melihat perempuan itu menangis sejati-jadinya. Rasanya hidup Ester hancur mereka memperkosanya. Ester ingin mati saja saat ini.
"Lihat sayang, dirimu dulu begitu angkuh! Dan sekarang kau seperti tikus kecil yang tak berdaya!" Alex tertawa begitu anak buahnya selesai dengan hasrat mereka. Sekarang giliran dirinya yang akan menikmati tubuh Ester yang telah tanpa memakai busana sedikit pun. Alex menitahkan anak buahnya pergi dan ia segera melepas pakaiannya. Ester yang melihat mencoba memberontak dia menendang selangkangan Alex.
"Keparat!" Alex melepas ikatan Ester menarik rambut perempuan itu kuat dan membenturkannya pada tembok beberapa kali.
"Ini balasanmu jalang!" Ester berteriak kembali begitu Alex membenturkan kepalanya pada tembok sangat keras. Darah segar menetes dengan deras dari kepalanya. Pandangan Ester memburam belum lagi seakan tubuhnya terasa ringan, Alex juga tak kunjung berhenti menyiksanya lelaki itu bahkan saat ini tengah menyetubuhinya. Ester tidak kuat lagi perempuan itu lebih memilih menyerah akan hidupnya yang bertambah hancur. Memejamkan mata perlahan, dirinya pergi untuk selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...