Hard

10 3 0
                                    

~ Tarisa Maharani ~

Daniel J. Seavey pria kelahiran Portland berumur 20 tahun, kini melangkahkan kakinya memasuki sebuah restoran di Los Angeles.

Ini hari terakhirnya di LA sebelum ia pergi ke Las Vegas melanjutkan tour-nya bersama the boys yang sempat tertunda. Namun, mamanya–Kery Seavey memintanya makan malam bersama di sini.

"You're late 1 hours, what's going on?" tanya Kery. Daniel terkekeh pelan. "Sorry, Mom. Jonah mengajakku minum." Ia duduk di sebelah Mamanya.

"Kau terlihat lebih kurus, Nak. Mau pesan sesuatu?" ungkap Jeffrey Seavey– Ayahnya. Daniel mengembuskan nafas pelan. "Tidak, Dad. Aku harus menjemput Vale segera. Ada apa Mom?"

"Kenapa kau tidak membawanya ke sini bersamamu?"

Daniel melirik jam tangannya, pukul 18.30. Ia harus segera menjemput Vale. "Dia ada pemotretan hari ini, dimana Tyler dan Chris? Apa Mom tidak mengundangnya?"

Kery menarik nafas panjang. "Mereka tidak bisa datang, pesawat Tyler delay 1 jam dari keberangkatannya, Chris? Ah, bahkan Mom lupa wajahnya, dia tak pernah mengunjungi kami!" sahut Kery kesal.

Daniel kembali tertawa. "Baiklah, jadikan malam ini makan malam romantis." Ia mengedipkan sebelah matanya kepada mereka, lalu berdiri mencium pipi mamanya dan memeluk ayahnya singkat. "Bye Mom, Dad. I'll call Chris for you," ucapnya, lalu pergi dari restoran segera.

•••

"Hey." Daniel menarik tubuh Vale yang berbalut halter dress berwarna maroon yang baru saja keluar dari lokasi pemotretan. Wanita itu membalas pelukan kekasihnya erat. "Hi, Dani, you're late, what's up?" tanyanya sembari menangkup rahang tegas kekasihnya.

Vale Genta, wanita cantik asal Florida yang sejak 5 bulan lalu menjadi kekasih seorang Daniel Seavey. Vale mengecup pipi Daniel singkat, lalu mengendurkan pelukannya. "Kau terlihat lebih kurus, apa kau sakit?"

Daniel menggeleng pelan. "Nope, i'm okay. I'm just met my parents." Daniel menatap mata Vale sebentar, "They want to meet you soon," ungkapnya.

Vale sedikit terkejut. "Are they here? When?" Daniel meraih tangan kekasihnya membawanya berjalan menuju mobilnya.

"A few days ago, they moved from Portland."

"Vale!" teriak seseorang dari belakang mereka. It's Jessy! Asisten Vale, ia yang mengurus semua jadwal pemotretannya. Jessy mendekati mereka lalu menepuk bahu Vale pelan. "Vogue Magazine at 09.00 pm," ucapnya pelan. Vale mengangguk paham, ia harus tiba disana tepat pukul 9 malam, itu jadwal pemotretan selanjutnya.

"Okay, aku harus mengantar Daniel, Jes. Aku akan menyusulmu nanti," ujarnya. Jessy menangkat jempolnya lalu pergi dari sana.

Sesampainya di mobil,  Daniel segera membukakan pintu mobil untuk Vale. Ia menundukan kepalanya dan mengecup tangan Vale. "For my queen." Vale tertawa senang.

"Kau bener tidak ingin ikut Vale?" tanya Daniel yang sudah mengendarai mobilnya.

"I want but i can't Daniel," ucap Vale sendu. Daniel kembali mengembuskan nafasnya mendengar jawaban sang kekasih.


Las Vegas


"Daniel, kau ingin ikut? Aku akan ke cafe di sebrang hotel bersama yang lain." Rambut keriting itu terlihat dari balik pintu kamar Daniel. Daniel mengehentikan permainannya, ia mengagguk lalu bangkit mengambil hoodie hitamnya di atas kasur. "Di mana yang lainnya Jack?" tanyanya yang baru saja keluar kamar lalu mengunci pintu.

"Mereka sudah dibawah," jawab Jack singkat, "Kau tau, Dani? Gabbie semalam marah besar kepadaku dan ia hampir saja memecahkan semua barang di kamar hotel," sambungnya lesu.

Daniel membulatkan matanya kaget, pasalnya pasangan kekasih ini tak pernah bertengkar sama sekali kelihatannya bahkan mereka sangat romantis di depan umun. "Oh ya? Why?" tanya Daniel heran.
Jack mengangkat bahunya. "Kemarin seorang fans mendatangiku mengajakku foto bersama, lalu aku merangkulnya dan Gabbie lihat itu dan malamnya ia langsung memarahiku habis habisan, mungkin moodnya sedang kacau." Jack terkekeh kecil mengingat Gabbie yang sampai saat ini tak ingin berbicara dengannya.

Daniel ikut tertawa lalu berkata, "ku kira pasangan seperti kalian tak pernah berteng–"

"Daniel!" Ya itu Jon. "Daniel!!" teriaknya lagi.

Ia memutarkan matanya bosan, lalu menepuk pundah Jack. "Kau duluan saja Jack. Aku akan menyusul nanti, si tua bangka ini marah marah lagi," ucapnya sedikit keras agar Jon mendengar. Jack mengangguk lalu pergi meninggalkannya.
Jon terlihat marah, ia memukul kepala Daniel pelan. "Kau?! Kau mengataiku tua bangka lagi!" hardiknya kesal. Daniel tertawa kencang sambil memegang perut. "Kau memang tua Jon," ucapnya lagi.

"Kemana si keriting itu?" Keriting yang Jon maksud adalah Jack. Daniel menangkat alisnya sebelah seperti mengatan 'ada apa?'

"Kau tanya ada apa? Kau yang ada apa?! Kau sudah tidak pernah makan teratur, saat di bandara kau bahkan tidak menghabiskan makananmu. Kau mau jatuh pingsan saat konser, hah?! Aku sih tidak akan menyuruh semua kru untuk menggotongmu!" jelasnya.

Daniel tertawa, ah ia akhir akhir ini sering sekali tertawa. "Sekarang aku akan pergi makan Jon. Kau baru saja menghalangiku untuk makan!" serunya. Daniel lalu melenggang begitu saja meninggalkan Jon. "Aku mau makan dengan yang lainnya di cafe sebrang!" teriaknya yang sudah menjauh dari Jon.

Daniel memasuki sebuah cafe di sebrang hotel dengan tergesa-gesa, perutnya sudah meminta dimasuki sesuatu sejak tadi.
Bruk
"Sorry, are you okay?" Daniel mengulurkan tangan membantu wanita itu berdiri.
"I'm okay, no problem. Hey, Mr. Seavey is that you?" Wanita itu memperhatikan Daniel dari atas hingga bawah. 'Ya itu Daniel!' pikir wanita itu. Daniel mengerutkan dahinya mencoba mengenali wanita itu. "You know me?"
Wanita itu berdecak kesal. "Ya, you dont remember me?! what the heck Daniel!"
Daniel kembali mengingat-ingat siapa wanita tersebut. Tapi, sungguh ia tidak ingat sama sekali siapa wanita itu.
"Alright," ucap wanita itu pasrah lalu mengulurkan tangannya, "I'm Aaliyah, and you?" lanjutnya.
Daniel membulatkan matanya, lalu memeluk Aaliyah cepat. "Oh my god, you're Aaliyah? How are you?" Daniel mengusap kepala Aaliyah pelan. Aaliyah tersenyum senang, Daniel telah mengingatnya. "I'm fine, i've a job," katanya.
"What is it?"
"I'm a model now! It's my dream Daniel!" ujar Aaliyah semangat. Daniel terkekeh lalu membawa Aaliyah ke sebuah tempat duduk. "I think, you've to meet my girlfriend, she is a model like you."
Aaliyah mengerutkan dahinya. "Your girlfriend? i think, we will get married right?" Daniel kembali tertawa mengingat masa kecilnya bersama Aaliyah. "We are still very small, remember?" Aaliyah tersenyum terpaksa, ia menyodorkan ponselnya kepada Daniel "Can i have your number?"
"Sure." Daniel mengetikan beberapa digit angka di ponsel Aaliyah lalu memberikannya kembali. "Well, aku harus pergi, kita akan bertemu lagi nanti, dah."
Daniel kembali melangkahkan kakinya mencari teman temannya. Daniel memperhatikan sekitarnya, gotcha! Ia melihat rambut mie Jack di ujung sana.
"Hei, Daniel!" sapa Corbyn lalu melakukan salaman sesama laki laki. Ia mendudukan dirinya di samping Corbyn.
"Kata Jack kau dipanggil si tua itu,ada apa?" tanya Zach penasaran. Daniel memakan kentang goreng milik Zach. "Hei!!" serbu laki laki itu.
Daniel tertawa lalu mengeluarkan beberapa lembar dolar dari dompetnya. "Tolong pesankan aku," lanjutnya. "Pesan sendiri!" sahut Jonah.
"Hei, kau ingin memesan kopi bukan?" Jonah memutar matanya bosan lalu bangkit dari duduknya dan mengambil uang yang Daniel keluarkan.
Zach memberhentikan Jonah yang ingin pergi. "Jonah wait, one more, i want ice cream." Zach juga mengeluarkan beberapa lembar dolar dari dompetnya. Jonah mengambil uang itu dengan malas, Zach terkekeh diikuti the boys.
"Jadi ada apa?" tanya Zach kembali. "Seperti biasa, dia menyuruhku makan," jawabnya malah.
Mereka hanya menggeleng gelengkan kepalanya, sudah biasa melihat Daniel yang dipaksa makan oleh Jon. Memang diantara mereka yang sangat jarang sekali makan hanya Daniel, lihat saja badannya yang kurus itu.
"You know? I just broke up with Kay." Corbyn tersedak jusnya lalu berkata, "why?"
Zach mengangkat bahunya tidak peduli. "I'm cheating her."
"What?!" tanya mereka kaget, bahkan Jonah yang telah kembali dengan membawa beberapa makananpun tersentak kaget oleh pernyataan Zach.
"Stupid boy," sahut Jonah.

•••
"Hei," sapa Aaliyah di backstage

Daniel kaget mendapati Aaliyah di backstage membawa sebotol air minum. "Hei, what are you doing here?" Aaliyah menyodorkan botolnya kepada Daniel.

Aaliyah sedikit tersenyum air minum yang ia bawa diminum oleh Daniel. "Kau konser di sini dan aku tidak melihatmu? itu kesalahan besar Daniel," ucapnya terkekeh. Daniel mengacak rambut Aaliyah pelan sambil berucap terima kasih.

"Hei, guys, kemarilah," ajak Daniel

Jonah datang menghampirinya diikuti ketiga temannya yang lain. "I guess, Aaliyah?" terka Jonah.

"Yaa, bagaimana kau bisa tau?" tanyanya heran. Jonah lalu mengulurkan tangannya, "Aku Jonah, Daniel pernah menceritakanmu dulu," jawabnya.

Diikuti Corbyn, "Hai Aaliyah, aku Corbyn, you look beautiful," ucap Corbyn menyambut tangan Aaliyah. Jack mengembuskan nafas bosan, "Ingat Christina, dude!"

Aaliyah tertawa lalu beralih kepada laki laki yang pipinya memerah. Itu Zach, "Hei Aaliyah, senang bertemu denganmu, aku Zach," ujarnya semangat.

"Aku Jack, dan ini rambut asliku," ucapnya memberitahu sebelum Aaliyah sempat menanyakannya.

"Ah, bagaimana kalau kita makan bersama di restoran?" tanya Aaliyah dengan semangat.

Mereka tersenyum, "Ah, aku sangat lelah mungkin lain kali," kata Zach yang diangguki oleh semuanya kecuali Daniel.

"Jangan sedih lil gurl  kau bisa pergi bersamaku." Daniel menenangkan sambil merangkul Aaliyah.

"Oke, have fun!" kata mereka berbarengan lalu pergi meninggalkan Daniel dan Aaliyah.

Daniel menundukan dirinya sedikit agar sejajar dengan Aaliyah. "Aku akan ganti baju dulu, kau tunggu di mobil, okey?" Aaliyah mengangguk lalu pergi meninggalkan Daniel.

•••

Aaliyah yang baru saja keluar dari toilet club melihat Daniel yang sudah menghabisakan botel keduanya. Ia memang mengajak Daniel pergi ke club untuk bersenang senang sebentar sehabis dari restoran. Namun, tidak untuk mabuk mabukan.

Tangannya menepuk pipi Daniel yang matanya sedikit tertutup, "Hei, kau mabuk?" tanyanya.

Daniel kembali menegak Vodkanya, "Tidak, Aaliyah aku tidak apa apa," jawabnya dengan muka yang sedikit teler.

Aaliyah kembali duduk di kursinya lalu mengangkat gelas whiskey nya ingin bersulang dengan Daniel, namun yang Daniel lakukan adalah merangkul Aaliyah membuat whiskey yang ia pegang tumpah hingga ke baju Daniel.

Aaliyah terkejut, "Oh my god Daniel! You're drunk!" pekiknya.

Ia mengembuskan napasnya, dengan susah payah ia memapah tubuh Daniel yang tentunya lebih besar darinya menuju ke mobil. "Kau berat Daniel," ucapnya lalu mengusap pipi Daniel pelan kemudian mengemudikan mobilnya.


•••

Daniel merasakan ada sebuah tangan menepuk nepuk pipinya, ia membuka matanya dan sesekali menggeliat. Lalu dengan cepat membuka matanya dengan sempurna saat melihat langit langit kamarnya yang ia rasa bukan di hotel yang ia tempati.

Dengan cepat Daniel mendudukan dirinya di tempat tidur dan melihat Aaliyah menggunakan yang ia rasa itu baju miliknya. "Aaliyah aku dimana? Dan kenapa kau memakai bajuku?" tanya Daniel belum mengerti.

Aaliyah tersenyum, "Ayo, aku sudah siapkan sarapan, kita akan makan bersama." Aaliyah beranjak dari kasur lalu pergi ke dapur.

"Aaliyah aku dimana?" tanya Daniel sekali lagi.

Aaliyah baru saja keluar dari dapurnya membawa 2 piring berisi sarapan mereka, "Ayo Daniel, kau harus cicipi masakanku!" Aaliyah menghampiri Daniel dengan semangat.

"Aliyah, aku tanya sekali lagi aku dimana? Dan kenapa kau memakai bajuku?!" Daniel mulai geram dengan kelakuan Aaliyah.

Aaliyah memutar matanya bosan. "Kau ada di apartemenku Daniel, dan soal bajumu semalam aku tidak sengaja menumpahkan whiskey di bajumu."

"Lalu kenapa aku ada disini?"

"Kau mabuk menghabiskan 3 botol vodka, dan aku membawamu ke sini, aku tidak melihat teman temanmu sama sekali semalam," jelas Aaliyah lalu kembali menghampiri Daniel.

Daniel mengambil hoodie miliknya yang ada di kursi lalu mengambil kunci mobilnya di nakas, tanpa berkata apa apa lagi ia pergi dari apartemen milik Aaliyah.
•••

Daniel menghampiri teman temannya yang berada di lobby hotel, ia rasa mereka sedang berbicara serius.

"Hey, sup," sapa Daniel yang sudah berada di hadapan teman temannya. Mereka hanya terdiam tak menanggapi sapaan Daniel.

Christina yang kekesalannya sudah tidak bisa dibendung lagi kemudian menghampiri Daniel.

Plak

Sebuah tamparan kencang yang ia hadiahi untuk Daniel, sedangkan Daniel hanya diam belum mengerti apa yang terjadi.

"You jerk!" hardik Christina yang masih kesal. Corbyn menarik Christina ke pelukannya, "Calm down, baby."

Daniel menatap satu persatu dari mereka semua meminta penjelasan, matanya menangkap Vale yang sedang menangis di pelukan Gabbie.

"Vale? Kau disini?" Daniel mencoba mendekati Vale. "Stop it! Don't touch me!" teriak Vale saat Daniel ingin memeluknya.

Daniel kembali dibingungkan oleh Vale yang tidak mau disentuh, bahkan sejak kemarin ia sama sekali tidak bertengkar dengannya, kenapa kekasihnya ini seperti sangat marah kepadanya.
"Wait, what? Ada apa Vale?" tanya Daniel yang memelankan suaranya.

"Kau dari mana saja, Dan?" tanya Jack yang ingin menengahi dan meminta penjelasan.

Daniel terdiam sebentar, "Aku dari– apartemen Aaliyah," jawabnya ragu.

Vale yang mendengar itu mengencangkan tangisan, ia kecewa dengan Daniel.

Jack menyodorkan ponsel Vale yang tadi dipegang oleh Gabbie, "Kau bisa jelaskan ini, Dan?" Daniel membulatkan matanya lalu mengacak acak rambutnya frustasi kemudian ia membanting ponsel milik Vale.

"Vale, aku mohon aku bisa jelaskan padamu," ucapnya memohon bahkan Daniel berlut

•••

"Hei."

Aaliyah yang sedang terburu buru sangat kaget melihat seseorang menyapanya, "Sejak kapan kau ada disini?" tanyanya masih berjalan keluar apartemen.

Wanita itu tertawa, "Kau mau kemana?" tanyanya balik. Aaliyah berhenti lalu dengan cepat ia menarik tangan wanita itu sebelum ia pergi.

"Hai kau apa apaan?! Mau dibawa kemana aku?!" Wanita itu memberontak.

Mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil Aaliyah. "Sekarang katakan dimana Vale berada?" tanyanya. Wanita itu melotot, "Hei apa yang mau kau lakukan?!" tanyanya tidak terima.

Aaliyah balik melebarkan matanya, "Kau bilang apa yang mau aku lakukan, hah?! Hei! Kau sendiri bahkan menghianatinya kan?! Bahkan aku tau, kau yang selama ini mengirim foto fotoku dengan Daniel kepada Vale kan?" Aaliyah tersenyum miring, "sekarang beritahu aku dimana Vale?" lanjutnya.

Wanita itu menarik  nafasnya, "Mereka semua berada di hotel tempat Daniel menginap," ungkapnya.
•••

"Vale, aku mohon aku bisa jelaskan padamu," ucap Daniel memohon bahkan ia berlutut di hadapan Vale. Melihat Vale yang masih terisak di pelukan Gabbie membuatnya semakin frustasi. Daniel memegang kedua tangan Vale, lalu mengecupnya bergantian kemudian menariknya ke dalam pelukan Daniel.

"I can explain, i swear i'm not cheating you, i'm sorry to make you disappointed," ungkap Daniel sembari mencium puncak kepala Vale.
"Wah."Aaliyah baru saja datang dan melihat sepasang kekasih sedang bermesraan.

"Apa aku mengganggu kalian?" tanyanya memiringkan kepalanya.

Daniel mendongak menatap mata Aaliyah dengan tajam. Aaliyah terkekeh mendapat tatapan maut dari Daniel, "Kenapa Danielku? Kau marah? Ah bahkan semalam kau yang memelukku erat sekali." Aaliyah tertawa sekali lagi.

Jessy– wanita yang tadi menemui Aaliyah sekaligus asisten pribadinya Vela hanya bisa mematung melihat drama ini

"Shut up bitch!" Aaliyah tertawa lagi, "Sudahlah aku muak melihat drama ini, terima kasih Daniel malam berharganya." Aaliyah mengedipkan matanya kepada Daniel lalu pergi dari situ diikuti Jessy dibelakangnya.

"Jessy!" teriak Vale, ia berlari menghampiri Jessy. Ia melepaskan pelukan Daniel, ia ingin meminta penjelasan kenapa Jessy bersama wanita itu.

Bruk

Vale jatuh terduduk, kakinya lemas melihat kejadian di depan matanya. Ia menutup mulutnya tidak percaya, air mata itu sukses membasahi pipinya lagi. Vale dengan jelas melihat kedua wanita itu, terutama Jessy ditabrak sebuah truk saat mereka ingin menyebrang.
Vale ingin melihat wajah Jessy, tapi kakinya tak sanggup barang berdiri sekalipun. Tangannya ingin memeluk Jessy yang berlumur darah, tapi sekali lagi ia tidak sanggup.

Daniel dan teman temannya yang lain menyusul Vale yang sudah ada di depan hotel. Ia memeluk Vale yang terduduk tepat di depan pintu hotel sambil menangis.

"Sstt, everything will be okey," ucap Daniel menenangkan.



•••

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang