~ Yuni Lestari ~
Mata yang sayup, napas yang tersenggal, dan keringat yang bercucuran, semua itu kumplit dirasakan oleh seorang gadis yang bernama Maurin Syahila. Dia sedari tadi terus berlari menghindar dari sang pacar yang hanya bisa berbuat kasar. Namun sepertinya, Maurin sudah tidak kuat lagi untuk melarikan diri, pandangannya mulai buram dan tubuhnya ambruk seketika.
Untung saja seseorang dengan sigap menahan tubuh gadis itu. Pemuda dengan handuk kecil di pundaknya berusaha membangunkan Maurin, tapi itu tidak berhasil. Dengan tenaganya, ia mengangkat tubuh Maurin dan dibawa masuk ke dalam mobil pick up miliknya.
Sedangkan sosok bertopi dengan masker yang menutupi setengah wajahnya, dia terus menatap tajam ke segala penjuru jalan, seolah mencari mangsa dengan tatapan elangnya. "Maurin! Kau jangan coba-coba sembunyi dariku! Kau di mana, huh?"
Cowok berbadan kekar itu terus menyibak-nyibakkan semak-semak di sekelilingnya, pikirannya mengatakan pasti Maurin bersembunyi di sana.
"Argh! Sialan!" murka Regan dengan menendang angin di depannya. Ternyata Maurin sudah tidak ada di sana. "Awas saja, hidupmu tidak akan tenang Maurin!"
••••
"Auhh ...." Maurin membuka mata perlahan dengan memegangi kepalanya, ia merasakan kain kompres bertengger di keningnya. Dia mengamati ruangan yang asing dan sempit dengan barang-barang kuno yang terpajang di sana. "Aku di mana?"
"Di rumahku," timpal seorang laki-laki yang baru saja memasuki ruangan tersebut dengan membawa sepiring nasi. "Ini, makan dulu. Tadi badanmu panas, sepertinya kau demam."
"Siapa kau? Kenapa aku bisa ada di sini?"
"Aku Bayu. Tadi kau pingsan di jalan, jadi aku bawa ke sini."
Bayu meletakan makanannya di meja. "Kau di sini saja, jangan lupa di makan. Aku pergi jualan dulu. Nanti kalau kau sudah membaik, baru aku antar pulang." Bayu langsung melesat pergi keluar, padahal Maurin sudah berniat ingin menyergah ucapan Bayu barusan.
••••
Regan Nabastala, pria usia 23 tahun asal Jakarta yang sekarang sedang naik daun. Penyanyi sekaligus bintang sinetron ini selalu saja dikerumuni para fans yang memuja-muja dirinya. Terlihat dewasa, murah senyum, romantis, dan baik hati, itulah yang selalu Regan tunjukan ke semua awak media. Berbeda dengan kepribadiannya yang nyata, cowok kasar, emosional, egois, dan keras kepala, semua itu menjadi sesuatu yang sangat dirahasiakan oleh sosok Regan.
Seperti sekarang ini di kediamannya, Regan terus membanting barang-barang yang terpajang di ruang keluarga. Rahangnya yang mengeras dan napasnya yang memburu membuat semua pelayan di sana tahu, kalau tuannya itu sedang marah besar.
"Fras! Frassss!" Regan terus memanggil asistennya yang tak kunjung datang.
"Iya tuan?"
"Temukan Maurin! Bawa dia secepatnya ke hadapanku!" Fras hanya mengangguk sebagai respon dan langsung meluncurkan perintah itu kepada anak buah lainnya.
Tak lama kemudian, datang seseorang yang tanpa takut langsung duduk di sofa dan menyulutkan rokok di sana. "Regan, kau mau sampai kapan terus mempertahankan gadis yang tidak ada gunanya seperti Maurin?" tanya Setyo, kakaknya Regan sekaligus manager-nya.
Sesekali Seyto menghisap rokoknya dan menciptakan asap. "Lebih baik kau biarkan saja dia pergi. Kau masih punya banyak simpanan gadis."
"Tidak, dia adalah gadis yang berhasil membuatku jatuh cinta. Jadi aku tidak akan melepaskannya!"
••••
Maurin keluar rumah hanya untuk menghilangkan rasa bosan. Bayu belum juga datang, padahal Maurin sudah menunggunya. Tak sengaja Maurin melihat dua orang berbaju hitam berjalan ke arahnya, ia sedikit takut dan berniat ingin masuk ke dalam rumah. Namun, kedua orang itu berhasil sampai lebih dulu dan mencegat langkah Maurin.
"Permisi, Mbak. Numpang tanya, tahu alamat ini?" Maurin menghela napas lega, ternyata hanya orang yang ingin menanyakan alamat.
"Maaf, Pak. Saya bukan warga sini, jadi saya tid- eumphh ... mmphh!" Ucapan Maurin tercekat karena ada tangan yang tiba-tiba saja membiusnya. Ternyata itu tangan dari salah satu orang tadi, mereka berhasil membuat Maurin tak sadarkan diri dan membawanya pergi.
Beberapa menit berikutnya, terlihat mobil pick up datang dengan barang-barang perabotan yang tinggal sedikit. Bayu keluar dari mobil sambil menghitung uang yang ada di tangannya. "Alhamdulillah, hari ini penghasilan banyak."
Ia kembali melangkah masuk karena ingin segera melihat keadaan gadis yang ditolongnya itu. Namun netranya sama sekali tidak melihat gadis itu. Bayu terus mengecek di setiap ruangan rumahnya, tapi tetap saja tidak ada. "Ah, mungkin dia sudah pulang," pikirnya positif.
••••
"Bawa dia ke kamar!" Regan memerintah ke semua bawahannya. Dia segera menyusul Maurin yang masih pingsan setelah menunjuk salah satu pelayan untuk mengikutinya.
"Ganti pakaiannya," seru Regan mengambil sebuah dress selutut dari lemari, sepertinya dia sudah menyiapkan itu sebelumnya. Pelayannya pun hanya mengangguk dan melihat tuannya pergi keluar kamar.
Tak butuh waktu lama, Maurin sudah siap dengan penampilannya. Tinggal polesan make up dan tataan rambut yang harus dikerjakan. Namun, untuk melakukan itu Regan harus menunggu Maurin terbangun.
Maurin membuka mata dan langsung tertuju pada sosok Regan yang sedang duduk di tepi ranjang. "Regan! Kau menculikku, huh?" sarkas Maurin dengan tatapan tajam.
"Untunglah kau cepat sadar, jadi kau bisa langsung di make over."
"Maksudnya?" Maurin tidak mengerti dengan ucapan Regan barusan.
"Satu jam lagi aku akan performance di salah satu hotel, karena di sana ada acara show modeling, dan kau akan pergi bersamaku."
"Tidak! Seharusnya kau bertanya dulu padaku!" Emosi Maurin mulai tidak terkontrol, ia sampai turun dari ranjang dan melangkah lebar menuju pintu. Namun tangan Regan berhasil menarik Maurin ke dalam pelukannya.
Dengan sengaja Regan mengencangkan dekapannya hingga Maurin kesulitan bernapas. "Ingat! Jangan coba-coba menolak permintaanku! Atau kau akan kehilangan ibumu seperti kau kehilangan ayahmu!" bisiknya terdengar menyeringai.
Maurin terlepas dari pelukan Regan dan hanya menatap pria di depannya dengan benci, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Maurin tidak mau ibunya terancam seperti nasib ayahnya dua bulan lalu, beliau tewas karena dikeroyok oleh orang-orang suruhan Regan, dan itu hanya karena ayahnya Maurin tidak mengijinkan Regan untuk bertemu dengan putrinya.
Maurin sudah muak dengan semua itu, dia merasa hidupnya ini hanya sia-sia. Dijodohkan dengan orang yang salah, dan malah mendapat kesengsaraan. Seperti tiga hari yang lalu, rumahnya diberantakan oleh Regan karena sang ibu tidak memberi tahu keberadaan Maurin. Belum lagi, Maurin selalu dijambak, dipukul dengan keras dan ditampar jika tidak menuruti kemauan Regan.
"Duduk!" titah Regan mencekal tangan Maurin paksa agar dirinya terduduk di depan cermin. Pelayan pun datang dan segera memoles wajah Maurin.
••••
Acara show modeling terlihat sangat meriah dengan para tamu dari kalangan atas dan pastinya para selebritis juga para penonton. Apalagi setelah kedatangan Regan dan Maurin —pasangan yang hampir satu tahun ini menjadi sorotan public— semua penonton di sana langsung heboh berdesak-desakan ingin meraih tangan sang bintang.
Mereka berdua pun dicegat dengan pertanyaan para wartawan yang membuat Maurin risih, rasanya ia ingin kabur dari tempat yang menyiksanya ini. Karena biasanya, Regan tidak pernah mengajak Maurin dalam acaranya.
"Mas Regan apa kau akan serius menjalin hubungan dengam wanita ini?"
"Mas Regan, pasanganmu terlihat gugup, apa dia tidak suka jika diajak ke tempat seperti ini?"
"Mbak Maurin bagaimana rasanya bisa bersanding dengan Mas Regan seorang bintang besar?"
"Mas Regan akan menyanyikan lagu apa malam ini?"
Telinga Maurin sungguh menolak untuk mendengar semua pertanyaan konyol itu, rasanya ia ingin mengatakan semua kebusukkan Regan di depan media.
"Kekasihku akan menjawab semua pertanyaan itu. Iya, kan, Sayang? Coba jelaskan semuanya, mereka ingin tahu." Regan menarik pinggang Maurin agar semakin dekat dengannya. Namun Maurin malah membulatkan mata saat Regan melempar pertanyaan itu kepadanya.
Maurin berpikir jawaban apa yang akan ia berikan, tapi pikiran negatifnya malah muncul seketika. Otaknya mengatakan bahwa ia harus membongkar kedok Regan sekarang juga, namun hatinya berkata tidak. Maurin sungguh bingung.
"Umm ... saya ... akan serius dengan Regan, dan pastinya saya sangat senang bisa menjadi pendamping hidup Regan." Regan mengecup kening Maurin, ia terlihat sangat senang. Semua wanita di sana menjerit tak terima karena idolanya itu memperlakukan Maurin dengan manis di depan seluruh fans-nya.
"Tapi semua itu bohong!" Ucapan Maurin membuat Regan sekaligus orang-orang di sana mengernyit tidak mengerti.
"Maksudmu apa?" tukas Regan mulai mengeluarkan tatapan elangnya. Dia juga mencekal pinggang Maurin keras.
"Regan Nabastala, bukanlah pria yang selama ini kalian kira dia adalah pria sempurna! Dia pecundang yang hanya bisa menyiksa wanita! Termasuk saya korbannya! Dia tidak sebaik yang kalian lihat! Dia bagai psikopat yang akan menerkam segalanya untuk mencapai keinginannya! Termasuk melakukan kekerasan!" Semua pasang mata langsung menatap satu sama lain, mereka menganga tak percaya mendengar penuturan Maurin.
"Apakah itu benar, Mas Regan?" sambar wartawan yang mulai penasaran.
"Tidak!" Regan memejamkan matanya singkat, dia tidak boleh menunjukkan kemarahannya di depan media. "Haha ... kekasihku ini memang pandai sekali bergurau, dan itu termasuk gurauannya. Haha ... lucu, bukan? Dia ada-ada saja." Regan membuat tawa palsu, dan tanpa orang lain sadari, tangan Regan terus menekan pundak Maurin dengan kukunya. Maurin merasakan itu, tapi ia bisa menahan sakitnya.
"Jangan dengarkan dia! Kalau kalian ingin bukti, coba lihat ini." Maurin sedikit mengangkat kain yang menutupi pangkal lengannya, dan di sana terlihat memar kebiruan akibat pukulan Regan. Maurin juga menunjukkan luka lainnya pada bagian lutut yang tadi terhalangi oleh dress. Sedangkan Regan hanya membulatkan matanya lebar dengan napas yang mulai memburu, ia sudah mengeraskan rahang dan mengepalkan tangan bersiap memberi pelajaran pada kekasihnya.
Plakk!
Tangan Regan dengan sengaja menampar wajah Maurin, dia juga mendorong gadis itu sampai tersungkur. "Kau benar-benar membuatku emosi! Lihat saja apa yang akan aku lakukan!" Regan belum sadar, kalau sekarang banyak camera tengah meliput kejadian itu.
Regan meraih rambut Maurin dan menariknya dengan keras. "Ingat, Rin! Kau tidak bisa menghancurkanku semudah itu! Aku akan lebih kejam bila kau terus bertindak!" Maurin meringis, tapi ia tetap diam.
'Semoga kau bisa mendapat sakit yang setimpal, Regan!' Di dalam hatinya Maurin bersyukur karena semua orang sudah melihat buktinya secara langsung .
"Astaga! Aku tidak percaya idolaku sejahat itu!
"Laporkan dia ke polisi!"
"Regan sungguh biadab!"
"Aku menyesal telah menjadi fans-nya!
Regan baru sadar setelah mendengar ocehan semua orang yang menghujatnya. Ia berdiri dan menetralkan diri. "U-umm ... semuanya harap tenang! Tadi ... hanya acting!" Tatapan semua orang malah tertuju pada Maurin yang sudah berlari menjauh dari keramaian, dan Regan dengan segera mengejarnya.
Setyo, melihat semua kejadian tadi. Ia menepuk jidatnya kesal karena Regan mengacaukan semuanya. Setyo mengikuti Regan takut ia melakukan hal-hal yang tidak wajar.
••••
Kaki mulus Maurin terus berlari tak tentu arah dengan bantuan remangnya lampu jalanan. Untungnya tadi ia sempat melepas sepatu high heels-nya.
"Maurin! Berhenti kau!" Ternyata Regan masih mengejar gadis itu. Dia tidak peduli dengan orang-orang yang ia tabrak secara tidak sengaja.
Melihat Regan semakin dekat, degup pada jantung Maurin pun semakin kencang. Ia tidak mau sampai tertangkap lagi oleh Regan. Dengan menyebrangi jalan raya, mungkin Maurin akan selamat. Namun langkahnya terhenti karena klakson mobil yang hampir menabraknya.
"Arghh!" Maurin tersungkur ke jalanan beraspal. Ia harus bangkit lagi untuk menyelamatkan diri, tapi suara seseorang berhasil membuatnya menoleh.
"Mbak ini ... yang waktu itu saya tolong, 'kan?" tanya Bayu yang turun dari mobilnya karena tadi hampir menabrak Maurin.
Maurin mengangguk cepat, ia malah menarik tangan Bayu untuk segera masuk ke dalam mobil. "Ayo masuk! Ayo! Cepat!" Maurin pun juga ikut masuk ke dalam mobil.
"Maurin! Kau tidak akan bisa lolos dariku!"
Maurin memerintahkan Bayu untuk segera menancap gas, karena Regan sudah mendekati mobilnya. "Ayo cepat jalan!"
Arghhhhh!
"Regaaaann!" teriak Setyo yang melihat adiknya terpental akibat tertabrak truk besar.
Maurin mendengar teriakkan itu, karena mobil mereka belum jauh dari sana. Dia penasaran apa yang terjadi sehingga Setyo meneriaki nama Regan dengan keras. "Stop, stop! Kita putar balik." Bayu memutar arah mobilnya dan menuju tempat semula.
"Astaga!" kejut Maurin setelah melihat Regan terkapar di jalan dengan darah yang bercucuran. Dia segera menghampiri Setyo yang terus memeluk adiknya sembari meneteskan air mata. Orang-orang pun berdatangan mengerumuni jasad Regan, ternyata dia tewas seketika di tempat.
"Ya tuhan ... cepat panggil ambulance!" seru Bayu yang ikutan panik juga.
Maurin memundurkan langkahnya dengan senyuman yang disertai tangisan. Ia terus terisak melihat kejadian itu.
"Mbak kenapa malah menghindar, ayo cepat kita bantu dia." Bayu tidak tahu apa yang sedang Maurin rasakan sekarang.
"Haha ... Tuhan mengabulkan doaku. Tuhan memang adil! Hiks ... inilah azab yang setimpal dengan apa yang sudah kau perbuat Regan!" Maurin senang karena akhirnya Regan mendapatkan hukumannya. Tapi entah kenapa, hatinya tidak tega melihat semua itu. Maurin tidak menyangka kalau hidup Regan akan berakhir seperti ini.
- END -

KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...