~ Santi Rasmita A. ~
"Apa maksud kamu Lucy?!" sentak Kirana
Ia terkejut. Ibunya tergelatak di lantai dengan darah yang terus keluar dari perutnya. Kaki nya melemas, air mata di pelupuk mata sudah tak bisa ditahan lagi. Memandangi orang yang ia sayangi sudah tak bernyawa.
Lucy tersenyum licik. Melemparkan pisau yang berlumuran darah ke sembarang arah. Melipat tangan didepan dada. Langkah kaki Lucy bergerak mendekati Kirana. Jari jarinya memengangi pundak Kirana dan mendorongnya. Kirana tersungkur dan kepalanya menghantam dinding. Ia memengangi kepanaya, rasa amat pusing bermunculan.
"Ma-maksud kamu apa Lucy?!"
Kirana terisak, ia tak percaya. Saudara tirinya ini bisa berbuat sekejam itu. Iblis apa yang memengaruhinya? Apa Lucy yang ia kenal itu hanya menggunakan topengnya untuk membuat Kirana percaya padanya?
"Kamu tanya maksud aku?"
Tangan Lucy mencengkram pipi gadis cantik itu.
"MIKIRR!!! KARENA KAMU DAN PEREMPUAN MENJENGKELKAN ITU SUDAH MASUK KEKEHIDUPANKU!!!"
Lucy melepaskan cengkramannya. Kemuadian
PLAAKKKK
Gadis itu menampar pipi kanan Kirana.
Sekarang pipi gasis itu memerah
"AYAHKU SENDIRI LEBIH MENARUH KASIH SAYANGNYA KE KALIAN. AKU SUDAH TAK DIPERHATIKAN SEPERTI DULU. YANG DIPIKIRANNYA CUMAN WANITA MENJENGKELKAN ITU!!!"
Wajah Lucy kini memerah. Emosinya sudah tak bisa ditahan lagi. Semua amarah yang dipendamnya kini di lampiaskan kepada kedua wanita yang paling dibencinya.
"Tenang Lucy. Semua gak seperti yang kamu pikirin. Ayah sekarang sudah tenang disana. Aku dan ibuku gak bermaksud mengambil kasih sayang ayahmu. Ayahmu tetap menyayangimu Lucy," jelas Kirana seraya terisak.
"Apa maksud kamu tenang?! Kamu dan ibumu yang membunuh ayahku. Apakah kamu gak ingat?"
Kirana menunduk, bukan dia bukan pembunuh.
Saat itu ayah dan ibunya ingin menjemput Kirana di taman. Entah karena mobil yang dikendarai orang tuanya mengalami masalah apa. Rem mobil blong. Sontak kedua orang tua mereka panik dan mobil itu menabrak truk. Namun sayang, nyawa ayah mereka tak bisa disekamatkan.
Sejak itu Lucy menjadi orang yang berbeda. Lucy mulai membenci Kirana dan ibunya. Bahkan Lucy jarang sekali pulang kerumah
"Aku dan ibuku bukan pembunuh. Semua itu murni kecelakaan."
"Semua gak bakal terjadi kalo mereka gak jemput kamu dasar gadia manja!. Gadis gak tau diri. Kalian itu hama yang harus ddimusnahin."
Lucy mengambil dompet dan semua uang milik ayah serta ibunya. Memasukkan semua nya ke dalam tas dan segera pergi dari rumah ini.
"Awas aja sampai lo laporin gue. Nasib lo akan sama seperti perempuan itu," tunjuknya
"Semua akan ada pembalasannya Lucy. Tuhan gak akan diem aja liat semua ini," ucap Kirana.
"Kita liat aja apa apakah azab itu ada atau cuman omongan sok alim itu."
Lucy tersenyum meremehkan. Menggunakan masker dan jaket agar tak dikenali. Lalu pergi dari rumah itu entah kemana.
Kirana menghampiri ibunya. Tangis kian pecah. Segera ia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
“Tante tolong kerumah ku sekarang.”
“Ada apa sayang? Apa yang terjadi?”
“Ibu-ibu dibunuh sama Lucy hikss”
“ Innalillahi , baik tante akan kesana kamu tenang dulu ya sayang.”
Tuuutt tutt tuut
Panggilan terputus
...
Kirana tak tinggal diam. Setelah pemakaman ibunya. Dia segera melaporkan kejadian tempo hari ke kepolisian. Tak peduli dengan ancaman Lucy, ibunya harus mendapat keadilan.
Sekarang, ia hidup bersama adik dari ibunya. Tante Riska dan Om Rama menerima kehadatangan Kirana dengan senang. Karena kedua pasangan itu tak memiliki anak, ia menganggap Kirana seperti anak kandung mereka sendiri. Kirana bahagia tentunya memiliki keluarga yang menyayanginya dengan tulus.
Tok tok tok
Kirana segera menghampiri pintu rumah. Mungkin ada seseorang yang akan bertamu atau sekedar bertemu kepada Tante Riska.
“Cari siapa?”
Kirana terkejut. Sekarang yang menemuinya adalah Lucy beserta para polisi.
“Ada siapa sayang?” tanya Tante Riska.
"Selamat pagi Ibu Riska. Kami sudah menangkap pelaku pembunuhan Ibu Natasha. Apakah benar dia pelakunya?" tanya salah satu polisi.
"Benar pak dia pelakunya," jawab Kirana
Raut wajah menyesal tampak di wajah Lucy. Wajahnya kini pucat tubuhnya pun lebih kurus dari saat mereka terakhir bertemu
"Tolong Kirana maafkan aku. Bebaskan aku Kirana, aku berjanji tak akan mengulanginya lagi," pinta Lucy.
Kirana kini tersenyum. Bukan senyum meremehkan namun senyum tulus.
"Aku sudah memaafkan mu Lucy. Namun, aku butuh keadilan bagi ibuku. Sekarang ucapanku benar kan? Pasti ada pembalasan disetiap perbuatan.”
“ Pak polisi lanjutkan proses hukum dan penjarakan dia."
"Baik kami akan menjalankan proses hukum. Permisi Ibu Riska dan Anak Kirana."
Para polisi membawa Lucy menjauhi pekarangan rumah Tante Riska. Lucy memberontak namun apadaya. Tenaganya akan jauh kalah dari para polisi yang memborgol tangannya. Lucy memasuki mobil polisi dan akan dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Sekarang Kirana merasa lega.
Semua perbuatan pasti akan balasannya. Tuhan akan membalas semua perbuatan jahat umatnya dengan balasan yang pantas.
'Azab itu pasti ada' gumam Kirana.
...
“Hai Lucy,” sapa Kirana.
Lucy terdiam. Ia tak percaya jika saudari yang dulu ia lukai kini mengunjunginya. Kirana menggenggam tangan Lucy. Kini Lucy menangis.
“Maafkan aku Kirana. Kamu bukan pembunuh aku yang pembunuh. Ayah dan ibu pasti menyesal melihat anaknya sekarang seperti ini.”
Kirana kembali tersenyum. Jujur sudah sejak lama ia memaafkan Lucy walau jatinya masih sakit mengingat kejadian itu.
“Sudah aku sudah memaafkanmu. Sekarang jalani aja. Aku akan nyemangatin kamu. Aku juga minta maaf gak bisa mencabut tuntutan ini.”
Sudut bibir Lucy terangkat, terlihat senyuman mengembang di wajah nya. Ia kini lega, saudarinya ini benar benar memaafkannya.
“Kamu gak salah. Aku pantas mendapat semua hukuman ini atas perbuatanku. Aku berterima kasih karena kejadian ini aku jadikan pelajaran bagiku. Terima kasih Kirana. Kamu benar benar saudariku yang baik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...