🍯 Karya : Alma 🍯
Gadis itu menengadah, kemudian memejamkan matanya sebentar. Teringat lagi dengan sebuah masa lalu yang sangat kelam, sebuah peristiwa yang menimpa kepada orang yang ia sayangi.
Gadis itu merunduk, menatap kembali sebuah batu nisan di depannya, ia mengusap batu tersebut, menghilangkan beberapa kotoran yang berada di sana.
"Hey, eotteokke jinaemnida? Aku tebak pasti di sana tidak ada lagi pertengkaran Appa dan Eomma, ya? Jungyoon-oppa, apa kau tidak merindukan ku?"
Satu tetes air mata jatuh dari pelupuk gadis itu, mata sendunya menatap nama seorang Kakaknya yang sedang beristirahat dengan tenang di sana.
Lee Jung Yoon
13 Januari 2000 - 16 Oktober 2017
"Ini sudah berjalan tahun, aku masih saja terus merindukan dirimu. Kenapa kau tega sekali meninggalkan aku sendiri, sedangkan kau di sana tenang tanpa harus mendengar teriakan kedua orang tua kita?" tanya gadis itu lagi, berharap ada yang menjawabnya.
Lee Eun Ji, Eunji panggilannya. Ini memang sudah dua tahun sejak Jung Yoon meninggalkannya, sebuah kejadian tak terduga. Di hari Jung Yoon dalam perjalanan ke pesta perpisahan sekolahnya, Jung Yoon malah mengalami kecelakaan.
Umur tidak ada yang tau, itu rahasia Tuhan. Namun, Eunji merasakan ini sangat tidak adil. Kakaknya bisa tenang tidak mendengar pertengkaran, sedangkan Eunji masih harus bersabar mendengar kedua orang tuanya bertengkar.
Gadis cantik itu mengusap nisan kuburan Kakaknya lagi, membersihkan kotoran yang masih tertinggal. Kemudian gadis itu meletakkan buket bunga.
"Oppa, Oppa harus ingat aku di sini merindukan kehadiranmu. Aku masih merasa tidak adil, tapi istirahatlah dengan tenang," ujar Eunji sembari menghapus air matanya.
"Tto mannapsida."
Gadis itu sekali lagi tersenyum ke nisan di depannya, kemudian membalikkan badannya dan melangkah pergi.
Ponsel Eunji bergetar, dengan cepat ia merogoh ponselnya dari saku jaketnya.
Dongyoung: Eunji-ya, kau di mana?
Dongyoung: aku ingin mengajakmu keluar, tapi kau sedang tidak ada di rumah
Eunji: mianhae, hari ini aku tidak bisa bersamamu
Eunji: aku janji akan pergi denganmu di lain hari
Eunji tersenyum, hampir saja lupa ia memiliki seorang kekasih. Han Dong Young, pemuda yang sampai saat ini bertahan untuk terus menemani Eunji. Hubungan mereka sudah berjalan hampir tiga tahun, dan Eunji bersyukur walaupun Dongyoung jarang berbicara banyak, tetapi ia sering sekali diam-diam memerhatikan Eunji.
Eunji masih merasakan matanya basah, padahal ia sudah keluar dari pemakaman dan baru saja dichat oleh kekasihnya.
Memang hari-hari terbaiknya adalah hari di mana ia bersama Jung Yoon, Kakaknya.
Tak sadar telah lama berjalan, Eunji terkejut melihat sudah berada di kawasan perumahannya. Ia berjalan cepat menuju rumahnya, ketika sudah sampai entah mengapa rasanya seperti sunyi sekali.
"Eomma?" Eunji memanggil Ibunya, tapi tidak sahutan. Bahkan seperti tidak ada orang di dalam.
Aneh, ini baru saja pukul dua siang. Hari ini Eomma tidak berkerja, seharusnya ia berada di rumah.
Dengan banyak pertanyaan dalam kepala, Eunji mulai menyusuri rumahnya yang besar ini. Tentu saja ia tidak melewatkan satu sudut pun.
Hanya ada satu yang belum ia pastikan, kamar mandi. Eunji membuka pintu kamar mandinya, dan ia langsung melebarkan kedua matanya.
"Eomma? Kenapa kau melakukan hal seperti itu?" tanya Eunji terkejut, dan langsung mengerluarkan tangan kiri Ibunya dari bathub.
Eunji dengan cepat mencari sebuah kain untuk meminimalisir darah yang keluar dari pergelangan tangan kiri Ibunya.
BRUK!
Gadis itu terjatuh saat ingin kembali ke kamar mandi, tidak peduli dengan luka yang ia dapatkan, Eunji segera bangkit dan menghampiri Ibunya.
Eunji mengambil ponselnya, menghubungi ambulan. Wajahnya sudah basah, air matanya jatuh melihat Ibunya yang detak jantunya semakin melemah.
Lima belas menit kemudian, ambulan datang. Beruntung karena pertolongan pertama yang diberikan oleh Eunji, menjadikan Ibunya masih bisa terselamatkan.
Mata Eunji menangkap sosok lelaki yang sangat familiar, Ayahnya. Kening Eunji berkerut, Ayahnya berada di sekitar rumahnya tetapi kenapa ia tidak ada memancarkan rasa kepedulian?
Severance Hospital, nama Rumah Sakit tersebut. Salah satu Rumah Sakit terbaik di Korea Selatan.
Eunji hanya dibolehkan untuk menunggu di luar ruangan ICU, walaupun tidak rela tetapi apa boleh buat? Dari luar ruangan Eunji hanya dapat memanjatkan doa agar Ibunya tidak pergi meninggalkan Eunji.
Gadis itu masih terdiam, hingga ia merasakan ada yang menautkan jari jemarinya. Eunji menoleh, dan menemukan sosok Dongyoung yang berada di sebelahnya.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu aku kalau Eomma masuk rumah sakit?" tanya pemuda tampan itu pelan dan dengan sangat hati-hati.
Eunji hanya menggelengkan kepalanya pelan, tidak menjawab, tenggorokannya tercekat, lidahnya kelu.
Dongyoung menghela napasnya pelan, kemudian menarik tubuh Eunji ke dalam pelukannya. Ia mengelus pelan kepala Eunji.
Tanpa sadar ujung mata Eunji basah, air matanya turun begitu saja dengan deras. Napasnya tidak menentu, tanpa ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya, gadis itu masih saja menangis.
"Kamu sabar dulu, jangan nangis terus. Eomma nanti marah sama kamu yang nangis terus, bukannya doa," kata Dongyoung mencoba menenangkan tangis Eunji yang pecah.
"Dokter sudah keluar, kamu gak mau tanya tentang Eomma kamu?" tanya Dongyoung ketika melihat para dokter sudah keluar dari ICU.
Eunji tidak merespon, membuat Dongyoung melepas pelukannya dan menuntun Eunji untuk duduk di kursi yang berada di depan ruangan ICU.
Dongyoung melangkah mendekat ke arah para dokter, lalu menundukkan tubuhnya hormat. "Annyeonghaseyo," sapa Dongyoung sopan.
Para Dokter itu mengerutkan kening, kemudian ikut membungkukkan tubuhnya. "Keluarga pasien?" tanya Dokter itu.
Dongyoung menggelengkan kepalanya, "saya bukan keluarga pasien, saya pacar dari anak pasien tersebut."
"Eunjiーputri dari keluarga pasien masih dalam keadaan shock," jelas Dongyoung, akhirnya membuat Dokter itu mengerti.
"Keadaan pasien sudah melewati masa kritis, tetapi kita masih harus menunggu waktu pasien tersebut sadar. Mohon bersabar, kami pasti melakukan yang terbaik," jawab Dokter tersebut dengan tegas dan mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman.
Setelah menjelaskan hal tersebut, para Dokter berjalan meninggalkan Dongyoung dan dua perawat membawa Eomma Eunji menuju ruangannya.
Dongyoung kembali menghampiri Eunji yang masih terdiam, pemuda itu mengusap air mata yang menetes dari mata gadis cantik itu.
"Sabar sebentar ya, Eomma kamu udah melewati masa kritis, tinggal tunggu sadar. Bersabar sedikit, jangan lupa doa," ujar Dongyoung memperingatkan Eunji.
Eunji melebarkan matanya, kemudian melompat ke dalam pelukan Dongyoung. "Jinjja? Kamu gak bohong, kan?" tanya Eunji dengan nada agak keras.
"Sssst, ini rumah sakit loh, jangan buat suara keras-keras. Kamu jangan diem terus, jadi aja sampai kaget begini," tegur Dongyoung, sontak membuat Eunji menciut.
**
Eunji memejamkan kedua matanya, sudah tiga hari ini ia memulai sekolahnya. Berada di penghujung tingkat SMA membuatnya harus rajin untuk masuk sekolah, ditambah latihan-latihan untuk ujian masuk ke jenjang berikutnya.
Gadis itu sebenarnya masih ingin menangis mengingat Ibunya belum juga ada tanda-tanda untuk sadar dari komanya, tetapi hal itu hanya akan membuat Dongyoung ataupun Eun Chae ikut bersedih.
Eunji mungkin belum memperkenalkan Eun Chae, Eun Chae adalah sahabatnya selama ia berada di Kyunggi High School, keduanya sudah bersama ketika menginjak jenjang pertama sekolah ini. Eun Chae juga merupakan pacar Jung Yoon sebelum Jung Yoon meninggal dunia.
Kalau Eunji bersedih di depan Eun Chae, pasti akan membuat Eun Chae merasa terganggu belajarnya. Oleh karena itu, Eunji tidak ingin memperlihatkan kesedihannya.
Berbicara tentang bersedih, ada juga yang membuat hati Eunji merasa lega. Appa Eunji telah ditangkap atas tuduhan dalam percobaan pembunuhan Eomma Eunji. Kebetulan saat Eunji pergi ke rumah sakit, ada salah satu petugas polisi yang masih berada di sana, di saat itu Appa Eunji sudah berniat ingin mengambil barang bukti, namun naas polisi tersebut terlebih dahulu mengetahui keberadaan Appa Eunji.
Walaupun setelah ditangkapnya Appa Eunji tidak membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik, justru karena Appa-nya ditangkap ia menjadi bahan gunjingan beberapa tetangganya.
Tetapi, lagi-lagi ada seseorang yang menggenggam tangannya seakan memberi kekuatan. Ia, dia adalah kekasih Eunji.
"Hari ini kamu ingin langsung pergi ke rumah sakit atau pulang terlebih dahulu?" tanya Dongyoung ketika sudah sampai di halte bus.
Kening Eunji berkerut, kemudian terkekeh pelan. "Aku mau naik bus, jadi langsung ke rumah sakit," jawab Eunji.
"Aniya, kalau kau mau pulang terlebih dahulu, aku akan mengantar kamu ke rumah sakit menggunakan mobil," balas Dongyoung pelan.
Eunji menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gwaenchanayo, aku akan pergi sendiri ke sana."
"Baiklah, jaga dirimu. Aku akan menyusul setelah tugas-tugasku selesai," ucap Dongyoung sebelum Eunji menaiki bus yang menuju rumah sakit.
Eunji mengangguk mengerti, kemudian masuk dan segera mengambil tempat duduk. Bus siang ini agak sepi dari biasanya, jadi Eunji dapat menduduki tempat duduk di mana saja.
Lamanya perjalanan membuat Eunji termenung, apa kalau Eomma-nya tak kunjung sadar maka ia harus melakukan hal yang sama seperti Appa-nya? Yaitu melukai pergelangan tangan?
Eunji menggigit bibir bawahnya, ia berpikir bahwa hal tersebut adalah hal yang baik. Setidaknya, ia tidak akan lagi menyusahkan Eomma-nya.
Setelah sampai di rumah sakit, gadis itu langsung berjalan cepat menuju kamar Eomma-nya.
Masih sama. Eomma-nya masih terbaring di tempat tidur tersebut, dengan selang infus yang menempel pada hidungnya. Ada rasa tidak tega dalam hatinya, air matanya jatuh kembali. Eunji masih tidak habis pikir, kenapa Appa-nya setega ini?
Ada satu bilah pisau yang terletak di atas meja. Ah, Eunji mengingatnya, itu adalah pisau yang ia gunakan untuk mengupas apel kemarin.
Tangannya dengan cepat meraih pisau tersebut, dan dengan tangan yang bergetar gadis itu mengarahkan pisaunya ke pergelangan tangan kirinya.
Eunji memejamkan mata, berdoa agar apa yang ia rasakan nanti tidak akan sesakit yang ia bayangkan. Eunji mulai menyayat kecil pergelangan tangan kirinya, sampai sebuah tangan melempar pisau itu jauh-jauh.
Eunji terperangah tak percaya dengan apa yang barusan terjadi, kini Eomma tengah menatapnya tajam. Entah keajaiban apa sehingga Eomma-nya tersadar, dan langsung menghentikan aksi Eunji.
"Kamu sudah gila? Kamu mau membuat Eomma merasakan sakit dua kali? Kamu mau Eomma merasakan seperti dibunuh dua kali? Setelah kehilangan Jung Yoon, Oppa-mu itu, apa kamu mau Eomma merasakan sakit yang sama?" cerca Eomma membuat Eunji terisak.
Eunji merapatkan kedua tangannya, dan mulai menangis. "Eomma, selama ini aku hanya menyusahkan Eomma. Jadi ... jadi aku pikir ... jalan inilah yang ... terbaik," jawab Eunji tersendat-sendat.
"Cukup kamu di sisi Eomma, itu sudah cukup meringankan beban Eomma. Kau tahu, aku sangat menyangi Jung Yoon dan kamu. Maka dari itu, kalau aku kehilangan dirimu setelah aku kehilangan Jung Yoon, aku akan merasakan sakit yang sama dua kali," jelas Eomma panjang lebar.
Eunji menundukkan kepalanya, mulai menangisi perbuatan bodohnya.
"Sekarang coba kamu keluar dan mencari udara segar, dokter pasti akan segera mencariku," kata Eomma memerintah anak gadisnya.
Eunji segera beranjak dari kursinya, gadis cantik itu mengangguk patuh dan mengikuti perintah Eomma-nya untuk keluar dari ruangan.
Eunji duduk di kursi depan ruangan Eomma-nya, tak lama kemudian satu dokter dan satu perawat datang menghampiri ruangan Eomma-nya, serta disusul oleh Dongyoung.
"Kenapa tidak ke dalam?" tanya pemuda itu heran.
Eunji menggelengkan kepalanya, rasanya masih menyesal sempat menyerah dan mencoba bunuh diri. Padahal ia hanya disuruh untuk menunggu sebentar saja hingga Eomma-nya sadar.
"Aku telah berbuat hal bodoh, tadinya aku sempat berpikir bahwa lebih baik untuk bunuh diri. Selain karena Eomma yang tidak kunjung sadar, aku juga tidak ingin merepotkan pihak lain. Seperti kerabat Eomma," jelas Eunji dengan suara bergetar.
Dongyoung menggenggam jari Eunji, kemudian menatapnya dengan tatapan penuh arti. "Kau lupa?" tanya Dongyoung.
Kedua alis Eunji berkerut, tak paham pertanyaan Dongyoung. "Apa maksudmu?" balas Eunji balik bertanya.
"Masih ada aku di sini, aku kekasihmu dan akan ikut bertanggung jawab apabila ada sesuatu. Kamu ingat kan, kita hanya tinggal menunggu kelulusanmu dan akan menikah?" jawab Dongyoung, sontak membuat Eunji mengatupkan bibirnya.
Gadis cantik itu menunduk, menyadari bahwa ia salah berbicara. "Maaf," katanya dengan suara pelan.
Dongyoung merapikan rambut Eunji, lalu mengusap puncak kepalanya pelan.
Gadis cantik itu menunduk, menyadari bahwa ia salah berbicara. "Maaf," katanya dengan suara pelan.
Dongyoung merapikan rambut Eunji, lalu mengusap puncak kepalanya pelan. "Obati dulu pergelangan tanganmu yang tersayat," ucap Dongyoung mengingatkan.
Eunji menggeleng-geleng, dan memberikan senyuman manisnya. "Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil. Aku membawa hansaplast," balas gadis itu dengan nada setenang mungkin, agar Dongyoung tidak terlalu mengkhawatirkan luka kecil Eunji.
Baru saja Dongyoung ingin memeluknya, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh seorang perawat yang keluar dari ruangan.
"Jangan lupa bawa alat defibrilator," ucap dokter yang masih berada di ruangan dengan suara agak keras.
Eunji saling bertatapan dengan Dongyoung, tidak paham. Kebingungan dari keduanya jadi terjawab ketika dokter keluar, dan berdiri di depan pintu.
"Sebelumnya kami ingin mengucapkan permintaan maaf, mohon panjatkan doa untuk Ibumu. Kami akan berusaha semampu kami, Ibumu dalam keadaan tidak baik walaupun sudah melewati masa kritis," jelas dokter itu.
Kedua kaki Eunji langsung lemas, setelah mendengar penjelasan dokter, Eunji terjatuh. Baru saja ia merasa lega Eomma-nya sudah sadar, namun harus dijatuhkan lagi oleh kenyataan yang menyedihkan.
Seorang perawat kembali lagi dengan membawa alat defibrilator, dan membawa salah seorang dokter lagi.
Eunji menutup kedua matanya yang sudah dibasahi oleh air mata, tenggorokannya seperti tercekat.
Dengan mengumpulkan seluruh kekuatan, Eunji berjalan menuju kursi dan duduk di sana. Ia hanya bisa menangis, dan memanjatkan doa untuk Eomma-nya
Satu jam gadis itu menunggu, hingga seorang perawat keluar. Perawat itu keluar dengan wajah pucat, membuat Eunji mengerti seketika maksud dari raut wajah perawat itu.
"Maaf, pasien tidak dapat diselamatkan, ternyata keadaan sudah sangat parah walaupun sempat sadar. Maaf, kami tidak bisa menyelamatkannya."
Eunji merasa seperti tertampar oleh kenyataan, dua tahun yang lalu Jung Yoon meninggalkannya untuk selama-lamanya. Sekarang, Eomma-nya juga ikut meninggalkan Eunji. Padahal, baru saja beberapa jam yang lalu ia diselamatkan oleh Eomma-nya dari percobaan bunuh diri.
Dongyoung menarik tubuh Eunji, dan menenangkan gadis cantik itu. Perawat di depannya pun tidak dapat melakukan apa-apa.
Tidak lama setelah kabar kematian Eomma-nya Eunji, mayat langsung diurus dan dikremasi.
Eunji berdiri di depan makam Eomma-nya, dengan nisan yang bertuliskan nama Eomma-nya.
Na Joo Hyun
23 Desember 1980 - 16 Oktober 2019
"Eunji, ayo pulang." Dongyoung menarik lengan Eunji pelan.
Eunji tidak merespon, masih terdiam di depan makam Eomma-nya. Lagi, pikirnya. Ini sudah menjadi Oktober yang kedua kalinya ia mengalami kesedihan. Dua tahun yang lalu, ia ditinggal Jungyoon, dan sekarang ia kehilangan lagi ... Eomma-nya.
Dongyoung menghela napas pelan, setia menunggu gadisnya sampai ia mau pergi dari tempat tersebut.
"Dongyoung-ya, kenapa mereka tega meninggalkan aku sedangkan aku tidak boleh menyusul mereka?" tanya Eunji dengan suara paraunya.
"Mereka mencintaimu, hanya saja memang sudah waktunya untuk pergi. Tidak dengan kamu, mereka memang meninggalkanmu, tapi ada aku di sini yang masih berada untukmu. Sadari itu, sekali ini saja."
Tangis Eunji pecah kembali, gadis itu dengan erat memeluk Dongyoung. Dengan cepat Dongyoung membalas pelukan dari Eunji.
"Ayo pulang, untuk saat ini kamu tinggal saja di rumah Eonnie-ku sampai saat hari kelulusan."
Eunji mengangguk mengerti, kemudian melepas pelukan. Keduanya berjalan pergi meninggalkan makam tersebut. Setidaknya, walaupun ini adalah Oktober yang menyedihkan, tetapi ia bisa tenang karena ada Dongyoung yang ingin menghibur dan membantunya selama beberapa waktu ke depan nanti.
FIN.
Note:
또 만납시다 (tto mannapsida): Sampai jumpa lagi.
어떻게 지냅니다? (eotteokke jinaepnida/jinaemnida) Bagaimana kabar Anda?
(-아, -야) -ah, -yah: Biasa digunakan untuk memanggil seseorang yang sudah dekat dengannya.
(어머니 /엄마) Eomeoni / Eomma: Panggilan untuk Ibu.
(아빠) Appa: Panggilan untuk Ayah.
(오빠) Oppa: Panggilan untuk Kakak kandung laki-laki.
(안녕하세요) Annyeong haseyo: kata 'halo' dalam bentuk formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
De TodoEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...