~ Dinda Wardatun Lailah ~
Lena Puspita adalah gadis remaja yang berumur 17 tahun. Ia adalah gadis yang cantik tetapi kecantikannya tak sebanding dengan akhlaknya. Lena adalah gadis yang malas, pembangkang, serta tidak pandai bersyukur.
Ia tinggal berdua bersama ibunya yang berumur 43 tahun. Ibunya bernama Reni dan bekerja sebagai tukang kue keliling. Hidup Reni dan Lena sederhana dan biasa-biasa saja. Mereka tinggal di rumah yang cukup sederhana dengan dua kamar di dalamnya.
Pada pagi yang cerah ini, Lena sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia tampak cantik dengan rambut yang dibiarkan tergerai dan polesan make up tipis di wajahnya. Lena menghampiri sang ibu yang tengah memasak di dapur. Kedatangan Lena disambut dengan senyuman hangat sang ibu, tetapi Lena hanya menatap sinis ibunya tanpa berniat membalas senyum ibunya atau sekedar menyapa. Reni hanya bisa memaklumi sifat anak gadisnya ini.
"Mana uang sakuku," minta Lena sambil bersedekap.
"Maaf yah sayang. Pagi ini ibu nggak punya uang," kata Reni lembut.
"Ibu gimana sih. Uang hasil jualan kue kemarin mana?" kata Lena menaikan oktaf suaranya.
"Uang hasil jualan kue kemarin habis Len, karena udah ibu beli telur untuk makan pagi kamu," kata Reni mencoba memberi pengertian.
"Ibu tu yah, nggak ada uang mulu. Nggak pikirin apa anaknya yang kelaparan di sekolah," bentak Lena.
"Kamu kan bisa makan pagi dulu di rumah. Pasti nanti di sekolah kamu nggak bakalan kelaparan," kata Reni masih dengan nada lembutnya.
"Ibu tuh nggak tau apa-apa. Mana makanan paginya cuma telur dadar doang lagi. Nggak ada yang lebih enak apa," kata Lena tak suka. Reni yang mendengar itu hanya bisa bersabar menanggapi sikap sang anak.
"Udah ah, Lena mau berangkat sekolah," kata Lena lalu melangkah pergi tanpa menyalim tangan Reni.
"Berikanlah hidayah kepada anakku ya Allah," kata Reni sedih sambil menatap punggung anaknya yang perlahan menghilang dari pandangannya.
***
Lena berjalan di jalan menuju sekolahnya yang berada tak jauh dari rumahnya. Lena berjalan dengan wajah kesal yang tercetak jelas. Ia sangat kesal kepada ibunya yang tak memiliki uang, yang miskin, yang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhannya. Andai saja Lena terlahir di keluarga yang kaya raya pasti ia akan bahagia.
"Huh." Lena menghela nafas sambil menendang kaleng yang ada di jalan.
Kaleng yang ditendang Lena tadi tak sengaja mengenai seorang perempuan yang berpakaian cukup terbuka. Perempuan itu seperti hendak memasuki mobil tetapi kegiatannya terhenti karena kakinya terkena kaleng.
Lena terkejut saat perempuan yang kakinya terkena kaleng yang ia tendang menatap ke arahnya. Dilihatnya perempuan itu berjalan ke arahnya.
"Kenapa kamu menendang kaleng ke arah saya?" tanya perempuan itu sinis saat ia sudah berada dihadapan Lena.
"Ah, saya benar-benar minta maaf. Saya nggak sengaja," ujar Lena meminta maaf.
"Baiklah, saya akan maafkan kamu," kata perempuan itu membuat Lena tersenyum senang.
"Makasih," kata Lena menunjukan senyuman manisnya.
"Nama Saya Misya. Nama kamu?" tanya Misya sambil mengulurkan tangannya.
"Lena," kata Lena memperkenalkan diri dan membalas uluran tangan Misya.
"Kamu cantik," puji Misya membuat Lena tersenyum malu.
"Mba malah lebih cantik," puji balik Lena membuat Misya tersenyum simpul.
"Sepertinya kamu harus pergi sekolah," kata Misya mengingatkan.
"Iya, saya harus pergi sekolah. Permisi," kata Lena hendak pergi tetapi langkahnya terhenti ketika Misya mencekal tangannya.
"Kenapa mba?" tanya Lena karena Misya mencekal tangannya.
"Boleh saya minta nomor telpon kamu," kata Misya.
"Boleh," jawab Misya lalu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas.
Misya tersenyum remeh saat ia melihat ponsel milik Lena adalah ponsel jadul. Misya dapat menyimpulkan bahwa Lena adalah orang miskin. Misya memberikan ponselnya pada Lena agar Lena dapat menaruh nomor ponselnya. Begitupun dengan Lena, ia memberikan ponselnya pada Misya.
Lena sempat terpukau saat ia melihat ponsel milik Misya. Ponsel keluaran terbaru yang pastinya sangat mahal. Lena sedikit iri pada Misya karena kecantikan dan kekayaannya. Lena mengembalikan ponsel milik Misya dan begitupun dengan Misya.
"Sepertinya ponsel mu sudah kuno," kata Misya membuat Lena tersenyum canggung.
"Apa kamu ingin bekerja denganku? Mungkin dengan kamu bekerja denganku kamu bisa membeli ponsel baru. Bahkan bukan hanya ponsel, kamu bisa juga membeli rumah kalau kamu bekerja keras," tawar Misya.
"Boleh, saya mau," kata Lena mengangguk setuju tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Kita bicarakan soal pekerjaan ini nanti malam. Saya ada urusan soalnya. Nanti malam saya akan sms kamu dimana tempat kita akan bertemu," kata Misya yang ditanggapi anggukan antusias oleh Lena.
"Saya pergi dulu yah Lena. Sampai jumpa nanti malam," kata Misya lalu berlalu dari hadapan Lena.
Lena tersenyum senang karena sebentar lagi ia akan mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan gaji yang bisa dibilang besar. Lena melangkah kembali menuju sekolahnya dengan raut wajah yang tampak senang kali ini.
***
Lena barusan pulang sekolah siang ini. Ia melempar sembarang tasnya lalu menuju dapur untuk mencari ibunya, tetapi di dapur Reni tidak ada. Lena beralih mencari ke kamar Reni, tetapi Reni juga tak ada disana.
"Ibu," panggil Lena sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia mendudukan bokongnya sambil mengipas wajahnya dengan tangan.
"Ibu kemana sih? Nggak tau apa aku laper," gerutu Lena.
Beberapa menit kemudian, Reni masuk ke dalam rumah dengan keranjang yang bersikan kue di tangan kanannya dan juga kresek hitam di tangan kirinya yang berisikan dua bungkus nasi.
"Lena, kamu udah pulang nak?" tanya Reni sekedar berbasa-basi. Reni menaruh keranjang kue di atas meja lalu mengeluarkan dua bungkus nasi.
"Ya iyalah udah pulang, pake nanya lagi," ketus Lena yang ditanggapi senyuman hangat saja oleh Reni.
"Makan dulu yah Len," kata Reni sembari membuka bungkus nasi.
"Yaelah, telur sama sambel dong. Ibu bisa nggak sih sekali-sekali beli daging," kata Lena tak terima dengan makanan yang dibawa ibunya.
"Uang ibu nggak cukup buat beli daging Len. Cukupnya beli itu doang. Nanti kalau kue ibu laris, ibu usahakan untuk beli daging buat kamu," kata Reni lembut.
"Ck," decih Lena lalu mulai memasukan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
Tak ada pilihan lain selain memakan telur dan sambal itu. Sebenarnya Lena sudah muak dengan telur, tetapi perutnya kali ini sangat lapar. Ia tak mungkin membiarkan perutnya keroncongan.
"Bagaimana sekolah kamu hari ini Len?" tanya Reni disela kegiatan makannya.
"Biasa aja," jawab Lena acuh yang masih fokus pada makanannya.
Setelah jawaban dari Lena, keheningan mulai menyelimuti. Mereka berdua fokus pada kegiatan makannya hingga Lena bersuara.
"Malam ini Lena mau keluar," kata Lena memberitahu.
"Mau kemana?" tanya Reni.
"Bukan urusan ibu," kata Lena cuek lalu beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamar.
Lagi-lagi Reni hanya bisa menghela nafas dan memberikan doa terbaik untuk anaknya. Reni selalu bersabar dalam menghadapi Lena karena ia menyayangi Lena serta Lena adalah satu-satunya orang yang ada dihidupnya.
***
Lena menatap restoran mewah dihadapannya. Setelah Misya mengirim lewat sms tempat mereka akan bertemu nanti, Lena langsung dengan cepat memilih baju terbaiknya dan menuju ke tempat yang sudah dijanjikan. Lena menatap penampilannya kini. Rok polos berwarna putih selutut serta baju kaos berwarna kuning yang tampak sangat sederhana. Ia jadi minder jika harus masuk ke dalam restoran yang pastinya dipenuhi oleh orang kaya itu.
Lena mulai masuk ke dalam restoran setelah memenuhi keberaniannya. Saat ia sudah masuk, dilihatnya dalam restoran ini sangat mewah. Ia menatap sekeliling restoran dan pandangan Lena terhenti pada meja bernomor enam yang sudah ditempati oleh Misya. Lena berjalan menghampiri Misya lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan Misya setelah sebelumnya Misya menyuruhnya untuk duduk.
"Hay Lena," sapa Misya tersenyum manis.
"Hay mba," sapa balik Lena tersenyum canggung.
"Kamu mau pesan apa? Pilih saja di buku menu ini," kata Misya sembari menunjuk buku menu dengan dagunya.
Lena membuka buku menu itu dan alangkah terkejutnya ia saat melihat harga dari semua makanan yang dijual disini. Belum lagi nama makanan yang susah dibaca. Lena jadi bingung ingin memesan apa kali ini. Ia sama sekali tidak memiliki uang untuk membayar makanan yang akan ia pesan nanti.
Melihat Lena yang tak kunjung memesan makanannya membuat Misya langsung tahu bahwa Lena tidak memiliki uang. Lena tersenyum remeh saat melihat gadis miskin dihadapannya ini.
"Kamu tenang aja Len, biar mba aja yang traktir kamu," kata Misya membuat Lena langsung mengalihkan pandangannya ke arah Misya.
"Nggak usah mba, saya jadi ngerepotin," tolak Lena sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Nggak ngerepotin kok Len, biar saya yang traktir," kata Misya lalu mengangkat satu tangannya guna memanggil pelayan. Pelayan pun datang ke meja Misya dan Lena.
"Pesan apa?" tanya pelayan itu sopan.
"Saya pesan steak dengan kentang dan orange juice," pesan Misya.
"Kamu pesan apa Len?" tanya Misya.
"Samain aja mba," kata Lena yang ditanggapi anggukan oleh Misya.
"Steak dengan kentang dua dan orange juice dua," pesan Misya.
"Baik, tunggu sebentar," kata pelayan itu lalu berlalu dari hadapan Misya dan Lena.
"Kita bicarakan tentang pekerjaan setelah makan yah Len," kata Misya yang ditanggapi anggukan saja oleh Lena.
Beberapa menit kemudian, pesanan Misya dan Lena datang. Misya dan Lena mulai makan makanan yang sudah mereka pesan dalam keheningan. Awalnya Lena tidak tau cara makannya, tetapi saat ia melihat cara makan Misya ia langsung bisa. Lena sempat kagum saat mersakan makanan yang ia rasakan. Baru kali ini ia mencoba makanan ini.
"Kita mulai sekarang topik pembicaraan kita," kata Misya yang sudah menghabiskan makanannya. Lena juga sudah selesai makan.
"Iya mba."
"Pekerjaan saya sebagai kupu-kupu malam. Kamu mau bekerja bersama dengan saya?" tanya Misya yang langsung membuat Lena terkejut.
"Hasil dari pekerjaan ini sangat banyak, bisa puluhan juta bahkan ratusan juta. Kita bisa bagi-bagi hasilnya nanti," kata Misya menawarkan.
"Maaf mba, saya nggak mau kerja kayak gitu. Itukan nggak halal," tolak Lena halus.
"Emang kamu mau Len hidup miskin kayak gini terus. Mending kamu jadi kupu-kupu malam dan kamu akan dapat banyak uang. Kamu dapat kepuasan serta dapat uang," kata Misya membuat Lena menimbang-nimbang.
"Saya mau mba," kata Lena menyetujui membuat Misya tersenyum.
"Besok malam kita mulai bekerja bagaimana?" tanya Misya yang ditanggapi anggukan saja dari Lena.
Malam ini Misya dan Lena bukan hanya makan bersama, tetapi mereka juga pergi berbelanja baju untuk Lena bekerja besok malam. Tentunya yang membayar adalah Misya.
***
Malam ini Lena sudah cantik dengan pakaian terbuka yang memperlihatkan dada dan lekuk tubuhnya. Ia menatap puas dirinya di depan cermin. Lena keluar dari kamarnya hendak pergi tetapi langkahnya terhenti ketika Reni menegurnya.
"Lena kenapa kamu berpenampilan seperti itu?" tanya Reni lalu beranjak dari duduknya dan menghampiri Lena.
"Lena mau kerja," jawab Lena datar.
"Kerja apa? Kerja apa yang membuat kamu harus berpakaian seperti ini?" tanya Reni.
"Kupu-kupu malam," jawab Lena santai.
"Astagfirullah Lena, itu pekerjaan yang haram. Ganti baju kamu sekarang dan jangan bekerja seperti itu," tegas Reni.
"Bodo amat," kata Lena acuh lalu melangkah keluar rumah. Reni memegang tangan Lena hendak mencegahnya untuk keluar. Lena menepis tangan ibunya dan mendorong sang ibu membuat Reni jatuh tersungkur.
"Ibu nggak usah ikut campur urusan aku. Aku kerja kayak gini juga demi ibu, supaya kita bisa kaya bu," kata Lena lalu melangkah pergi.
Reni bangkit dari jatuhnya lalu berlari kecil mengikuti Lena. Reni mengikuti Lena dari belakang dan tentu saja Lena mengetahui itu. Lena memberhentikan langkahnya lalu membalikan badannya dan menatap malas ke arah Reni.
"Ibu kenapa ikutin aku sih? Aku mau kerja bu," kata Lena tak suka.
"Lena ibu bilang jangan bekerja seperti itu. Kamu akan dapat dosa beaar Lena," kata Reni yang sudah menitihkan air mata.
"Lena nggak peduli bu, yang penting Lena dapat uang," kata Lena lalu kemabli melangkah.
Reni tetap saja mengikuti Lena karena tak mau jika sang anak bekerja yang haram. Lena mempercepat langkah kakinya hingga ia mulai menyebrang jalan dengan cepat. Saat Lena menyebrang jalan, tiba-tiba ada sebuah truk yang melaju dan menabrak Lena sehingga tubuh Lena terpental dan membentur trotoar.
Melihat itu Reni langsung menghampiri anaknya dan memeluk erat sang anak yang sudah berlumuran darah. Isakan tangis mulai terdengar dari mulut Reni saat melihat anaknya tak sadarkan diri. Reni memegang tangan Lena guna mengecek detak jantungnya. Tangis Reni pecah saat ia mengetahui Lena sudah meninggal.
"Lena," lirih Reni.
"Hiks... Hiks... Hiks..."
"Lena," teriak Reni penuh luka.
Malam ini Lena meninggal karena tertabrak truk. Supir truk tidak disalahkan disini karena yang salah memang Lena. Semenjak meninggalnya Lena, Reni berusaha untuk mengiklaskan kepergian anaknya. Reni setiap hari berkunjung ke makam Lena dan mendoakan segala yang terbaik untuk Lena.
Beberapa hari setelah meninggalnya Lena, Reni mendapatkan tawaran dari pengusaha untuk membuat kue bagi tokonya. Perlahan demi perlahan hidup Reni sudah mulai tercukupi. Bahkan ia sudah membuat toko kue sendiri dan mengangkat anak laki-laki yang bernama Ridho.
Ridho memiliki sifat yang berkebalikan dengan Lena. Ridho memiliki sifat yang baik, penurut, selalu membantu Reni serta sifat baik lainnya. Ridho diangkat oleh Reni sebagai anaknya saat Ridho berumur 16 tahun karena Ridho adalah yatim piatu serta Reni yang merasa kesepian karena tidak ada yang menemaninya.
***
Kita harus senantiasa berbakti dan menghormati orang tua kita. Orangtua kitalah yang berjasa atas kehidupan kita. Ayah yang tak pernah lelah mendidik dan menafkahi kita dari kita sebelum lahir bahkan sampai kita dewasa. Ibu yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan juga mendidik kita. Tak ada pengorbanan yang lebih hebat dan luar biasa dari pengorbanan ibu dan ayah. Maka dari itu, hormatilah orangtua kita dan muliakanlah mereka. Sesungguhnya jika kita berbakti kepada orangtua kita akan mendapatkan pahala dan juga balasan yang terbaik di dunia maupun di akhirat kelak
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...