~ Titian Awalia A. ~
BRAK!
“Kenapa sih, hidup gue miskin begini?!” teriak Miku setelah dia melemparkan sebelah sepatunya ke arah lemari pakaian yang terletak di samping ranjang. Miku menghempaskan tubuhnya ke kasur, dia melemparkan bantal, guling, dan selimut yang semula tersusun rapi hingga berserakan di lantai kamar.
Ceklek!
“Ya ampun, Miku, kenapa kamar kamu berantakan begini?” ujar Luka sembari memungut bantal yang tergeletak di lantai. Miku mendudukkan tubuhnya, kedua tangannya dilipat di depan dada dengan wajah yang di tekuk kesal.
“Tau ah!” balas Miku sembari mendengus. Luka tersenyum samar, dia kemudian menghampiri adiknya itu. Satu tangan Luka mendarat di bahu kiri Miku, sedangkan satu tangannya yang lain menangkup wajah Miku dengan lembut.
“Kamu di marahin sama Mama lagi?” tanya Luka. Miku tak menjawab, gadis berambut biru ikat dua itu melangkah ke arah jendela kamar. Luka menghela nafas panjang. Adiknya kembali merajuk, Luka cemas kalau permintaan Miku kali ini makin tak bisa di pungkiri. Bukan karena pelit, namun Luka tahu kondisi mereka yang tidak layak disebut cukup atau pas-pasan.
“Gue capek, kak. Kenapa harus hidup miskin kayak gini? Kenapa hidup gue nggak bisa seperti teman-teman yang lain?! Kenapa, kak?!!” bentak Miku dengan wajah yang berlinangan air mata. Luka menatap adiknya dengan senyum getir, dia kemudian melangkah mendekati Miku dan memeluk tubuh kecil gadis imut itu.
“Maaf, Miku. Tapi percayalah, suatu saat hidupmu akan berubah menjadi lebih baik ke depannya. Kakak janji,” ujar Luka sambil melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang bahu Miku dengan erat.
“Bagaimana caranya? Apa kakak punya uang untuk membiayai kuliah gue? Nggak 'kan?!”
Luka menundukkan pandangannya. Dia ingin melihat adik kesayangannya sukses di masa depan. Mendapat pendidikan terbaik dan bisa memiliki pekerjaan yang dapat mengubah hidup Miku. Namun sayangnya, Luka sedikit tidak yakin dengan keinginannya itu. Dari mana dia bisa mendapatkan banyak uang untuk membayar kuliah Miku? Sedangkan gajinya perbulan sebagai pelayan cafe hanya cukup untuk makan dan keperluan lainnya.
“Menyingkir dari gue! Gue muak sama lo semua!” ujar Miku sembari berlari keluar kamar. Beberapa detik kemudian, terdengar suara gebrakan pintu yang di banting cukup keras.
Luka hanya terdiam di tempatnya. Dia saat ini merasa sangat kecewa dan sedih. Pikirannya bagai benang kusut, dia tidak dapat berpikir dengan jernih saat ini. Apa yang harus dia lakukan?
~oOo~
“Liat deh, nyokap gue barusan pulang dari Perancis. Lihat apa yang dibawanya, kalung mutiara!!” ujar Teto, seorang cewek berambut merah gelombang yang memang latar belakangnya adalah anak orang kaya.
Rin menghela nafas gusar, cewek berambut kuning pendek itu melirik Miku yang tengah melamun. Satu tangannya mendarat di bahu Miku, dan itu sukses membuat Miku tersadar dari lamunannya.
“Miku, lo kenapa sih? Melamun gitu,” tanya Rin sembari menarik tangannya kembali. Miku menutup wajahnya dengan telapak tangan, berusaha menetralkan emosinya yang tersisa.
“Gue capek, Rin. Lo tau kan, hidup gue itu rumit!”
“Lo harus bersyukur, Miku. Tuhan selalu adil kok.” Ucap Rin. Miku mendengus, dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
“Andai hidup gue kayak Teto. Mungkin saat ini gue bakal bersikap seperti dia. Memamerkan harta, kekayaan, dan kemewahan hidup.” Kata Miku sambil menatap Teto yangi tengah dikelilingi oleh beberapa teman cewek yang lain.
“Lo bisa kok seperti Teto.” Sahut Len tiba-tiba. Miku dan Rin secara bersamaan menatap cowok berambut kuning yang sedari tadi sibuk memainkan gadgetnya.
“Caranya?” tanya Miku cepat. Dia tidak sabar untuk menjadi orang kaya. Atau kalau bisa, dia ingin detik ini juga bisa berganti posisi dengan Teto.
Len menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celana. Senyum cowok itu mengembang, memamerkan senyum terbaiknya kepada Miku. “Lo harus kerja keras, berusaha, dan rajin adalah kuncinya.” Tutur Len.
Miku melototkan kedua matanya. Jawaban yang keluar dari mulut Len, bukanlah jawaban yang ingin dia dengar. Miku kesal, dia kemudian beranjak dari cafe secepatnya.
Rin menekuk wajahnya, satu tangannya melemparkan botol kosong hingga mengenai kepala saudara kembarnya itu. Len meringis, dia sibuk mengusap-usap bekas botol yang mendarat di kepalanya.
Rin berlari keluar cafe. Ekor matanya menangkap sosok Miku yang tengah duduk di halte bis, tepat di pinggir jalan depan cafe.
“Miku, maafkan Len, ya? Dia emang gitu, suka sok-sokan. Padahal dianya sendiri sama aja.” Ujar Rin sembari duduk di sebelah Miku.
“Ya.. gimana, kan itu kenyataan. Gue nggak bohong dengan kalimat gue tadi.” Tambah Len yang kini bersandar di tiang halte dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Sebentar, cowok yang satu ini seperti hantu. Dia muncul secara tiba-tiba.
Miku tidak menjawab. Pandangan matanya menyorot kepada bis besar yang berhenti di depan halte. Beberapa detik kemudian, seorang pria berpostur tegap dengan rambut biru gelap, turun dari halte.
Miku takjub. Dia terpesona hanya dengan memandang wajah pria itu. Miku menepuk paha Rin dengan semangat.
“Miku, ada apaan?” ujar Rin heran. Miku menunjuk pria tadi yang kini ingin menyebrangi jalan raya. Miku bahkan tidak bisa melepaskan tatapan matanya dari pria tampan itu.
Rin dan Len menoleh secara bersamaan. Keduanya ber-oh ria saat mengenali siapa pria itu. “Namanya Kaito. Dia mahasiswa di Universitas Global Abadi. Dia juga sangat populer karena ketampanannya. ” Kata Rin menjelaskan siapa pria itu sebenarnya.
“Gue juga dengar kalau dia saat ini berpacaran sama Luka, kakak lo.” Tambah Rin serius. Miku menoleh, dia tidak percaya dengan apa yang Rin katakan barusan. Dia bilang tadi apa? Luka, kakaknya? Ini bukan mimpi ‘kan?
“Lo seriusan?” Rin mengangguk sebagai jawaban. Miku kembali mengalihkan tatapan matanya kepada pria itu yang masih berdiri di pinggir jalan, seperti sedang menunggu seseorang.
Cukup lama gadis itu menatap Kaito dari tempatnya duduk. Miku sangat mengagumi Kaito. Apakah ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Coba lihat, dari penampilannya yang sangat keren itu, Miku dapat menyimpulkan bahwa Kaito adalah seseorang yang berasal dari kalangan atas. Coba bayangkan, berpacaran dengan cowok tajir, pastinya kehidupan akan sangat indah bagai di surga. Saling mencinta, dan berubah bucin begitu terjebak dalam pesona. Miku menjentikkan jarinya, tiba-tiba sebuah ide brilian melintas di otaknya.
“Gue punya satu ide yang bakal mengubah hidup gue kedepannya.” Celutuk Miku dengan senyum manisnya.
Rin dan Len hanya saling bertatapan. Saudara kembar itu tidak tahu apa rencana Miku saat ini. Tapi untuk memastikan, mereka akan selalu membantu Miku demi mengetahui rencana busuk Miku yang berikutnya.
~oOo~
Kring!
“Selamat datang, dan se— Miku?” ujar Luka yang tengah menyemprotkan air ke bunga yang terletak di dekat pintu masuk cafe kecil bertemakan kebun bunga.
“Kak, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Apa lo ada waktu?” tanya Miku seraya mendaratkan bokongnya di sebuah kursi.
“Iya, Miku, aku selalu ada waktu untukmu. Ada apa?”
“Gue dengar, lo lagi berpacaran sama pria bernama Kaito. Apa itu benar?” Luka tersentak. Dia tidak mengira kalau Miku bisa tahu tentang hubungannya dengan pria tampan yang sangat populer itu. Luka menoleh dengan kening yang mengerut.
“Kamu tau dari mana?”
“Oh, jadi benar dong! Terus gue juga dengar kalau dia orang kaya.” Ucap Miku dengan maksud menyindir. Luka terdiam beberapa saat, kemudian mengangguk ragu.
“Ah ... akhirnya Tuhan menunjukkan jalan terbaiknya untuk gue. Thanks God!” kata Miku antusias.
“Eh, kak, gue punya ide.” Bisik Miku dengan satu tangan yang dikibas-kibaskan. Melihat Miku memberinya kode untuk mendekat, Luka segera melangkah ke hadapan adiknya itu.
“Lo mau gue bahagia 'kan, kak?” tanya Miku yang hanya di jawab deheman oleh Luka. “Nah, kalau gitu, lo minta uang dong ke Kaito. Lo kan pacarnya, jadi dia pasti akan memberikan uang itu.” Kata Miku licik.
Kedua mata Luka melebar. Ide Miku sungguh gila! Mana mungkin Luka meminta uang kepada Kaito yang notabenenya mereka baru berpacaran selama dua minggu. Luka dengan segera menggeleng cepat, dia menolak ide Miku itu.
“Nggak, Miku. Aku nggak mau berbuat seperti itu.” Bantah Luka dengan wajah tegang.
Miku mendengus. “Lo harus mau kak! Lo mau gue bahagia 'kan? Kalau begitu mintakan uang kepadanya. Gue butuh uang, kak! Uang! Bukan janji semata.” Bentak Miku yang sampai menarik perhatian pengunjung lainnya. Luka terdiam seribu bahasa. Jantungnya berpacu cepat saat mendengar teriakan Miku yang menuntut janjinya selama ini.
“Aku tau, Miku. Tapi bukan begitu caranya.” Jelas Luka meluruskan pikiran buruk Miku. Miku mengebrak meja di sampingnya. Mata gadis berambut ikat dua itu memasang ekspresi kesal.
“Tentu saja itu caranya! Lo tinggal merengek atau membuat alasan palsu agar dia merasa iba! Pokoknya gue nggak mau tau! Kalau lo nggak bisa, pacar lo itu jadi milik gue!”
Miku kemudian berjalan keluar cafe dengan emosi yang memuncak. Sedangkan Luka, dia tengah menumpahkan air mata kekecewaan dengan perasaan yang hancur berkeping-keping.
~oOo~
Miku menemui teman-temannya keesokan harinya. Karena masih belum mendapatkan uang yang dimintanya kepada Luka, Miku nekat akan menggoda Kaito hari ini.
Di sinilah sekarang Miku berada. Di sebuah club malam yang sangat ramai luar biasa. Miku dengan pakaian seksinya melangkah masuk ke dalam club diikuti Rin dan Len dari belakang
Dan benar saja, tebakan Rin tentang Kaito yang selalu kumpul bersama teman-temannya di club tersebut tidak meleset. Manik mata Miku menangkap sosok pria sasarannya itu yang tengah duduk di sebuah sofa dengan beberapa pria lainnya.
Miku dengan rasa percaya dirinya yang tinggi, melangkahkan kaki jenjangnya membelah kerumunan manusia yang tengah menggila berdansa diiringi musik DJ.
“Hai, pria-pria tangguh. Butuh teman?” tanya Miku dengan suaranya yang mampu membuat pria mana pun akan menoleh kepadanya.
“Hei ... cantik! Lo sangat seksi,” ujar seorang pria dengan siulannya memuji tubuh Miku yang dibalut baju super ketat hingga bentuk badannya tercetak sempurna.
Miku tersenyum maut. Dia segera mendaratkan bokongnya tepat di sebelah Kaito yang tengah memejamkan kedua matanya. Miku dapat menebak kalau pria tampan itu tengah mabuk. Itu terbukti dari bau tubuhnya yang berbau alkohol.
“Hei, tampan,” panggil Miku seraya memeluk sebelah lengan Kaito. Kaito membuka sebelah matanya, dia kemudian berdehem santai.
Miku tersenyum sumringah, sepertinya dia mempunyai kesempatan kali ini. Gadis itu mendempetkan tubuhnya kepada Kaito, kemudian membisikkan sesuatu di telinga pria itu.
“Gue dengar lo udah punya pacar. Tapi gue juga mau jadi pacar lo. Lo itu ganteng, tajir, dan berkelas. Lo tidak pantas berpacaran sama cewek kampungan seperti Luka.” Ujar Miku. Kaito membuka kedua matanya, satu tangannya membelai lembut wajah Miku.
“Lo cantik, berbeda jauh dari Luka. Tapi sayangnya nggak bisa, gue lebih cinta sama dia.” Jujur Kaito dengan senyum tipis.
“Oh, ayolah ... lo nggak mau menyia-nyiakan cewek cantik kayak gue 'kan? Nanti rugi lho,”
“Memangnya apa yang gue dapatkan kalau berpacaran sama lo?” tanya Kaito yang mulai kehilangan kewarasannya. Pria itu mencium pipi Miku sembari mengendus permukaan kulitnya yang lembut.
“Apa saja yang lo mau. Tapi ada syaratnya,” balas Miku sembari memejamkan kedua matanya dengan senyuman yang masih menghias wajah cantiknya.
“Apa syaratnya? Cepetan!”
Miku membelai wjaah tampan Kaito, kemudian mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung keduanya saling bersentuhan.
“Gue mau lo transfer uang sebanyak 20 juta ke rekening gue.” Ucap Miku berbisik. Kaito tersenyum, syarat yang dibuat Miku terlalu kecil untuknya. Dia dapat dengan mudah mentransfer uang itu saat ini juga.
“Baiklah, syarat di terima.” Pria itu kemudian menelpon seseorang meminta untuk mentransferkan uang ke rekening Miku sesuai permintaan gadis itu. Setelah selesai, Miku tersenyum senang. Dia tidak menduga bahwa Tuhan telah memberikannya kehidupan baru mulai detik ini juga.
Dan tanpa sepengetahuan Luka, kini Kaito dan Miku resmi berpacaran. Kaito sangat menikmati hubungannya dengan Miku. Walau gadis itu selalu meminta uang dan barang-barang mewah, Kaito sama sekali tidak keberatan. Karena hanya dengan Miku-lah akhirnya Kaito bisa mendapatkan apa yang tidak pernah bisa dia dapatkan dari seorang Luka.
Seminggu kemudian, Luka memergoki Kaito dan Miku tengah berciuman di dalam apartemen Kaito. Sebentar, apakah Luka disuruh datang ke apartemen pria itu hanya untuk menyaksikan keselingkuhan pacarnya? ‘Ini tidak mungkin terjadi, pasti hanya mimpi.’ Batin Luka merasa ada goresan kecil di hatinya.
“Kaito! Apa yang kamu lakukan?” bentak Luka dengan beruraian air mata.
“Oh, akhirnya kamu datang.” Ujar Kaito sembari terkekeh. Pria itu mendekati Luka, kemudian membelai wajah cantik Luka dengan senyum miring.
“Kamu cantik, Luka. Tapi maaf, aku harus memutuskanmu. Jadi mulai sekarang, Miku adalah pacarku. Dan kamu, hanya mantan yang terkhianati.” Kata Kaito tanpa basa-basi. Miku tiba-tiba dari arah belakang langsung memeluk tubuh Kaito dengan manja.
“Aduh, kasihan banget kakak gue. Sabar ya, ini ujian dari Tuhan.” Ucap Miku berbela sungkawa. Luka menatap Miku tidak percaya. Mengapa adiknya itu menusuknya dari belakang? Apa salah Luka kepadanya?
“Miku ... kenapa kamu seperti ini?” tanya Luka heran.
“Kenapa? Bukannya sudah jelas 'kan kalau lo itu memang nggak pantas! Dasar cewek kampungan!” hardik Miku.
Luka terisak, dia segera melangkah pergi dari apartemen Kaito dengan perasaan yang telah hancur berantakan.
~oOo~
Miku memoleskan bedak tipis ke wajah cantiknya. Setelah merasa puas dengan penampilannya, dia segera menuju ke dapur untuk memamerkan sesuatu yang diberikan Kaito kepada kakak dan juga mamanya.
“Princess mau lewat! Minggir!” ujar Miku saat dia melihat Luka tengah berjongkok membersihkan bunga yang di tanam di dalam pot. Luka menundukkan kepalanya, dia pun mengalah dengan sedikit bergeser ke samping guna memberi jalan kepada adiknya itu.
“Oh, kamu Miku, tumben jam segini udah bangun.” Kata mamanya takjub. Wanita itu membalikkan badannya, lalu terkejut saat melihat Miku telah berpenampilan rapi dengan seragam sekolahnya.
“Iya dong, ma. Miku nggak sabar mau memamerkan mobil pemberian Kaito.” Ucap Miku dengan suara yang agak di keraskan biar Luka dapat mendengarnya.
“Kaito memberikan kamu mobil?” tanya mamanya cepat merasa tidak percaya. Miku mengangguk sembari mengangkat tinggi-tinggi kunci mobil yang dia pegang.
“Ya ampun, baik benar Kaito. Lain kali kamu harus mengajaknya kesini. Ibu pengen bertemu dengannya.” Ujar mamanya antusias. Sedangkan Luka, dia merasakan dadanya sesak. Andai mamanya itu tahu siapa Kaito di masa lalu Luka. Huft ... sabar Luka, ini adalah sebuah cobaan.
“Yaudah, Miku berangkat dulu ya ma,” pamit Miku sembari beranjak keluar dapur.
“Memangnya kamu bisa menyetir mobil?” teriak sang mama dari kejauhan.
“Bisa dong, Ma!!” balas Miku senang. Miku kemudian menuju depan rumahnya, tepat dimana mobil mewah bercat putih terparkir. Miku berlari kecil ke arah mobil itu. Setelahnya dia menyetir mobil itu untuk menjemput kedua sahabatnya yang tak lain adalah si kembar berambut kuning.
“Uwah, hebat, mobil baru ya?” tanya Len sembari memutari mobil Miku dengan perasaan takjub. Rin memeluk Miku dengan erat. Dia juga ikut senang karena Miku telah bahagia sekarang.
“Yaudah, yuk, kita berangkat sekarang.” Ajak Miku yang disambut semangat oleh saudara kembar itu.
Di tengah perjalanan, Miku dengan sombongnya bercerita tentang barang-barang mewah pemberian Kaito. Len yang duduk di belakang sama sekali tidak mendengarkan. Cowok itu tengah sibuk dengan ponselnya. Sementara itu, Rin dengan senyum getirnya mendengarkan setiap kalimat yang terucap dari bibir Miku.
Saking asyiknya bercerita, Miku sampai tidak memperhatikan ada truk yang melaju dari arah berlawanan. Begitu suara klakson truk berbunyi, Miku sontak terkejut dan tidak bisa menguasai kendaraan barunya itu.
Hingga akhirnya keadaan kembali berbalik. Miku kembali terkena musibah. Gadis malang itu mengalami kecelakaan yang berat. Walau mobil Miku menabrak pembatas jalan, untunglah ketiga remaja itu tidak sampai terlempar keluar dari mobil. Safety Belt telah menyelamatkan nyawa mereka.
~oOo~
Beberapa Minggu kemudian...
“Ma! Ambilkan gue minum!” teriak Miku dengan suara yang keras. Gadis berambut dua itu tengah asik menikmati musik yang terputar melalui ponselnya. Sementara Luka, dia hanya berdiam diri di tempatnya melihat keadaan adiknya yang sangat memprihatinkan.
“Iya sayang, ini minumnya.” Ujar sang mama penuh cinta. Wanita paruh baya itu mengusap lembut kepala anak bungsunya penuh sayang.
“Ma, ganti lagunya dong. Cari lagu berjudul Kings And Queens, Ava Max.” Kata Miku sembari memberikan ponselnya kepada sang Mama.
Luka tersenyum. Walau dengan kondisi mata Miku yang tidak bisa melihat, gadis cantik itu telah menemukan bakat barunya. Mau tahu apa yang terjadi pada Miku? Gadis berambut biru itu kini telah kehilangan Indra penglihatannya usai kecelakaan mobil yang menimpanya bersama dua sahabatnya itu.
Dokter mengatakan bahwa kebutaan ini disebabkan karena benturan yang amat keras di bagian kepalanya. Tapi beruntung, gadis itu tidak mengalami geger otak.
Walau awalnya Miku tidak menerima kondisinya yang cacat, kini Luka bersyukur karena Miku telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Mungkin kebanyakan orang berkata bahwa ini azab, tapi bagi Luka ini adalah suatu pelajaran yang diberikan Tuhan kepada adiknya itu. Terlebih lagi kini Miku telah menemukan hobi baru yang dapat menghasilkan uang. Gadis itu ternyata memiliki bakat menulis lagu. Dan keuntungan lainnya yang di dapatkan Miku ialah lagu-lagu yang di tulis olehnya sudah ada beberapa yang di record. Keren bukan?
—TAMAT—
![](https://img.wattpad.com/cover/195356199-288-k471416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...