~ Velin Gusnita ~
“Biar dia.. merindukan mu sendiri.. ooo..”
“Jangan resah, dia pasti fikirkan mu.. walau kau tak tahu..”
“Hingga di ujung malam..”
Gadis berambut pirang panjang itu tengah menonton seseorang lewat televisi, seseorang yang tengah ia dambakan. Berharap bahwa orang tersebut dapat menjadi kekasih hati nya. Namun apa daya dirinya hanya sebatas penggemar orang itu. Bahkan, seseorang yang ia idolakan itu belum tentu tahu bahwa kini gadis itu tengah bernapas. Gadis itu bernama Mozza Anzelia. Gadis berusia 17 tahun, memiliki rambut pirang panjang dan mata cokelat. Ia sudah lama sekali menantikan kapankah ia akan bertemu dengan sang idola. Baginya mendengar suara lelaki itu sangat membuat hati nya tenang.
Ketika ia sedang melakukan aktivitas kebiasaan nya itu, yaitu mengkhayal bahwa suatu hari nanti ia dapat bersama sang idola, tiba-tiba ia dikejutkan oleh saudara kembarnya.
“WOY!! NGAYAL MULU LO!” teriak Mocha tepat di telinga gadis itu. Hampir menyapu seluruh kotoran yang ada di telinga Mozza. Ewh menjijikkan sekali. Mocha Renzalia. Gadis yang hanya terpaut usia 15 menit dari Mozza tak kalah cantiknya dengan sang adik. Memiliki rambut hitam panjang dan bermata warna yang sama, yaitu cokelat. Kini Mocha dan Mozza tengah duduk bersampingan dan menonton televisi bersama, namun sudah bukan idola Mozza yang mereka tonton, melainkan sebuah berita tentang Coronavirus.
Ya, akhir-akhir ini mereka menghabiskan waktu mereka dirumah saja, karena himbauan social distancing membuat mereka harus lebih betah tinggal dirumah. Padahal mereka berdua sudah lama sekali menantikan bulan Maret ini sebagai bulan yang paling mewah setiap tahunnya. Karena mereka berencana untuk membuat pesta ulang tahun mereka yang ke 17. Namun, adanya musibah ini membuat mereka sedih dan rusaklah rencana mereka yang sudah sangat dinanti-nantikan.
“Tadi lo abis nonton apaan Za?” tanya Mocha dengan menyipitkan mata nya. Hal itu membuat Mozza menjadi jengah sendiri. Ia sudah berkali-kali diperlakukan seperti ini oleh Mocha. Iya, memang seperti itulah sosok Mocha, tidak akan berhenti membuat orang lain resah jika pertanyaan nya tidak dijawab. “Gue abis nonton pacar gue, emang kenapa?” jawab Mozza dengan santai nya, Mocha yang mendengar itu lantas mengambil bantal sofa yang berada di sampingnya, lalu melemparnya ke wajah Mozza. “Aduh! Sakit woy! Gila lo apa-apaan anjir.” Tukas Mozza tak terima, beberapa saat kemudian Mozza pun membalas perlakuan Mocha barusan dengan dorongan maut. Ia lantas mendorong saudara kembarnya itu sampai Mocha terjungkal ke belakang sofa.
“Ahh sarap lo! Gue ampe jumpalitan gini.” Keluh Mocha yang memegang kepala nya karena terbentur kaki sofa. Tidak begitu sakit sebenarnya, mereka berdua memang bercanda terlalu lebay. “Lo tau gak? Gue bosen banget Cha dirumah, acigala social distancing kayak gini, gue rindu sekolah.” Keluh Mozza yang setengah merengek ke arah Mocha. “Yeuh, emang lo mau mati, Hah!” tukas Mocha dengan tiba-tiba. Mozza berhenti merengek dan merebahkan tubuhnya ke atas sofa dan menutupi wajahnya dengan bantal. Ia mengintip, Mocha sudah pergi dari hadapan nya, kini ia sedang bermain instagram melalui ponsel nya. Ia stalking akun instagram milik idola nya.
“Rengga.. kapan gue bisa ketemu sama lo, duit udeh gue siapin buat nonton konser lo ga, malah gue gak bisa keluar ketemu sama lo. Hufft!” hembusan kasar nya terdengar sampai ke telinga tetangga, eh nggak deng. Ya kali woy ampe tetangga, sekalian aja satu RT. Plakk!
Saat ia sedang men-scrool postingan doi, ia terkejut terhadap apa yang ia lihat. Bukan karena sebuah foto yang ia lihat, namun karena seseorang yang me-like postingan tersebut. “Anjir, apa-apaan si Monkey! Woy Mocha! Sini lo, gue mau ngomong ya sama lo.” Suara Mozza yang menggelegar seisi rumah pun terdengar jelas oleh Mocha.
Dengan raut wajah yang sangat kesal, Mocha datang menghampiri Mozza dengan kaki yang dihentak-hentakkan. “Apaan lo manggil gue hah!” Ketus Mocha yang tak kalah, ia pun langsung ditarik oleh Mozza agar ia mendekat. Dengan cepat Mozza mengarahkan ponsel nya ke wajah tersangka. “Sejak kapan lo berani nge-like postingan doi gue, hah! Katanya lo gak suka, tapi kok di like!” Mozza yang setengah emosi itu sedang meluap habis seluruh kekesalan nya. Pasal nya, Mocha pernah mengakui bahwa ia sama sekali tidak tertarik bahkan untuk mengetahui namanya saja, ia tidak berminat.
Namun ini sungguh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Mocha. Karena merasa sudah dikhianati oleh Mocha, Mozza pun meninggalkan Mocha sendirian. Disisi lain, Mocha yang mendapat perlakuan itu, hanya duduk termenung. Tanpa merasa bersalah sama sekali, ia pun merasa bodo amat.
◄♥♥♥►
Hari demi hari berlalu, semenjak hari dimana Mocha dan Mozza perang dingin. Ya, padahal mereka adalah saudara kembar. Kalian pasti tau jika saudara kembar itu jarang sekali bertengkar, berbeda dengan mereka yang sudah seperti musuh bebuyutan. Hari-hari yang mereka lewati diisi dengan isi kepala yang maunya menang sendiri. Jika Mocha sedang membuat teh di dapur, Mozza pun enggan menemaninya. Bahkan mereka pernah sampai tidak satu kamar. Mocha di kamar ruang tamu, dan Mozza berada di kamar mereka berdua.
Sampai-sampai orang tua nya pun bingung. Apa yang telah terjadi pada dua anak gadisnya itu. Mereka benar-benar terlalu membawa perasaan hanya karena masalah idola.
Ternyata tak terasa sudah sebulan penuh mereka melewati masa dirumah saja. Dan dunia mulai kembali dengan normal. Semua merasakan sembuhnya bumi, dapat bebas dari besi-besi rumah. Menghirup udara segar, melihat burung-burung saling bersautan. Iya, Covid-19 ternyata sudah hangus dimuka bumi ini. Dan menyisakan kenangan pahit bagi seluruh rakyat dunia. Hal ini membuat kedua gadis kembar itu kembali beraktivitas seperti sebelum wabah ini datang.
Mereka kembali bersekolah, kembali bermain dengan teman-teman nya. Oh ya, jangan lupakan! Ternyata mereka pun sudah berbaikan. Yang memulai acara maaf-maaf an itu adalah Mocha. Akhirnya ia pun sadar bahwa ia tak bisa seperti ini terhadap saudara kembarnya itu.
Dan tepatnya pada hari ini, mereka tengah berjalan di koridor sekolah. Menyapa semua manusia yang ada disana. Senyum sumringah mereka tampakkan kala berpapasan dengan murid lain nya. Namun saat Mozza tengah berjalan disamping Mocha, dengan tidak sengaja mereka berpapasan dengan satu rombongan cogan.
Rombongan itu beranggotakan 5 orang. Yang tak lain ternyata adalah Rengga Daviano. Sosok yang sangat Mozza idolakan ternyata memang satu sekolah dengannya. Cowok bernama Rengga itu sudah layaknya seperti ketua geng tersebut. Ia berjalan paling depan lalu diikuti oleh 4 cowok di samping kanan kiri nya.
Jangan tanyakan bagaimana reaksi gadis berambut pirang itu. Sampai handphone nya hampir terhempas ke lantai jika tidak dengan sigap Mocha menangkap benda pipih tersebut. Kini ia tengah memasang puppy eyes nya dan menangkup kedua pipi nya. Mocha saja sampai dibuat heran oleh nya.
Ketika Rengga tengah berlalu di depan mereka, Mozza mengikuti arah Rengga. Ia pun berbalik arah demi melihat sosok yang sangat ia dambakan. Namun, karena sudah tak tahan lagi dengan kelakuan Mozza, kakak nya itu sudah menarik tangan nya lalu menyeret nya hingga ke depan pintu kelas. Dengan mengerucutkan bibirnya, Mozza menggerutu.
“Lo kenapa sih! Sakit tau tangan gue ditarik-tarik,” murka Mozza pada kakak nya itu. Lalu Mocha yang mendengar teriakan Mozza lantas meletakkan tangan nya ke pinggang dan mendorong tubuhnya agak sedikit ke depan dan menatap mata cokelat milik adik nya.
“Mau sampe kapan lo berdiri kayak patung lagi minta maaf sama mak nya karena dikutuk? Lo gak ngerasa kalo ekspresi lo tadi malu-maluin gue, hah?” tukas Mocha yang sambil menaikkan alis nya sebelah. Setelah itu, Mozza pun berjalan duluan masuk ke dalam kelas dan duduk dibangku kesayangan nya itu. Sang kakak yang melihat nya pun hanya mengembuskan nafas nya dan duduk tepat dibelakang nya.
Selama pelajaran berlangsung, sangat terlihat jika Mozza sedang tidak fokus. Ia masih melalang buanakan khayalan nya yang sangat ekspresif itu entah kemana. Ia begitu senang karena ia satu sekolah dengan Rengga. Yang ia tidak ketahui selama ini terlebih karena ternyata Rengga satu jurusan dengan nya. IPS. Terlalu jauh mungkin ia terbang sampai terpikirkan oleh nya apakah nanti saat PAS ( Penilaian Tengah Semester) mereka akan duduk bersama.
Adat sekolah memang seperti itu, biasanya saat ujian berlangsung, semua siswa akan diacak denah duduknya dan akan digabung oleh kakak kelas. Beruntung tidak beruntung, terima tidak terima, mereka yang bersekolah harus mematuhi dan menerima keputusan sekolah itu dengan senang hati.
BRAKK!
Tiba-tiba saja sebuah buku tebal dengan judul Sejarah dan cover berwarna cokelat abu-abu itu terhempas dengan kencang dan mendarat tepat di depan Mozza. Si empunya meja pun langsung sadar bahwa sedari tadi guru galak itu tengah menatap kearahnya dengan sangat tajam sambil membenarkan kacamata nya.
“Kamu! Berdiri di depan kelas, sekarang!” jerit Pak Bambang selaku guru Sejarah nya itu. Mozza yang melihat sekelilingnya pun merasa malu, karena teman-teman nya tengah menangkup kan wajah mereka menahan tawa. Dengan perlahan, ia berjalan ke depan kelas dan mengikuti instruksi dari Pak Bambang.
Saat Mozza sedang menjalani hukuman nya dengan khusyuk, tiba-tiba saja wajahnya memanas. Ia tidak berani menatap keluar jendela karena disana ada Rengga yang sedang menatap nya dengan heran. “Anjirlah, jaman sekarang masih ada yang kena hukum?” ungkap Rengga ketika ia tengah berlalu di depan kelas Mozza.
“Gue gak ngerti lagi sama cara ajarnya si Bambang. Cewek cakep ternyata masih gak mempan sama dia,” gumam nya sendirian.
Entah bagaimana perasaan Mozza saat ini, yang dilihat Mocha kini gadis itu benar-benar merasa malu mengingat bahwa crush nya sempat lewat di depan kelas nya tadi. Akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Dan dengan lega nya, Mozza dapat mengakhiri penyiksaan ini dengan tenang. Setelah itu ia pun menghampiri Mocha, dan berkeluh kesah.
“Aaaaaaa! Gue gak mau dihukum kayak gitu lagi Cha!” teriak Mozza dengan kaki yang dihentak-hentakkan persis seperti anak kecil yang merengek meminta sebuah permen. Karena tak dapat menahan tawa lagi, Mocha pun tertawa terbahak-bahak dengan tingkah Mozza. Ia memegangi perutnya yang sakit karena terlalu berlebihan. “Lagian lo ngapain coba, udah tau guru nya begitu pake acara bengong segala,” tukas Mocha yang menyeka air mata nya karena terlalu asik tertawa.
“Udah-udah, mending kita sekarang ngisi perut dulu dah, gue dari tadi sakit perut nih ngetawain lo. Karena laper juga sih, hehe,” ajak Mocha dan menggandeng tangan Mozza lalu mereka berjalan bersama menuju kantin sekolah.
Setelah mereka sampai di kantin dan sudah membeli makanan, mereka pun mencari meja dan akhirnya mereka pun mendapatkan tempat untuk menyantap makanan nya. Namun sangat disayangkan, ternyata tempat yang mereka duduki sekarang bersebelahan dengan Rengga and The Geng.
“Psst..psst!” desis Mozza dan memulai percakapan berbisik nya dengan Mocha. “Lo ngapain milihin meja yang ini, mana sebelahan lagi sama Rengga, kalo dia liat gue pas lagi makan gimana! Lo gak mikir malu nya gue pas dihukum tadi?!” ujar Mozza sambil mendelikkan mata nya pada Mocha. Ia sangat kesal mengapa Mocha dengan senangnya menjebak dirinya seperti ini. Kan kalo gini dia jadi JAIM!
“Udah, lo berhenti deh mikirin gebetan lo yang gak bakal jadi pacar itu, dia punya gue, btw,” tukas Mocha dengan tiba-tiba saat menanggapi Mozza. Dengan memutar bola mata nya malas, Mocha pun berkata lagi, “Lo kira gue gak bisa suka sama cowok? Dia itu cinper gue, tau!” Mozza yang mendengar cetusan Mocha pun mendadak berubah mimik. Lantas selama ini kecurigaan yang sudah ia buang jauh-jauh tentang Mocha ternyata benar? Sayangnya, kini Mozza dengan cepatnya berubah pikiran tentang kakaknya itu.
“Cih, dasar musuh dalam selimut!” cibirnya dan pergi meninggalkan Mocha sendirian di meja kantin itu. Bagaimana dengan ekspresi Mocha? Seperti saat pertama kali ia dicyduk karena telah menyukai postingan Rengga, ia terlihat biasa saja.
“Gue gak salah, toh mencintai idola itu wajar kan. Gak perlu baperan segitunya kali,” gumam Mocha yang mengaduk-aduk bubur ayam nya itu. Disisi lain,Mozza kini tengah meringis sendirian karena perkataan kakak nya saat dikantin. Ia tidak mempercayai bahwa Mocha pun menyukai Rengga. Ya, dia paham idola seperti Rengga pasti banyak penggemar nya, namun bukan ini dijadikan permasalahan nya. Mengapa Mocha tidak mau berterus terang kepada nya.
Dengan begitu, Mozza pun tidak akan tinggal diam. Ada beberapa hal yang ia akan lakukan nantinya. “Hmm, kalo lo terus-terusan kayak gini, liat aja apa yang terjadi nantinya,” Mozza bermonolog.
◄♥♥♥►
Singkat cerita, setelah berhari-hari semenjak kejadian kemarin, dan dengan benarnya Mozza dan Mocha mulai merenggangi hubungan adik-kakak mereka. Kelabilan yang sedang melanda masa remaja seperti mereka ini yang mendasari sebuah pertikaian kecil yang bahkan tidak perlu dibesar-besarkan. Selang beberapa waktu ini, mereka tak saling bertegur sapa dan tak tau kabar dari masing-masing. Hingga pada suatu hari…..
“Gue denger vokalis band itu udah punya cewek,” ujar salah satu murid cewek dikelas Mocha dan Mozza. “Masa sih? Gue aja baru tau dari lo, gue ketinggalan banyak berita deh akhir-akhir ini,” keluh teman nya yang satu lagi. “Hmm setahu gue ya, ternyata cewek nya itu.. tuh tuh si kembar-kembir,” tangan cewek itu spontan menunjuk kearah Mocha dan Mozza yang sedang mengerjakan PR. Sedari tadi memang percakapan mereka terdengar jelas oleh Mozza, namun tidak dengan Mocha karena ia sedang tidur dan telinga nya tersumpal earphone.
Menyadari akan hal itu, Mozza langsung menoleh kearah mereka-mereka yang sudah membuat gosip. Namun itu ternyata bukanlah gosip, tapi sebuah fakta bahwa memang benar Rengga mempunyai kekasih dan orang itu adalah saudara kembar nya sendiri.
Api yang tiba-tiba membara di dalam dada Mozza pun membuatnya tak bisa tinggal diam. “Oh jadi emang mau nantangin seorang Mozza, oke nanti gue lihatin sisi buruk gue ke lo, tenang aja Cha,” gumam Mozza dengan tersenyum penuh arti.
……
“Oh ya, kita mau kemana hari ini?” tanya Mocha sambil membereskan poni nya yang kelihatan tidak rapi. “Terserah kamu aja, aku siap aja kok,” jawab cowok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Rengga. Hari ini mereka berencana untuk nge-date pertama nya. Dan untuk itu mereka sekarang bingung harus pergi kemana. “Gimana kalo ke kafe yang baru launching itu, kata nya disana bagus lho,” ucap Mocha lalu diangguki oleh Rengga. Ia pun mulai melajukan mobil nya itu.
Disisi lain, ada sebuah mobil yang mengikuti mereka dari arah belakang. Orang tersebut adalah Mozza. Entah apa yang direncanakan oleh Mozza kali ini. Ia masih setia untuk terus mengikuti mobil Rengga. “Lo gak tau seberapa cinta nya gue sama Rengga. Bahkan lebih dari lo, Cha! Gue gak akan tinggal diam, gue gak akan pernah rela kalo LO DEKET SAMA RENGGA!” teriak dan makian yang dilontarkan untuk Mocha itu tidak dapat di dengar oleh Mocha.
Namun dengan tiba-tiba Mozza mendadak menjadi gila. Ia menginjak pedal gas mobilnya dengan kencang. Kini ia sudah berada tepat di samping mobil Rengga. Ia menginjak pedal gas itu sekali lagi lalu membanting stir nya ke kanan. Tabrakan itu tidak bisa dihentikan. Mobil Mozza dengan dentuman yang keras menabrak mobil Rengga. Sayangnya tidak sampai berhenti disitu saja, kini mobil Mozza terus berjalan hingga menabrak trotoar. Asap mengepul dari balik mobil itu.
Mocha dan Rengga untungnya tidak mengalami luka sedikitpun, hanya saja bagian depan mobil nya rusak. Mocha dengan cepat turun dari mobil saat ia mengenali mobil yang telah menabraknya barusan. “Astaga! Mozza!” teriak gadis itu lalu berusaha untuk mengeluarkan Mozza dari jepitan stir yang sudah terlepas itu mengenai perut Mozza. Dengan susah payah akhirnya Mocha bisa membebaskan Mozza dari sana dan membawa nya keluar. Tak lupa juga dengan Rengga yang turut membantu pengevakuasian mandiri itu.
“Uhukk!Uhuk! Gue minta maaf, sorry gue selalu kebawa emosi tentang lo sama Rengga. Tapi gue ngelakuin ini semua bukan tanpa maksud. Gue sadar gue salah, dan untuk lo, Rengga. Jaga Mocha buat gue, jangan sia-siain dia. Asal lo tau, gue cinta sama lo, tapi karena sekarang kayak nya gak memungkinkan, gue udah rela kalo Mocha sekarang yang nerusin keinginan gue buat hidup bareng sama lo.”
“Za, lo ngomong apaan sih,” sela Mocha saat Mozza berhenti bicara yang menurutnya tidak jelas. Darah telah bercucuran mengelilingi kujur tubuhnya. Mozza pun hanya tersenyum hambar dan seketika semua penglihatan nya menjadi gelap.
◄♥♥♥►
Kata-kata terakhir itu masih membekas dibenak seorang Rengga. Ia tak menyangka bahwa fans nya pun ada yang sampai melakukan hal seperti itu. Begitu juga dengan kekasih nya, Mocha. Yang kini berbalutkan pakaian serba hitam, tengah menangis di atas batu nisan sang adik. Ia masih tak percaya bahwa karma berlaku sebegitu cepatnya, padahal sebelumnya Mocha tidak melakukan rencana apapun.
Entah bagaimana persepsi masing-masing. Yang jelas, jika seseorang telah berniat untuk berbuat jahat sekalipun, itu sudah mutlak. Iya, mutlak direncanakan pembalasan nya. Mungkin lebih seperti sinetron indosiar, AZAB. Memang akhir-akhir ini dunia sedang sakit, sebuah omong kosong yang akhirnya melalang buana kian kemari memberitahu bahwa manusia baik terlahir dari yang tak pernah dihargai lah, yang tak pernah diberi kesempatan lah, yang selalu tersakiti lah, apapun itu. Tolong hentikan semua persepsi itu sekarang!
Mau seberapa hati nurani mu berkata lakukan hal yang terbaik, maka lakukan lah. Urusan nasibmu baik atau tidak biarkan yang diatas yang patut menjawabnya. Semuanya sudah ada batas-batas dan garis takdir masing-masing. Dan seandainya ada manusia yang seperti itu, tandanya berarti ia lemah. Dan tak siap menghadapi kenyataan pahit walau hanya sementara.
Dunia tak selamanya gelap bukan?
END

KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
AcakEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...