🌻 Karya : Aprilia Setia Ningsih 🌻
Jika kalian membayangkan menjadi seorang Puteri adalah hal yang sangat menyenangkan di dunia ini maka akanku katakan pada kalian itu adalah kesalahan terbesar. Mengapa aku bisa mengatakan itu adalah kesalahan karena aku adalah seorang Puteri mahkota kerajaan Verinziour. Aku tidak memiliki saudara kandung, aku terlahir tunggal namun, entah mengapa aku tidak mempercayai hal itu. Karena aku kadang merasa seolah-olah jiwaku terhubung dengan seseorang yang tidakku kenal, kadang aku merasa seperti kesakitan, dadaku sesak seperti habis menangis , kadang juga merasa bahagia. Aku pernah menanyakan hal itu pada ayah dan ibuku tapi mereka seperti menutupi sesuatu dan mengatakan padaku bahwa itu adalah hal yang wajar.
Kembali ke dunia sekarang, tepatnya di kamar seorang Puteri yang masih betah terlelap di bawah selimut hangatnya walaupun, diluar sana sang fajar telah menyinarkan cahayanya di bumi ini. Nampaknya ia sama sekali tak terusik dengan cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya yang tertutupi oleh tirai. Sampai pada akhirnya datang lah seorang wanita dewasa la pun lantas membuka pintu kamar Puteri yang masih terlelap itu.
“Ya ampun bagaimana seorang calon penerus kerajaan ini masih tertidur di kala semau orang telah terbangun?” Ucap wanita itu pada sang Puteri mahkota
Namun, sang Puteri masih memejamkan matanya, akhirnya kesabaran wanita itu habis untuk membangunkan sama Puteri lantas ia menarik selimut itu dan membuka tirai kamar itu, agar cahaya matahari bisa menembus ke dalam kamar sang Puteri. Sepertinya rencana itu berhasil dan membuat sang Puteri terusik, dan perlahan-lahan membuka matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya yang ada. Lalu dia berkata:
“Kenapa ibunda membuka tirai nya?”
“Ini sudah pagi Puteri Caroline, ingat hari kau dan ayahmu ada pertemuan penting membahas kesejahteraan rakyat Kerajaan Verinziour.”
“Aku tahu itu ibu, tapi biarkan lah aku tidur 10 menit lagi?” tawar sang Puteri
“Tidak ada 10 menit!. Segeralah bangun dan bersiap untuk mandi, ibu sudah memilihkan gaun untukmu. Ucap ibunda tanpa bantahan
“Baiklah”
Yah ini lah kehidupan ku menjadi seorang Puteri mahkota, aku harus mengikuti semua peraturan yang ada di kerajaan ini. Perkenalkan namaku adalah Caroline Rose Varenzie.
Aku lahir pada tanggal 26 Juli 2003, usia ku sekarang 16 tahun, kelak di usiaku yang ke tujuh belas aku akan mendapatkan gelar kehormatan sebagai Puteri mahkota.
Akhirnya setelah mengumpulkan nyawa aku beranjak dari tempat tidur melangkahkan kedua kaki ku untuk pergi ke kamar mandi dan di susul olah para pelayan yang akan membantu ku saat mandi. Sebenarnya aku sangat tidak nyaman ketika mereka membantu ku untuk membersihkan tubuhku tapi aku tidak bisa menolaknya karena ibuku sendiri yang telah mengaturnya dan keputusan yang ia ambil menjadi perintah di kerajaan ini.
“Tuan Puteri ingin mandi dengan air hangat atau dingin pagi ini?” Tanya seorang pelayanan yang usianya sama denganku namanya Lussi
“Siapkan air dingin saja, aku akan melakukan pertemuan penting hari ini, aku ingin terlihat segar dan tidak mengantuk.”
“Baiklah tuan Puteri, kami akan menyiapkan yang Puteri inginkan.” Ucap para pelayan sambil membungkuk hormat padaku
Aku lantas menganggukkan kepala sebagai tanda setuju. Setelah menunggu berapa menit akhirnya mereka menyelesaikan tugasnya dan mempersilahkan aku masuk kedalamnya. Mereka mulai membersihkan tubuhku dengan lembut dan memberikan wewangian di tubuhku. Setelah tiga puluh menit acara mandi ku selesai. Dan mereka membawakan ku gaun yang akan ku pakai hari ini. Aku memakainya dan mereka merias wajah dan rambut ku agar menjadi cantik dan anggun. Setelah selesai aku langsung bergegas turun ke bawah untuk melakukan sarapan pagi bersama.
“Pagi ayah Ibu?” Sapaku pada mereka
“ Pagi sayang, kemarilah ibumu telah membuatkan omelet kesukaanku .” Ucap ayah sambil tersenyum
“Benarkah?, aku tidak sabar untuk mencicipinya.”
“Benar” Ucap ibu
Lantas akupun duduk dibangku miliku dan memulai sarapan dengan tentang sesuai dengan etika kerajaan. Setelah acara sarapan pagi selesai ayah memintaku untuk datang keruangan nya karena pertemuan akan di lakukan.
Akupun melangkahkan kaki ku untuk masuk kedalam ruangan, Sepertinya sudah tampak banyak orang yang akan mengikuti pertemuan mengenai kondisi kerajaan ini. Ketika kami masuk semua orang menundukkan kepala untuk menghormati Raja Kenzieno yah itulah nama ayah ku. Kami pun duduk di bangku yang telah di siapkan. Dan akhirnya ayah pun membuka acara pertemuan itu.
“Selamat pagi semuanya hati ini kita mengadakan pertemuan untuk membahas kondisi kerajaan dan keamanan rakyat yang tinggal di daerah hutan. Dan juga kita akan mengadakan kunjungan ke daerah itu yang akan di pimpin oleh salah satu dari kita yang dihitung dari hasil
Voting. Mari kita mulai pertemuan ini, panglima silahkan jelaskan.
“Terima kasih yang mulia, seperti yang sudah kita tau sebelumnya, rata-rata masyarakat yang tinggal di dekat hutan adalah sebagian rakyat yang perekonomiannya rendah sehingga mereka mencari uang dengan cara mengumpulkan kayu bakar dan mengambil ikan yang ada di sungai di samping hutan. Namun, kadang mereka masih sering mengabaikan keselamatan nyawanya dari binatang buas yang ada di hutan dan belum lagi banyak para bandit dan penjahat yang mendirikan markasnya di hutan.
“Apakah kita harus mengadakan kunjungan dan sosialisasi terhadap rakyat itu? Panglima.” Tanya ayah
“Sepertinya harus yang mulia agar rakyat lebih menghiraukan himbauan tersebut.”
“ Tapi, aku tidak bisa menghadiri itu, karena lusa aku akan pergi ke kerajaan Aziour untuk rapat seluruh para raja.”
Mendengar hal itu, entah mengapa aku tertarik dengan hal itu, seperti ada jiwa yang memanggilku untuk pergi ke sana. Aku tidak tau itu namun, aku akan ikut ke daerah itu dengan cara mencalonkan diriku selagi ayah sedang bertugas.
“Ehmm semuanya mungkin aku bisa menggantikan Yang mulia untuk pergi ke sana, karena sebagai calon Puteri mahkota aku harus mulai mempelajari tentang kerajaan secara langsung, aku tidak keberatan untuk melakukannya.
“Tapi Puteri hutan itu berbahaya jika kau tidak bersama dengan Ayah.”
“Tapi anak Panglima yaitu Aron, bisa mengantarkan aku yah dengan aman.” Ucapaku sambil melihat ke arah Aron yang menatapku seperti ingin membunuhku. Dia sudah ku anggap sebagai sahabat ku karena dia selalu menjagaku dan mengabulkan keinginanku walaupun kadang keinginan ku tidak masuk akal
“Tapi Aron masih sangat muda untuk menjaga mu.” Kata Panglima
“Tapi paman Aron yang selama ini menjaga ku dan hasilnya selalu aman dan dia selalu mengabulkan keinginanku.
“Baiklah jika itu maumu Tuan Puteri.” Balas Panglima
“Sekarang keputusan berada di tangan Aron, apakah dia mau atau tidak untuk mengantar sang Puteri.” Ucap ayah
Akupun sangat senang dengan itu, aku sudah yakin Aron akan mengabulkannya karena dia adalah sahabatku. Pasti setelah pertemuan ini selesai dia akan menoror ku dengan pertanyaan-pertanyaan.
“ Baiklah, aku persedia mengatakan Tuan Puteri ke hutan, asalkan Puteri berjanji untuk tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya.”
“ Bagaimana Puteri apakah kau setuju?” Tanya ayah
“Baiklah aku setuju.” Jawabku sambil tersenyum
“baiklah siapa saja yang setuju dengan saran sang Puteri.”
Aku melihat semua orang mengangkat tangan, berarti aku sudah pasti akan pergi kehutan, entah mengapa terdapat rasa senang dihatiku seperti sudah ada yang menunggu ke datangan diriku disana.
“Baiklah pertemuan ini selesai dan semua orang boleh keluar dari ruangan ini.”
Setelah mengatakan itu Yang mulia bangun dan meninggalkan ruangan ini disusul oleh diriku dan Panglima. Setelah keluar dari ruangan pertemuan aku pergi ke taman karena aksi yakin ada orang yang bertemu dengang diriku. Sepertinya dia sudah duduk di bangku taman dengan tatapan sangat memuja diriku sampai terlihat ingin membunuhku yah dia adalah Aron.
“Kenapa kau menatapku seperti itu Aron.”
“Apakah kau tidak memikirkan keselamatan dirimu Caro? sehingga kau ingin pergi ke hutan.” yang berbahaya itu? Kata dia sekarang dia sudah mengambil peran sebagai sahabatku dengan hanya memanggil namaku tanpa gelar
“Kau tahu Aron ketika aku mendengar kata hutan tadi aku merasakan seperti ada jiwa lain yang memanggilku untuk pergi ke sana dan menyelamatkan seseorang.”
“Apa kau mendapatkan rasa itu lagi?”
“Iya bahkan aku memiliki rahasia”
“Rahasia apa?”
“Kau tahu aku selalu mengatakan firasatku ini pada ayah dan ibu.”
“Yah aku tau hal itu.”
“Terakhir kali aku menceritakan hal itu akupun keluar, ayah ibu masih sama dengan jawabannya, akupun hampir putus asa dengan hal itu. Namun, ketika aku keluar tidak sengaja jepitan yang ada di rambutku terjatuh dan aku langsung mengambilnya, tapi aku mendengar sesuatu yang tidak aku sangka.
Kembali kesaat itu ketika aku sedang mengambil jepitan itu aku mendengar sesuatu.
“ Bagaimana ini Yang Mulia Caro masih merasakan hal itu, berarti dia masih hidup?”
“Akupun merasakan hal itu, tapi aku sudah mencari keseluruh tempat namun ia tidak berhasil ditemukan.”
Sontak aku merasa bingung dengan perkataan mereka. Siapakah yang masih hidup apakah aku punya saudara. Mengapa mereka merahasiakan hal itu.
Akupun menceritakan hal jtu pada Aron.
“Kau tau kan Puteri kita sangat sulit mendapatkan informasi itu di kerajaan ini seperti hal itu sengaja ditutup rapat.”
“Mangkanya itu aku akan menggunakan Feeling yang ku punya untuk mencari jawabannya.”
“Baiklah kita akan mencari jawabannya aku tidak ingin kau tersiksa dengan hal itu.”
“Aku ingin mengetahuinya sebelum aku dinobatkan menjadi Puteri yang resmi saat usiaku sudah 17 tahun.”
“Baiklah.”
Kami pun pergi ke kediamannya masing-masing
Dilain tempat seorang perempuan miskin sedang mengepel lantai rumah nya dengan menggunakan tangan. Ia adalah Nika seorang anak dari keluarga kecil yang di perlukan seperti pembantu di rumah itu. Nika kadang di siksa dengan perkejaan yang berat dan tidak diberi makanan. Namun, ia memiliki hati yang baik dan penyayang sehingga dia tidak pernah membenci keluarga itu.
“Nikaaa,,,,cepatlah bersihkan sepatuku aku ingin pergi keluar.” Ucap viola adik kandungnya
“Baiklah Vio.”
Nika akhirnya membersihkan sepatu yang akan Vio pakai, setelah itu Vio keluar dan memaki sepatu itu dengan membawa ember yang berisi air kotor, lalu ia melempar ember itu kearah Nika sampai ia terluka dan semua pakainya kotor. Sontak itu membuat Nika menjadi bahan lelucon teman-teman Vio yang beru datang, mereka berkata:
“Lihatlah pembantu ini pagi-pagi sudah mandi dengan air kotor.” Kata Sera teman Vio
Lantas membuat mereka tertawa-tawa
“Mungkin air bersih tidak cocok di kulitnya sampai harus mandi dengan air kotor.” Tambah Airin
“Hahaha sudah lah kalian mari kita tinggalkan pembantu ini dan pergi ke pekan raya.”
“Baiklah” Ucap Sera dan Airin setelah itu mereka pergi meninggalkan Nika yang masih terduduk dengan pakaian basah, ia menangis sambil masuk kedalam rumah dan membersihkan diri. Ia melihat wajahnya di depan cermin pipinya mengeluarkan darah segar akibat terkena lemparan ember tersebut. Ia hanya bisa menangis dan berkata
“Kenapa mereka sangat jahat padaku, aku tidak pernah melakukan hal yang jahat terhadap mereka tapi mereka terus menyiksaku dengan kejam.”
Kembali ke kehidupan Puteri Caro setelah ia sampai ke kediamannya ia tiba-tiba saja merasa dadanya sesak seperti merasakan kesakitan padahal tidak ada yang salah pada dirinya, sontak membuat para pelayan cemas dengan keadaan sang Puteri.
“Puteri apakah kau baik-baik saja?” Tanya Lussi dengan cemas
“Aku tidak apa-apa, hanya saja tiba-tiba dadaku menjadi sesak.”
“Apa sebaiknya aku memanggilkan tabib kerajaan untuk memeriksa keadaan Puteri?”
“Tidak perlu, tinggalkan saja aku sendiri di kamar ini.”
“Tapi ,,, Puteri.”
“Tenang lah Lussi aku tidak apa-apa.”
“Baiklah.”
Akhirnya mereka meninggalkan diriku seorang diri, tapi kenapa dadaku tiba-tiba menjadi sesak. Apakah dia sedang terluka, firasatku mengatakan ada hal yang tidak baik sedang melanda dirinya. Kalau begitu aku harus segera bersiap-siap untuk pergi ke hutan aku tidak ingin dia menerima luka lagi. Ya Tuhan lindungilah dan kuatkan dia sampai aku menemukan nya.
Dilain sisi setelah menagis Nika kembali merapihkan tampilan dirinya dan mulai memasak untuk makan siang karena jika ia telat menghidangkannya ia akan dihukum tidak mendapatkan air dan makanan untuk satu hari. Kadang ia berpikir bagaimana jadinya dia tidak membuatnya maka apa hukumnya yang ia dapatkan.
“Ayolah semangat Nika, kita akan membuat makanan yang enak semoga saja ibu dan Vio sedang berbaik hati memberikan sedikit makanannya.” Ucap Nika pada dirinya sendiri
Hari ini ibunya meminta untuk di masakan sup ayam kesukaannya. Nika memulai membuat sup itu, pertama-tama yang ia lakukan adalah mengecek bahan-bahan yang ada di dapur itu cukup .untuk membuat sup ayam. Ia pun menyebutkan satu persatu bahan-bahan tersebut takut ada bahan yang tertinggal.
“ Wortel ada , kentang ada, penyedap ada, ayam ada, bawang-bawang pun ada dan sayuran pelengkap nya pun ada, Namun, sepertinya garam di dapur ini sudah habis, berarti aku harus membelinya.”
Setelah itu ia mengambil uang untuk pergi ke toko sebelah rumahnya untuk membeli garam.
Ia melangkahkan kakinya dan sampailah ke toko itu lantas ia menyapa pemilik toko itu .
“Saing bibi, aku ingin membeli garam, apakah garam nya ada bibi?” Tanya Nika sambil tersenyum ramah kepada bibi pemilik toko itu.
“Siang juga Nika, ada garam yang kau inginkan.” Ucap bibi sambil tersenyum
Ia pun memberikan garam tersebut kepada Nika
“Terima kasih bibi.”
“Sama-sama Nika, bibi berharap kau akan mendapatkan kebahagiaanmu.”
Setelah itu Nika kembali ke rumahnya dan menyiapkan makanan, setelah itu dia menunggu ibu dan saudarinya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ibunya langsung memakan masakannya lalu berkata:
“Besok kau pergilah ke hutan untuk mengambil kayu bakar karena stok di rumah ini telah habis, lalu ambilah sepotong roti dan segelas air untuk kau makan hari ini dan menyingkirlah dari sini!.”
“Baiklah ibu”
Setelah kembali ke kamarnya ia memakan roti yang ia dapat sambil mendengarkan kata-kata sumpah serapah yang Vio berikan kepadanya. Vio berharap bahwa ketika besok dia pergi ke hutan akan ada hewan buas yang memangsanya. Namun, Nika berharap bahwa itu tidak akan terjadi. Setelah itu dia menghabiskan sisa waktunya di dalam kamarnya karena ia tidak di izinkan keluar.
Pada pagi harinya dilain tempat sang Puteri tengah mempersiapkan keberangkatannya ia berpamitan dengan kedua orang tuanya. Orang tuanya berpesan bahwa ia harus berhati-hati ketika telah sampai di sana. Dan jangan melakukan hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri nantinya. Setelah itu dia masuk ke dalam kendaraan yang akan. Membawanya.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya ia sampai di daerah dekat dengan hutan ia menurunkan kakinya dan melihat ke pemandangan sekitarnya, hutan yang amat rindang namun, ia segera mengalihkan pandangannya dan fokus terhadap tujuan awal ia pergi kesini.
“Ayo tuan Puteri kita harus mengadakan sosialisasi.” Ucap Aron
“Baiklah.”
Setelah melakukan sosialisasi selama 1 jam akhirnya sosialisasi itu selesai namun, ketika ia akan pergi ke dalam kendaraan ia melihat seorang gadis seusia diriku sedang membawa kayu bakar, tampaknya kayu bakar yang ia bawa terlalu banyak sampai ia terjatuh aku pun mendekati gadis itu.
“Hay apa kau tak apa-apa?” Tanyaku pada gadis itu
“Ah aku tidak apa-apa.” Ucapnya pada diriku dan melihat ke arah diriku. Aku sangat terkejut melihat wajahnya sangat mirip denganku hanya saja rambutnya lebih gelap dari pada miliki, Seperti dia juga cukup terkejut. Aku tiba-tiba memeluknya dan dia pun membalasnya seperti kami terikat akan sesuatu. Aron tampak kaget dan akhirnya memutuskan membawa gadis itu ke istana. Awalnya gadis itu menolak karena takut akan di hukum ibunya namun kami memaksanya untuk ikut. Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai kembali ke istana. Aku melihat ibu telah menyambut kedatanganku di gerbang istana. Aku pun turun dan memeluknya balik, lalu aku berkata:
“Ibu aku menemukan sesuatu di hutan sana”
“kau menemukan apa?”
Seketika aku mengalihkan pandanganku ke arah gadis itu ibu pun melihatnya seketika ia langsung melepas pelukan dari ku dan pergi kearah gadis itu lalu memeluknya siapa nama mu sayang
“Nika.”
Sepertinya ibu langsung mengenali Puteri nya dan langsung berkata kau adalah Puteri ku yang hilang enam belas tahun yang lalu. Nama mu yang asli adalah Carolika Rose Versnzie
Ceritakan lah apa yang terjadi padamu
Setelah itu Nika, menceritakan semuanya dan ayah mengambil keputusan untuk menangkap kedua orang yang telah menyiksa Puterinya selama ini. Ternyata selama ini ibunya Vio yang telah menculik Nika pada hari setelah kami dilahirkan. Ternyata Nika adalah Kaka ku dan dia adalah pemilik gelar kehormatan Puteri mahkota yang asli. Dan aku akan memberikan gelar itu kepadanya pada saat usia aku dan dirinya genap berumur tujuh belas tahun. Dan kami akan memimpin kerajaan ini secara bersama-sama dengan dia menjadi Puteri mahkota dan aku menjadi Puteri kerajaan.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...