🌱 Karya: Al Adwiah 🌱Suatu hari, ada seorang gadis berusia kira-kira 12 tahun, ia tinggal di kota Yogyakarta di sebuah rumah yang sudah sangat tua bahkan sudah sangat rapuh. Dia sangat benci rumah tua itu. Rumah tua itu dingin, lembab dan terdapat banyak sarang laba-laba disana.
Ditambah lagi, tidak ada teman yang mau berkunjung ke rumahnya itu, karena banyak orang menyakini kalau di lingkungan rumah tersebut banyak berbagai macam makhluk tak kasat mata yang mendiami lingkungan tersebut.
Gadis kecil itu sangat ingin tahu tentang wujud hantu itu, tetapi tidak ada yang akan berbicara dengannya ketika dia bertanya tentang hal itu atau sejarah rumah tentang rumah tua itu.
Rumah tua itu dulunya sempat ditinggali seorang kakek-kakek, tetapi di jual karena kakek tersebut membutuhkan uang untung biaya pulang kampung.
Dan sangat kebetulan orang tua Gadis ini saat itu sedang mencari rumah kosong, jadilah kakek tersebut menawarkan rumah itu kepada ibu si gadis dengan harga yang lumayan murah karena dilihat dari kondisi rumah tersebut. Akhirnya ibu si gadis menerimanya dan menepati sampai sekarang.
Rumah itu menakutkan, dan beberapa malam lebih buruk daripada yang lain. Suatu malam, ketika Gadis itu berada di kamarnya sambil membaca buku cerita, tiba-tiba lampu di kamarnya mati.
Dia pikir bola lampu sudah mati. Dia tidak ingin mengganggu ibunya yang sudah tidur, hanya dengan meminta bola lampu baru. Jadi dia memutuskan untuk tidur. Ia meletakkan bukunya dan bersiap untuk tidur.
Belum sempat gadis itu menutup matanya bersiap untuk tidur, tiba-tiba ada ketukan pelan di jendela yang berada di samping tempat tidurnya. Dia melihat pantulan seorang anak lelaki, sekitar usianya, tercermin di kaca jendela.
Gadis itu berbalik untuk melihat kamarnya, tetapi ia tidak melihat apa-apa di sana. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke pelitanya.
Saat melangkah ke arah pelita, ia merasakan sesuatu yang basah di tanah. Dia menyalakan lampu, yang sekarang sudah berfungsi, gadis itu terkejut saat melihat noda merah di tempat dia berdiri.
Sesaat kemudian noda tersebut menghilang. Itu bukan darah, karena warna merahnya terlalu cerah, hampir merah muda, seperti cat. Dia beralih ke dinding di sampingnya lalu gadis itu menggaruk dinding ungu kamarnya dan, percaya atau tidak, di balik cat ungu dinding itu ada warna merah muda, warna cerah yang sama yang pernah ada di lantai tadi yang ia lihat.
Gadis itu berlari keluar dari kamarnya sekencang mungkin, keringat mulai turun di pelipisnya. Ia berlari menuju kamar orang tuanya. Tetapi kemudian dia melihat sesuatu yang membuatnya membuka mulutnya untuk berteriak, meskipun tidak ada suara yang keluar.
Pagi harinya....
Dia ingin bukti. Dia ingin tahu di pagi hari apakah yang dilihatnya semalam itu adalah mimpi atau kejadian nyata. Dia mengambil foto tempat tidurnya, dan, tanpa melihat hasil dari jepretan tersebut ia berlari untuk menjemput ibunya.
Dengan sangat marah dan mata yang sudah memerah, ibu gadis tersebut naik ke atas. Gadis itu menunjuk ke tempat perangkap itu berada, tapi lihat sekarang, tidak benda tersebut hanya ada seutas tali dari perlengkapan menjahit ibunya saja yang tergeletak disana. Dia menuntun ibunya ke kamarnya, untuk menunjukkan tubuh anaknya, tetapi sekarang tidak ada apa-apa.
Ketika ibunya berbalik untuk meninggalkan ruangan tersebut , gadis itu ingat akan sebuah kamera. Dia mengambilnya dan menyalakannya, setelah itu menunjukkannya kepada ibunya.
Tidak ada lagi foto tempat tidurnya. Alih-alih hanya ada foto seorang anak remaja di dalam kamera tersebut dengan tanda merah yang terdapat di lehernya, dan juga cat merah muda di seluruh bajunya yang sobek.
Ibunya menyuruhnya berhenti bercanda. Namun, wajahnya terlihat sangat khawatir. Ketika ditanya apa yang salah, dia berkata, "Dia kembali!"
Gadis kecil itu tidak pernah melihat bocah itu lagi dan ibunya menolak untuk mengatakan siapa dia. []

KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
DiversosEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...