🌻 Karya : Vina Wijayawati 🌻
Diandra adalah seorang putri dari keluarga berada, ayahnya yaitu Dresta adalah seorang Raja di Marindi sebuah tempat istana yang terkenal akan putrinya yang cantik itu. Diandra mempunyai 2 adik laki-laki bernama Doman dan Durma. Cintanya saat ini tengah di ambang gelisah, ayahnya mengadakan sebuah sayembara dan jika salah seorang pangeran yang memenangkan sayembara ini akan menikah dengan Diandra.
Diandra berkali-kali menolak usulan ayahnya itu, tetapi tidak juga dihiraukan oleh Raja Dresta. Ibunya Rani, tidak bisa berbuat apa-apa melihat kondisi seperti ini, ia terlalu menurut kepada suaminya itu.
“Ayah aku mohon batalkan saja sayembara ini,” pinta Diandra dengan air mata berkaca-kaca.
“Tidak bisa! Kau harus menikah dengan pilihan ayah dengan melalui kegiatan sayembara ini!” bantah Dresta.
“Ibu, aku mohon bujuk ayah untuk membatalkan sayembara ini bu,” pinta Diandra kepada ibunya. Rani tidak bisa berbuat apa-apa, ia menggeleng pelan tidak berdaya.
Kenapa ayah lakukan ini kepada Diandra? Kenapa ayah?” ucap Diandra sesekali ia kembali terisak.
Dresta dan Rani pergi berlalu begitu saja meninggalkan Diandra. Diandra tidak tau harus apa, baru kali ini permintaanya tidak dikabulkan oleh ayahnya. Berbeda saat ia kecil, keinginannya selalu ia dapatkan meskipun itu sulit, kenapa ayahnya tidak menyukai Sean? Apa yang kurang dari diri Sean?
***
“Sean, kamu mau kemana?,” tanya Samah,-ibu Sean.
“Sean akan menemui Diandra bu. Beberapa hari ini dia tak kunjung memeberi kabar. Aku takut jika sesuatu terjadi padanya.” ucapnya cemas.
Samah bisa melihat kecemasan di mata putranya itu. Ia sangat bangga kepada Sean, berjuang mati-matian demi mendapatkan gadis ia cintai dan melawan semua halangan yang menimpanya.
“Tapi kau tau kan Raja Dresta sangat tidak suka padamu,”
“Aku tau bu, tapi tak berarti aku berhenti berjuang mendapatkan Diandra.”
“Sean pergi dulu, sampaikan kepada ayah jangan cemas, Sean pasti pulang dengan selamat.”
“Ibu akan suruh pengawal ikut denganmu,”
“Tidak bu, Sean akan pergi sendiri,”
Sean pergi dengan menaiki kuda kesayangannya itu. Tempat ia tinggal dengan tempat Diandra cukup jauh, tetapi itu tak menguranginya untuk tidak bertemu Diandra.
Ahh, aku sangat merindukanmu Diandra. ucapnya dalam hati.
***
Rani datang ke kamar Diandra dengan membawa nampan berisi makanan. Ia melihat sendu dengan kondisi putri sulungnya itu. Teteapi sebagai seorang ibu, ia tak bisa melakukan apapun untuk kebahagiannya.
“Nak, ayo makan. Dari pagi kamu belum makan.” Ucap Rani
“Aku gak lapar,” ucapnya parau
Tangannya terulur mengusap rambut panjang milik putrinya itu.
Seakan ada dorongan untuk mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya, Diandra tanpa sadar terus bergumam.
“Kenapa ayah melakukan ini kepada Diandra? Kenapa ayah tidak menyukai Sean? Apa yang kurang dari diri Sean?”
Rani hanya diam mendengarkan ucapan putrinya itu, putrinya telah tumbuh dewasa. Putrinya telah mencintai seorang pemuda, bahkan dulu sejak kecil Diandra tak menyukai laki-laki. Dengan adiknya pun ia selalu bertengkar dan menyalahkan ibunya kenapa melahirkan adik laki-laki.
Lalu tiba-tiba Doman datang ke kamar Diandra, karena suara dari sepatu yang menempel pada lantai, membuat Diandra dan Rani menolehkan wajahnya ke asal suara tersebut.
“Kak, Kak Sean ada di taman belakang,”ucapnya
Seakan rotasi membuat Diandra langsung beranjak dari tempat tidurnya dan pergi keluar dengan perasaan campur aduk, antara bahagia, cemas, gelisah, juga sedih.
Grep.
Seakan tak ingin melepaskan, Diandra memeluk erat tubuh tegap milik Sean. Aroma tubuh Sean yang membuatnya merasa tenang membuat semua pikiran dalam dirinya terlepas begitu saja.
Sean membalas pelukan Diandra, ia memeluk erat sangat erat tubuh mungil Diandra. indra penciumannya nyaman menghirup aroma vanila dari rambut panjang milik Diandra.
“Jangan tinggalkan aku,” gumam Diandra.
“Aku disini, aku gak akan pernah tinggalkan kamu,” balas Sean
Keduanya sama-sama melepaskan pelukannya, Sean megusap butiran bening yang keluar dari mata gadis dihadapannya itu. Diandra masih terus terisak, disisi lain ia tertegun dengan perilaku Sean kepadanya.
“Kamu mau apa kesini Sean?” tanya Diandra
“Aku ingin bertemu dirimu, aku sangat merindukan gadis dihadapanku ini.” Ucapnya terkekeh geli.
“Aku tak mengerti,” ucapnya dengan mengerutkan keningnya.
“Apa,?” tanya Diandra seidkit bingung
“Aku tidak salah kan, tadi kau memelukku seolah-olah kau ingin membunuhku saja, aku hampir tak bisa napas karena pelukan mu itu,”
Diandra tersenyum malu, memang tanpa sadar ia memeluk Sean dengan sangat erat seolah-olah ia tidak ingin melepaskan Sean.
“Apa yang membawa mu jauh-jauh datang kesini Sean?” tanya Diandra.
“Aku ingin bertemu dengan Raja Dresta,” ucapnya
Diandra terkejut bukan main dengan jawaban yang dilontarkan Sean, ia takut jika ayahnya itu malah tidak menyukai Sean. Bagaimana jika Sean diusir dengan cara yang tidak pantas oleh ayahnya nanti?
“Ta..tapi, ka..kamu tau kan ayahku bagaimana,?” tanyanya dengan nada sedikit cemas
Sean yang tau akan kekhawatiran diwajah gadis yang ia cintai itu, ia meraih wajah Diandra dan mata mereka bertemu lalu saling terkunci satu sama lain.
“Aku gak peduli ayah mu atau siapapun tidak suka denganku, aku hanya ingin memperjuangkan milikku agar tetap menjadi milikku selamanya. Bagaimana pun rintangan dan segala macam ketidaksukaan datang padaku, aku tidak akan menyerah untuk terus mendapatkan cintaku. Kau tidak perlu khawatir, Tuhan selalu melindungiku. Doakan saja aku setiap saat, dan semoga aku bisa meluluhkan hati ayahmu.” seperti sebuah sihiran yang masuk ke dalam telinga Diandra, perkataan panjang lebar oleh Sean membuatnya sedikit tenang.
Ia percaya Tuhan tidak akan menjauhkan dia dan dirinya. Bagaimana bisa Tuhan memisahkan dua orang insan yang saling menicntai. Sean mencium keningnya beberapa lama, Diandra membalas dengan pelukan kepada Sean.
Aku tidak ingin melepaskan mu semenit pun Sean, batin Diandra.
Aku akan memperjuangkan cintaku, batin Sean.
***
“Yang Mulia, ada yang ingin bertemu denganmu.” Ucap salah seorang pengawal datang kepada Raja Dresta.
“Siapa,?” tanyanya
“Pangeran Sean dari Alaska,”
Dresta terkejut sekaligus marah, bisa-bisanya pangeran dari Alaska itu datang ke istananya tanpa tangan kosong dan datang begitu saja.
“Biarkan ia masuk,”
Tak lama Sean masuk ke dalam kamar Dresta.
“Ternyata kau tidak ada takutnya datang ke sini sendirian tanpa bawa pasukan,” ucapnya dengna nada angkuhnya.
“Apa yang membawa mu datang kesini,?” lanjutnya
“Saya ingin menikahi putri anda, Putri Diandra.”
Perkataan Sean membuat Dresta geram, dan mengepalkan tangannya kuat. Untuk saat ini ia bisa menahan emosinya.
“Aku tidak suka padamu,”
“Tapi aku mencintai Diandra,”
“Aku tidak akan membiarkan putriku berada di tangan seorang pangeran seperti mu begitu saja,”
“Apa yang akan kau perintahkan, aku akan menuruti nya,”
“Emang kau bisa apa, hah?!,”
“Akan saya lakukan selama saya bisa mendapatkan seorang yang aku cintai.”
Dresta menatap manik mata pemuda di hadapannya itu, ia melihat sebuah keberanian dan kejujuran disana, ia tidak melihat rasa takut di dalam mata Sean, membuatnya sementara takjub kepadanya.
Setelah hampir 1 tahun lamanya Sean menuruti apa yang dikatakan Dresta. Ia akhirnya mendapatkan persetujuan dari Dresta dengan menikahi putrinya yaitu Diandra.
(Maaf untuk nama letak kerajaan itu saya ngambil ngarang, maaf kalo emang ga sesuai dengan aslinya.)
![](https://img.wattpad.com/cover/195356199-288-k471416.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...