~ Intan Wulandari ~
Disebuah Desa tinggal lah seorang gadis sederhana yang berparas cantik. Ia bernama Michelle Ziudith atau biasa dipanggil Michel. Ia adalah anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh kedua orangtua nya sejak ia masih kecil. Setelah kedua orangtua nya meninggal, ia di asuh oleh pamannya. Pamannya sangat menyayangi dirinya seperti anak sendiri. Begitu pula sebaliknya, Michel lebih-lebih menyayangi pamannya, bahkan sudah seperti Ayah sendiri.
Pada saat usianya sudah menginjak dewasa, Michel bertemu dengan seorang pria sederhana penjual roti keliling. Pria itu penduduk baru di Desanya. Dia bernama Dimas Anggara atau biasa dipanggil Dimas. Dia adalah pria berhati baik juga pekerja keras. Michel sangat menyukai sifat Dimas yang sangat rendah hati. Terkadang, Dimas selalu membantu paman Michel saat pamannya kesulitan. Hal itu semakin membuat Michel menyukainya. Apalagi rumah Dimas dengan rumahnya berhadapan. Jadi Michel selalu tau apa yang Dimas kerjakan.
Michel juga tidak pernah mendengar jika Dimas memiliki kekasih. Jadi, dirinya tidak terlalu merasa risau. Entah sejak kapan dirinya menyukai pria itu. Tetapi dengan sekuat mungkin, Michel menutupi rasa sukanya. Entahlah apakah pria itu juga menyukainya atau tidak.
Hari ini Michel akan pergi ke pasar untuk membeli sayuran. Pamannya tengah sakit, maklumlah pamannya itu memang sudah tua. Michel sendiri tidak tega meninggalkan pamannya sendirian di rumah, tapi pamannya berhasil meyakinkan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja saat ditinggal pergi ke pasar oleh Michel.
Seperti biasa, Dimas akan bersiap-siap untuk jualan roti keliling. Dirinya menyiapkan semua roti dengan berbagai macam varian. Semua roti-roti itu dibuat oleh tangannya sendiri. Saat dirinya asik memasukkan semua roti-roti yang akan dijual, terdengar suara pecahan gelas didalam rumah Michel. Sontak membuat Dimas berlari masuk kedalam dan memeriksa apa yang telah terjadi. Matanya membulat sempurna saat melihat Pak Iman–pamannya Michel tergeletak tak berdaya di lantai.
"Astagfirullah. " ucap Dimas yang sangat terkejut.
Dengan cepat ia membantu Pak Iman, dan menidurinya kembali di ranjang. Ia membersihkan pecahana gelas itu, takutnya ada yang terluka akibat pecahannya. Pak Iman tidaklah pingsan, dirinya hanya terlihat lemas dan tidak ada tenaga. Sedari tadi dirinya juga memperhatikan Dimas yang sedang membersihkan pecahan gelas itu. Setelah semuanya selesai, Dimas duduk di tepian ranjang sembari menatap kasihan kearah Pak Iman.
"Bapak tidak apa-apa? " tanya Dimas.
Pak Iman menggelengkan kepala, "Makasih ya, Nak Dimas. " ucapnya. Dimas tersenyum, lalu mengangguk, "Sama-sama pak, tugas kita sebagai manusia haruslah saling membantu. "
Niat berjualan pun diurungkan oleh Dimas sampai Michel datang. Karena Dimas tidak tega jika harus meninggalkan Pak Iman sendirian disini. Ia sudah menanyakan kemana Michel dan ternyata dia sedang pergi ke pasar membeli sayuran untuk masak hari ini.
"Nak Dimas jualan aja sana, saya gakpapa kok. " ucap Pak Iman.
"Enggak pak, saya mau nungguin bapak disini sampai Michel datang. " sahut Dimas
"Maafkan saya yang sudah merepotkan kamu. " ucap Pak Iman.
Dimas tersenyum, "Tidak merepotkan pak, saya membantu bapak dengan senang hati. " sahutnya.
Tak lama kemudian, Michel datang dengan membawa belanjaan dari pasar. Ia sedikit terkejut karena mendapati Dimas di rumahnya.
"Mas Dimas? Kok ada disini? " tanya Michel sedikit bingung.
"Tadi dia bantu bapak, bapak tadi jatuh. " jawab Pak Iman.
Michel terkejut, "Apa, bapak jatuh? Bapak gakpapa kan? " tanyanya dengan sangat panik. "Bapak gakpapa Nak, untung saja ada Dimas yang bantu bapak. " jawab Pak Iman.
Michel menatap Dimas sembari tersenyum, "Terima kasih Mas, untung ada kamu. Kalo gak ada aku gak tau gimana jadinya. " ucap Michel.
"Sama-sama, yasudah saya permisi dulu mau jualan. " pamit Dimas dan mendapat anggukan dari Michel.
Beruntunglah hari ini Dimas membantu pamannya. Jika tidak, Michel pasti akan kehilangan kembali orang yang ia sayangi. Ia selalu bersyukur masih ada orang baik yang mau membantu. Hari ini, Dimas berhasil membuat Michel kagum akan sosok pria itu. Michel gadis sederhana yang hanya bersekolah sampai SMA saja. Berbeda dengan Dimas yang memiliki pendidikan S1. Mencari pekerjaan memanglah sulit, apalagi dengan pendidikan akhir SMA. Dimas saja yang berpendidikan akhir S1, masih sulit mendapatkan pekerjaan.
Michel ingin mempunyai penghasilan, supaya ia bisa membawa pamannya ke dokter. Ia sangat tidak tega melihat keadaan pamannya yang semakin parah. Ia sendiri tidak tau penyakit apa yang diderita pamannya, karena memang dirinya tidak pernah membawanya ke dokter. Bukan karena tidak mau, karena memang tidak ada uangnya untuk berobat. Michel berpikir, apakah ia harus meminta bantuan kepada Dimas. Siapa tau dia punya uang simpanan untuk meminjamkan uang kepadanya.
"Semoga mas Dimas punya uang dan minjamin ke aku. " gumamnya, sebelum mengetuk pintu rumah Dimas.
Pintu rumah Dimas sudah Michel ketuk. Tetapi belum ada tanda-tanda seseorang membuka pintu. Apa Dimas belum pulang ya, pikir Michel. Di ketuklah kembali pintu rumahnya, dan akhirnya terbuka. Nampaklah Dimas dengan wajah seperti orang bangun tidur.
"Maaf mas mengganggu waktu nya. " ucap Michel dan mendapat anggukan dari Dimas, lalu pria itu mempersilahkan Michel masuk ke dalam rumahnya.
Mereka sudah duduk, lalu Michel mulai memberitahukan maksud kedatangan nya, "Maaf mas, kedatangan aku kesini mau pinjam uang sama mas Dimas buat berobat bapak. Secepatnya bakalan aku ganti. " ujar Michel.
"Aku punya kok, emm buat berobat yah? " tanya ke Dimas dan Michel mengangguk. "Gimana kalo besok kita bawa bapak kamu ke dokter, biar aku ikut mengantar. Dan masalah pembayaran, biar aku yang bayar. " lanjutnya dan mendapat anggukan setuju dari Michel.
"Oke, besok kita bawa bapak kamu ke dokter. " seru Dimas.
Mentari sudah memunculkan sinarnya. Angin pagi menerpa wajah Michel yang tengah menjemur pakaian. Dirinya menjemur sembari melirik kearah rumah Dimas yang masih sepi, sepertinya pria itu masih tidur. Michel melanjutkan aktivitasnya, setelah selesai ia masuk kedalam rumah. Tapi ia sangat terkejut saat mendapati Pamannya yang pingsan. Sontak Michel menghampirinya dan menjerit meminta tolong.
Dimas yang baru selesai mandi langsung menghampiri sumber suara minta tolong itu. Untung saja, dirinya sudah memakai pakaiannya, jadi bisa langsung membantu Michel membawa pamannya ke rumah sakit. Pak Iman langsung di bawa ke ruang UGD, dan merek berdua menunggu di luar ruangan. Air mata Michel terus saja mengalir, ia merasa takut jika terjadi sesuatu kepada pamannya. Sedari tadi Dimas terus saja menenangkan gadis disampingnya yang terisak.
"Kamu yang tenang, Pak Iman akan baik-baik aja. " ucap Dimas.
"Gimana kalo terjadi sesuatu sama bapak. Semuanya salah aku karena aku gak bisa cari uang buat berobat bapak. " ucapnya.
"Semuanya akan baik-baik aja, dan jangan pernah salahin diri kamu. " sahut Dimas.
Dokter yang menangani Pak Iman, akhirnya keluar dengan wajah yang sedikit kurang enak. Sepertinya ada kabar buruk.
"Gimana dok, keadaan bapak saya? " tanya Michel.
"Pak Iman punya penyakit paru-paru basah, dan penyakitnya sudah kronis sekali. Apa sebelumnya dia tidak dibawa ke rumah sakit untuk diobati? " tanya dokter dan Michel mengangguk sambil menangis.
"Kalian berdoa lah, semoga beliau baik-baik saja. Saya permisi dulu. " pamit dokter itu setelah memberitahu kepada Michel bahwa pamannya mengidap penyakit paru-paru basah.
Michel dan Dimas masuk kedalam ruangan untuk melihat kondisi Pak Iman. Michel benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Ia benar-benar sedih melihat keadaan pamannya terbaring lemah. Michel duduk sembari memegangi telapak tangan pamannya.
"Pak bangun, Michel sayang bapak. " ucapnya sangat lirih.
Pak Iman membuka matanya perlahan, lalu menatap Michel yang tengah menangis tersedu-sedu, "Bapak baik-baik aja Nak, kamu jangan nangis. " ujar Pak Iman.
Michel mengangkat wajahnya dan menatap Pak Iman, "Syukurlah bapak udah siuman, cepet sembuh pak. " ucapnya.
"Nak Dimas.. " panggil Pak Iman.
"Iya pak? " tanya Dimas.
"Menikahlah dengan Putri saya, Nak Dimas anak yang baik dan saya mau Michel menikah dengan Nak Dimas, sebelum saya pergi. " ucap Pak Iman yang sangat membuat Dimas juga Michel terkejut.
"Pak, bapak pasti sembuh. Bapak gak boleh ngomong gitu. " timpal Michel kembali terisak.
"Nak Dimas mau kan menikahi Michel, ini permintaan terakhir saya. " ucap Pak Iman. "Bapak gak boleh ngomong gitu pak, Michel yakin bapak bakalan sembuh. " sahut Michel.
"Iya, saya mau menikahi putri bapak." ujar Dimas mengiyakan permintaan Pak Iman. Hal itu membuat Michel terkejut bukan main. Ia sendiri langsung menatap tidak percaya ke arah Dimas.
"Saya juga menyukai putti bapak, jadi bapak tenang saja. Saya akan menjaga dia dan menyayangi Michel. " jelas Dimas, membuat Michel semakin terharu. Pasalnya cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, karena Dimas juga menyukai dirinya.
Pak Iman bernapas lega, "Alhamdulillah, bapak mau pernikahan kalian dipercepat. " ucap Pak Iman. "Kami akan menikah setelah bapak diperbolehkan pulang. Dan saya akan langsung menguruskan semuanya untuk menikah. " jelas Dimas.
"Michel, kamu mau kan jadi istri aku?" tanya Dimas dan Michel langsung mengangguk malu.
Sudah diyakini jika pernikahan ini terjadi bukan atas kehendak dan kemauan Pak Iman saja. Tapi semua pihak merasa senang, baik Michel maupun Dimas. Pernikahan akan berlangsung nanti setelah Pak Iman diperbolehkan pulang oleh Dokter.
Setelah tiga hari Pak Iman dirawat di rumah sakit. Akhirnya, beliau diizinkan pulang oleh dokter. Saat itu juga, setelah kepulangan Pak Iman pernikahan antara Michel dengan Dimas dilangsungkan. Pernikahannya memang sangat sederhana, tetapi begitu khidmat dan membahagiakan. Make-up yang dipakai oleh Michel pun sangat sederhana, tetapi memang sudah dasarnya cantik jadi tetap akan terlihat cantik saat make-up yang sederhana diaplikasikan. Tangan Dimas sudah gagah menjabat tangan Pak Iman sebagai wali yang menikahkan. Dimas mengucapkan izab kobul dengan sekali napas dan langsung benar. SAH kata itulah yang orang-orang katakan setelah Dimas selesai mengucapkan izab kobul.
Michel teramat sangat bahagia, karena sekarang dirinya sudah sah menjadi istri Dimas. Dikecuplah kening Michel oleh Dimas, lalu Michel menyalami tangan Dimas sebagai tanda hormatnya sebagai seorang istri. Baru beberapa menit setelah Dimas selesai mengucapkan Izab Kobul, Pak Iman mendadak merasa nyeri dibagian dadanya. Napasnya terengah-engah sehingga membuat suasana yang tadinya bahagia menjadi panik. Michel kembali menitikkan air matanya saat melihat Pak Iman sekarat.
"Bapak, bapak kenapa? Mas Dimas ayo bawa bapak kerumah sakit! " ucap Michel dengan sangat panik dan terisak. Baru saja Dimas ingin membopong mertuanya, "Ga-gak u-usah, ba-bapak cu-cuma nitip Michel sa-sama k-ka-kamu, j-ja-jaga dia dan s-sa-sayangi dia, j-ja-jangan kamu ti-tinggalin dia. " pesan Pak Iman, lalu beliau menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan Michel.
Michel sangat-sangat terisak, "Bapak! Jangan tinggalin Michel!! Pak bangun!! " teriaknya sambil mengguncangkan tubuh Bapaknya. Dimas ikut menitikkan air mata, tak disangka mertuanya itu akan cepat menghadap Illahi. Permintaan terakhirnya sudah terpenuhi, sekarang tanggungjawab Dimas adalah menjaga, menyayangi dan mencintai Michel.
Pemakaman Pak Iman sudah selesai, dan tahlilan di rumahnya pun sudah dilaksanakan. Hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Apalagi setelah satu pekan pernikahan mereka, Dimas berencana pindah ke kota. Dirinya ingin memulai usaha roti di kota. Karena di pedesaan omset yang dihasilkan dari penjualan roti hanya sedikit. Hanya bisa dipakai untuk modal saja, sedangkan mereka berdua butuh makan.
Akhirnya, Michel memutuskan untuk mengikuti keinginan suaminya. Walau bagaimanapun ia harus patuh dan nurut atas apapun keputusan yang diambil oleh Dimas. Meskipun sebenarnya, Michel sendiri tidak mau meninggalkan rumah peninggalan Alm. Pamannya. Banyak kenangan yang terukir di rumah ini. Tapi apa boleh buat, Dimas sekarang adalah kepala keluarganya dan ia harus menuruti itu semua, jika memang ia harus menjual rumah pamannya untuk modal di kota.
Mereka berdua sudah sampai di kota Jakarta, dan hanya kontrakan kecil yang bisa disewa oleh Dimas. Karena uang yang mereka bawa hanya cukup untuk modal dan kebutuhan lainnya. Tapi meskipun begitu, keluarga kecil Michel sangatlah bahagia. Dalam keadaan yang sulit seperti ini mereka selalu bersama. Apalagi Michel, dirinya selalu mensupport Dimas dalam segala hal. Dirinya selalu menemani Dimas, disaat-saat tersulitnya. Michel juga ikut andil dalam usaha kecil-kecillan yang dibangun oleh suaminya. Dimas merasa beruntung mempunyai istri seperti Michel.
"Aku sayang kamu. " ucap Dimas sembari mencium kening istrinya. "Aku juga sayang sama kamu mas. " sahut Michel.
Hari demi hari, usaha roti mereka berdua semakin maju. Terbukti dengan banyaknya cabang yang sudah mereka buka. Dimas juga sudah berhasil membeli rumah yang layak untuk istrinya, kendaraan roda empat pun sudah mampu dibeli oleh Dimas. Keluarga mereka semakin harmonis, apalagi dengan datangnya buah hati tercinta yang masih ada di kandungan Michel. Hal itu membuat Dimas tidak memperbolehkan Michel ikut berkecimpungan di toko.
Dimas mencarikan asisten untuk di tokonya, dan dirinya sudah mendapatkannya. Amanda Rawles, gadis cantik dan masih sangat muda menjadi asisten yang akan selalu bersama Dimas saat mengecek ke tiap-tiap cabang toko rotinya. Dimas dan Amanda sering berpergian bersama, bahkan saat pekerjaan sudah selesai mereka berdua masih ingin jalan bersama. Seperti makan siang ataupun makan malam. Sedangkan dirumah Michel selalu memasak dan menunggu suaminya pulang, dengan keadaan perut yang besar ia masih menyempatkan diri menunggu suaminya pulang.
"Banyak kerjaan ya mas? " tanya Michel saat Dimas memasuki rumah dan hanya dibalas deheman dari Dimas.
"Ayo makan dulu mas, aku udah buatin makanan kesukaan kamu. " ucap Michel.
"Aku capek, mau tidur. " ucap Dimas sedikit ketus.
Sedih. Itulah yang dirasakan Michel sekarang. Ia sudah menyiapkan semuanya dengan penuh cinta, tapi dibalas oleh penolakan yang menyakitkan. Entah kenapa, dua pekan terkahir ini Dimas menjadi pribadi yang berbeda. Dia sedikit kasar, suka marah-marah jika Michel melakukan kesalahan kecil saja. Malahan sekarang suaminya itu enggan mengantarnya periksa kandungan, jika Michel meminta ditemani, Dimas akan marah dan selalu menyangkut pautkan dengan pekerjaan. Apa salahnya jika seorang istri minta ditemani periksa kandungan, bukankah ini anaknya sendiri.
Hari ini seperti biasa Michel pergi ke dokter kandungan sendirian. Untunglah dokternya sangat baik dan ramah. Michel sendiri sudah kenal akrab dengan dokternya. Rizky Nazar adalah dokter kandungan yang selalu memeriksa kesehatan janin Michel. Rizky selalu menanyakan dimana suaminya, dan hal itu membuat hati Michel sedih. Karena suaminya sibuk kerja sampai berubah menjadi Dimas yang berbeda.
"Sayang, hari ini kita mau kemana? " tanya Dimas kepada Amanda.
"Aku mau kita main, tapi di rumah kamu. " jawab Amanda dengan sangat manjanya.
"Tapi, di rumah ada istri aku. " ujar Dimas.
"Kamu lebih cinta sama istri kamu ya, dibandingkan aku? " tanya Amanda dengan wajah cemberut.
"Bukan sayang, bukan gitu. Aku lebih cinta sama kamu. Secara kamu lebih cantik dari istri aku. Kamu berjiwa muda, dan seksi. " ucap Dimas dan membuat Amanda terkekeh geli.
"Yaudah ayo, kita ke rumah kamu. " sahut Amanda.
Dengan cepat mobil yang dikendarai oleh Dimas melesat menuju rumahnya. Tetapi, suasana rumah terlihat sangat sepi. Dimas baru ingat bahwa istrinya pergi untuk periksa kandungan. Kesempatan ini Dimas gunakan untuk memenuhi keinginan bersama Amanda.
Michel turun dari taksi dan matanya langsung menatap kearah mobil suaminya, "Mas Dimas udah pulang, tumben banget padahal masih siang. " gumamnya. Michel melangkahkan kakinya memasuki rumah. Pintu rumah pun tidak di kunci, berarti memang benar jika Dimas ada di dalam.
Satu hal yang ia lihat saat pertama masuk kedalam rumah. Dirinya mendapati Dimas yang tengah bercumbu mesra bersama wanita lain. Michel sendiri tidak tau siapa wanita itu.
"Mas Dimas! Apa-apaan kamu?!" tanya Michel dengan penuh rasa sakit hati.
Dimas menghentikan aktivitasnya dan menatap Michel penuh emosi, "APA?! Lo ganggu gue tau gak! " ucap Dimas dengan sangat kasar kepada Michel, sedangkan gadis itu malah bergelendot manja dilengan suaminya.
"Jadi ini kelakuan kamu mas?! Kamu ada main sama wanita lain? Pantes sikap kamu berubah ke aku. " ucap Michel dengan air mata yang menetes.
"IYA! Emang ini kelakuan aku, mau apa kamu? Gak terima? Mau pisah? Silahkan! " ucap Dimas dengan sangat mudahnya mengatakan pisah.
"Kamu udah nodai kepercayaan aku dan cinta aku mas, kurang apa aku sama kamu? Aku selalu ada buat kamu, disaat kamu susah dan disaat kamu masih nol. Apa sekarang? Kamu tega ngekhianati cinta aku, kasih sayang aku! " jelas Michel dengan terisak.
"Terus apa mau kamu? Kita pisah? Oke, karena aku juga mau nikah sama Amanda. " ucap Dimas. "Sekarang, aku talak kamu! " lanjut Dimas.
Hancur. Itulah sekarang yang Michel rasakan. Suami yang dipercayai oleh pamannya untuk selalu ada disamping Michel, sekarang dengan mudahnya mengatakan talak kepadanya. Michel pergi setelah Dimas menjatuhkan talak kepadanya. Michel menangis menyusuri jalanan kota Jakarta. Perut besar dan tinggal menghitung minggu saja dirinya melahirkan, Dimas tidak peduli semua itu. Kenapa semuanya terjadi kepadanya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang. " gumam Michel sembari terisak. Pikiran Michel benar-benar kacau, hampir saja dirinya tertabrak mobil. Untung saja mobil itu dengan cepat berhenti. Tanpa Michel sadari pengendara mobil yang hampir saja menabraknya adalah Rizky, dokter nya di rumah sakit.
"Kamu kenapa? " tanya Rizky dan Michel hanya terisak, lalu refleks memeluk Rizky.
"Suami aku selingkuh dihadapan aku sendiri, dan dia baru aja Talak aku. " jawabnya.
Rizky membawa Michel masuk ke dalam mobilnya. Rizky membawa Michel ke rumahnya, dan sangat disambut baik oleh Ibu–nya Rizky. Bertemu dengan Rizky dan Ibunya membuat Michel bisa bangkit lagi dari keterpurukannya. Sampai Michel melahirkan seorang bayi cantik dan lucu. Rizky selalu menemani Michel dan menjaga dirinya beserta putrinya. Sehingga beberapa bulan kemudian mereka berdua memutuskan menikah dan membangun rumah tangga bersama.
"Aku janji akan selalu jaga kamu dan Putri kita. " ucap Rizky sembari memeluk Michel yang sedang menggendong anaknya.
"Aku sayang kamu Mas. " ucap Michel.
Kehidupan Michel kembali bahagia dan selalu bahagia. Inikah jodoh yang sebenarnya. Berbeda dengan Dimas yang sekarang hidupnya jatuh menjadi melarat kembali. Semua cabang toko roti nya bangkrut karena Dimas banyak hutang. Rumah beserta isinya disita bank, kendaraan mewahnya disita. Dirinya ditinggalkan oleh Amanda yang ternyata hanya mengincar hartanya. Setelah Dimas bangkrut Amanda meninggalkannya dan pergi bersama pria lain. Setelah dirinya menjadi gembel, dia teringat dengan ketulusan Michel, dan dia ingat bahwa Michel saat itu tengah mengandung. Mungkin sekarang anaknya sudah lahir, pikirnya.
Dimas menjadi gelandangan dan gembel dipinggir jalan, dia menadahkan tangannya meminta uang kepada orang yang lewat. Sampai suatu hari dirinya dipertemukan dengan wanita berhati mulia yang dulu pernah menjadi istrinya.
"Michel. " ucap Dimas.
"Mas Dimas? Ya ampun mas kok jadi gini? " tanya Michel sangat terkejut.
"Kamu sendiri? " tanya Dimas. "Aku sama suami dan anak aku. " jawab Michel.
"Michel aku minta maaf, karena udah nyakitin hati kamu. Kamu beruntung bisa dapetin suami yang jauh lebih baik dari aku. " ucap Dimas dengan penuh kesedihan. "Aku udah maafin kamu, setelah aku ketemu sama mas Rizky, yaudah mas aku ke sana dulu. " ucap Michel.
Dimas meratapi kepergian Michel, mantan istri yang dulu ia sakiti dan khianati, kini sudah bahagia bersama keluarga barunya. Sedangkan Dimas, kembali sengsara seperti dulu, bedanya jika dulu kesengsaraannya ditemani oleh Michel, tapi sekarang dirinya hanya sendirian. Karma memang sangat menyakitkan. Disaat kita sudah bahagia bersama kehidupan kita, tapi godaan datang dan disitulah kelemahan Dimas. Dia tidak bisa menolak godaan yang datang, dia malah menerima godaan itu yang membuat semuanya menjadi hancur. Dimas kehilangan istri terbaik, dan harta berharganya.
Pesan : Jagalah sesuatu yang sudah kamu punya, dan jangan kamu tinggalkan dan sakiti mereka yang sudah setia menemanimu disaat susah sampai berjaya. Jika kamu melakukannya maka kamu akan sangat kehilangan mereka disaat kamu kembali terpuruk dalam kesengsaraan. Jadi hargailah setiap apapun yang kamu miliki dan janganlah kau nodai itu.
Selesai!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
De TodoEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...