Cerpen Fanfiction

16 1 0
                                    

~ Nasya Ammara Fadhila ~

Kicauan burung terdengar di pagi hari. Seorang cewek SMA berambut panjang, yang menggunakan headset duduk di sebelah jendela dengan termenung. Pikirannya hanya tertuju pada alunan musik favoritnya. Cewek itu kemudian memejamkan matanya dan menghirup besar-besar udara yang masuk melalui jendela. Belum benar-benar menikmati hembusan angin, headset yang dikenakannya di tarik oleh salah seorang siswi bernama Irene.
“Eh tante-tante! Lo tau kan apa yang harus lo belikan sekarang? Lo lupa ya sebentar lagi mau masuk. Belikan makanan sana di kantin,” bentak Irene sambil menggebrak meja membuat semua murid di kelas menoleh ke sumber suara.
Doyeon, cewek yang tadi dibentaknya hanya menatapnya dengan ekspresi datar. Dia sudah biasa diperlakukan oleh Irene semenjak dia satu sekolah di SMP. Doyeon kembali memasang headset nya dan tetap diam.
“Lo punya kuping gak sih! Udah cepet tante lonte,” bentak Irene lagi sambil menarik tangan Doyeon. Doyeon menatapnya tajam, lalu pergi menuju kantin untuk membelikan makanan pesanan Irene dan kawan-kawannya. Doyeon berjalan lambat agar waktu masuk awal pelajaran segera berbunyi dan tidak jadi membelikan makanan meskipun dia harus menanggung risikonya.
Bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Memang betul Doyeon tidak membelikan makanan dan kembali berjalan ke kelas. Sebenarnya sia-sia juga dia berjalan keluar kelas kalau ujung-ujungnya kembali lagi. Doyeon memasuki kelas, yang langsung di hadang Irene dan kawannya.
“Mana pesanan gue lonte?” Irene berbicara sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
“Lo gak liat kalau sekarang udah masuk? Tuli mbaknya?” Doyeon pun langsung duduk di kursinya dan mengabaikan Irene. Irene dengan sengaja memajukan kakinya dan menjatuhkan Doyeon. Doyeon jatuh dengan posisi lutut menahan badannya. Lututnya memerah.
Seluruh isi kelas tertawa terbahak-bahak melihat Doyeon jatuh. Langsung saja Doyeon berdiri dan duduk di mejanya dengan tenang. Dia melepas headset dan handphone nya di tas lalu menggosok-gosok lututnya agak tidak sakit. Suasana kelas kembali seperti semula dengan kegiatan masing-masing. Tidak lama setelah itu, Pak guru Chung-Ho datang. Doyeon mendengar bahwa derap langkah diluar tidak hanya langkah Pak Chung-Ho saja, tetapi ada derap langkah lain yang mengikuti Pak Chung-Ho.
“Selamat pagi anak-anak bapak yang bapak cintai,” ucap Pak Chung-Ho didepan kelas.
“Pagi Pak Chung-Ho yang eksis,” balas semuanya dengan kompak.
“Bagus, kali ini kalian kedatangan murid baru yang berasal dari sekolah Apgujong High School. Silahkan masuk!” Pak Chung-Ho menyuruh murid itu masuk.
Murid baru itu masuk dengan penampilan yang oke. Warna rambut hitam yang indah tersisir dengan rapi, baju sekolah yang rapi, memiliki wajah tampan, dan badan yang menjulang tinggi. Murid-murid cewek berteriak histeris melihat wajah anak baru itu. Terutama Irene dan kawannya. Doyeon hanya bergumam pelan untuk menunjukkan rasa kagumnya.
“Apakah dia akan sebangku denganku? Aku kan tidak punya teman sebangku dan gak cuma aku aja yang sendirian tapi juga dengan Jung-ho si biang kerok,”  gumam Doyeon.
“Oke, silahkan kamu perkenalkan diri nak,” kata Pak Chung mempersilahkan.
Murid baru itu maju selangkah dan memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan saya Wong Yuk Hei, panggil saja Lucas. Asal sekolah Apgujong High School. Pindah sekolah karena kesibukan orangtua. Salam kenal.” Lucas membungkukkan badannya dan menegakkannya kembali. Dia menyapu seluruh pandangnya ke penjuru ruangan, sampai dia menatap mata Doyeon yang terlihat bias saja diantara semua murid perempuan.
“Oke Lucas, silahkan duduk di bangku yang kosong. Di sebelah Doyeon atau Jung-Ho,” jelas pak Chung-Ho. Lucas pun mengangguk dan berjalan mendekati bangku Doyeon. Doyeon yang awalnya hanya mengira-ngira terlonjak kaget.
“Gue duduk sini, boleh?” bisik Lucas pelan. Doyeon mendongak, menatap matanya sekilas lalu mengangguk. Lucas segera menduduki bangku kosong itu yang berada di sebelah kanan Doyeon.
Pak Chung-Ho memulai pelajarannya dengan tenang. Doyeon membuka paket dan mencari halaman yang sudah disuruh Pak Chung-Ho. Doyeon menyimak penjelasan Pak Chung-Ho dengan khidmat. Lucas kemudian menyenggol lengan Doyeon lalu berbisik, “Bagi sedikit dong, pelajarannya kelupaan.” Lucas menolehkan mukanya untuk memastikan bahwa Doyeon mendengarkan bisikannya. Doyeon menoleh dan menggeserkan sedikit buku paketnya dan kembali mendengarkan Pak Chung-Ho. “Dingin banget,” gumam Lucas sambil melirik sedikit ke arah Doyeon.
“Oke anak-anak sekian pelajaran dari saya, saya akhiri. Boja.” Pak Chung-Ho membungkukkan badannya tanda mengakhiri pelajaran. Pak Chung-Ho kemudian keluar meninggalkan kelas. Tiba-tiba ada sebuah pengumuman. “Maaf mengganggu waktu belajarnya, bahwa kelas XII-IPS guru Hwang Aira tidak dapat mengajar dikarenakan urusan penting. Terimakasih.” Pengumuman berakhir dan suasana kembali sunyi. Doyeon memasukkan bukunya dan berniat menuju toilet.
“Permisi, saya mau lewat,” ucap Doyeon sambil berdiri.
“Kemana?” Lucas masih duduk ditempatnya dan mendongakkan kepalanya.
“Bukan urusan lo.” Doyeon segera menyibak Lucas dan menuju ke toilet. Entah mengapa Lucas tertarik dan mengikuti Doyeon secara sembunyi-sembunyi. Doyon berjalan di lorong sepi karena seluruh kelas sedang ada pelajaran. Lucas mengikutinya dibelakang. Sampailah Doyeon di toilet dan tetap tidak menyadari kehadiran Lucas. Lucas membelokkan arahnya menuju toilet laki-laki. Di dalam Lucas berkaca dan menata rambutnya. Lucas merasa Doyeon seorang perempuan yang unik,dingin, dan ramah.
Di dalam kelas, Irene, Yeji, dan Rose melihat kejadian tadi dan mengikuti setelah Lucas benar-benar berada di toilet. Irene ingin mengerjai Doyeon dengan menaruh cairan pel bening di seluruh lantai. Irene menjalankan rencananya dengan mulus dibantu dengan dua kawannya. Langsung irene dan dua kawannya menuju kelas. Setelah di kelas Irene kembali lagi menuju toilet untuk pura-pura buang air. Doyeon yang berada di toilet belum menyadari, Doyeon merapikan rok nya dan berjalan menuju wastafel. Tak lama, Doyeon terpeleset dan jatuh sampai menghasilkan bunyi berdebum. Irene menyaksikan kejadian itu dan pura-pura tidak tau. Doyeon mengerang kesakitan, dia merasa punggung nya kaku, kakinya mati rasa akibat terpeleset. Irene tersenyum licik menghdap cermin. Doyeon melihat senyuman licik itu.
Di toilet laki-laki, Lucas mendengar suara berdebum di toilet perempuan. Lucas segera memeriksanya dan mendapati Doyeon terjatuh padahal ada Irene di dalam toilet itu dan seperti merasa kesenangan. Akhirnya Lucas setengah berlari menuju ke arah Doyeon dan membantu Doyeon untuk berdiri, namun lengan Lucas ditahannya dan berkata dengan lirih, “Jangan, tulang belakangku sakit rasanya tidak bisa digerakkan,” kata Doyeon lirih. Lucas menatap wajahnya dan memperhatikan bola mata berawran cokelat terang itu dengan teliti, mencari apa maksud dari perkataannya. Lucas mengangguk dan langsung membalikkan badan menuju ke arah Irene.
“Eh lo! Dasar pengecut! Lo kan yang buat gara-gara semua ini? Lo tau, tampang lo itu menjijikkan dan annoying banget.” Jelas Lucas sambil menunjuk tajam ke arah muka Irene. Irene terkejut dengan perkataan Lucas.
“Apa maksud lo anak baru. Gue gak ngelakuin semua ini. Lo ngebela si tante-tante lonte itu?!” gertak Irene tak mau kalah.
“Tante-tante lonte maksud lo? Lo gak ngaca apa ya, jelas-jelas yang lebih lonte-an itu ya lo. Dasar L-O-N-T-E.” Lucas memberi isyarat ke Doyeon agar menunggunya sebentar. Doyeon menganggukan kepala sambil menahan sakit. Lucas segera berlari menuju ke ruang guru dan memanggil guru BK.
Irene menghadap Doyeon marah. Seketika itu dua kawan Irene datang dan berdiri sambil menyilangkan ke dua tangannya di dada. Lalu Irene berkata, “PUAS LO HA?! SEKARANG LO ADA YANG NGELINDUNGI! GAK USAH SENENG DULU LO KALI INI,” Bentak Irene lalu menampar Doyeon. “PLAK!”. Doyeon memegang pipinya yang terasa panas, dan menangis sesegukan.
“Gu-gue salah apa sama lo Rene? Sama lo juga Yeji dan Rose?” kata Doyeon terbata-bata.
“Banyak salah lo ke gue. Lo yang bikin gue di tolak sama orang yang gue sukai karena dia suka sama lo! Rasanya sakit Doyeon!” jelas Irene datar dengan penuh penekanan.
“Tapi itu kan” belum sempat Doyeon berkata Irene dan temannya sudah meninggalkannya begitu saja. Setelah mereka bertiga sudah pergi barulah Lucas datang bersama Pak Chung-Ho dan guru BK Bu Kim Soyoung. Cepat-cepat Lucas membopong Doyeon dan membawanya menuju ambulance yang sudah di telepon oleh Bu Soyoung ditemani oleh Pak Chung-Ho. Bu Soyoung segera menuju kelas dan membawa Irene, Yeji dan Rose menuju ruang BK.
Doyeon menatap Lucas yang sedang membopongnya, lalu tersenyum. “Makasih Lucas.” Lirih Doyeon. Lucas balas menatap dan mengangguk kemudian tersenyum. Beberapa menit perjalanan kini Doyeon sudah berada di ranjang rumah sakit ditemani Lucas, sedangkan Pak Chung-Ho mengatur administrasi. Di dalam ruangan serba putih itu ada sedikit rasa canggung yang menyeruak. Doyeon masih menahan rasa sakitnya dan tiba-tiba kakinya terasa nyeri. Lucas yang duduk di sampingnya segera memijat kaki Doyeon perlahan dan mengoles minyak yang kebetulan ada di etalase kamar.
“Lo gapapa kan? Irene sudah sering berulah sama lo? Kenapa?” Lucas mencoba bertanya kepada Doyeon sambil tetap memijat kaki Doyeon.
“Gue juga gak tau. Dia sering begini ke gue Cuma masalah di kelas SMP lalu. Padahal gue juga gak ngapa-ngapain.” Doyeon menunduk berusaha menyembunyikan mukanya yang sedang menangis.
“Maaf kalau gue ikut campur. Dan maaf tadi gue ngikutin lo karena lo gak jawab pertanyaan gue,” sesal Lucas yang pada aslinya membawa keberuntungan bagi Doyeon.
“Gapapa, justru lo ngebantu gue. Coba aja lo gak ngikutin gue, mungkin gue udah kesakitan dari tadi dan gak bakal ada yang menolong,” kata Doyeon tersenyum. “Udah mendingan sakitnya, makasih.”
Lucas memberhentikan memijat kaki Doyeon dan menyodorkan air putih di botol. Doyeon menerimanya dan segera menegaknya sampai habis. Lalu menghela napas. Lagi-lagi Doyeon tersenyum. Lucas pun membalasnya. Pak Chung-Ho datang beberapa menit kemudian dan mengabarkan bahwa Doyeon harus dirawat selama dua hari. Pak Chung-Ho mengabarkan ini ke orang tuanya dan menceritakan semua yang terjadi. Saat itu perasaan orang tuanya sangat sedih dan hancur karena selama ini Doyeon tidak pernah bercerita.
Dua hari sudah terlewati, sekarang Doyeon bisa kembali sekolah. Sekarang Irene dan dua kawannya tidak lagi mengganggunya dan mereka sama sekali belum meminta maaf kepada Doyeon. Sampai pada malam itu Irene dan dua kawannya pergi menuju bar dengan mengendarai mobil. Tetapi nahas, mobil Irene kecelakaan dan jatuh berguling-guling tetapi tidak ada korban meninggal tetapi tangan dan kaki Irene patah sedangkan kedua temannya mengalami cedera yang cukup berat. Irene harus di rawat sampai pulih dan menjalani terapi. Kemudian ketua kelas mengusulkan untuk menjenguk Irene, Yeji dan Rose. Semua kelas setuju begitupula Doyeon karena sejahat-jahat apapun teman masih ada kesempatan untuk berbaikan. Seluruh kelas mengusulkan bahwa besok sabtu baru akan menjenguk. Lucas menawarkan Doyeon untuk berangkat bersama. Dan Doyeon menyetujuinya.
Keesokannya sesuai yang direncanakan, Doyeon menunggu Lucas untuk menjemputnya dan berangkat bersama. Doyeon hanya memakai baju sederhana dengan jins semata kaki. Beberapa menit kemudian Lucas datang dengan membawa sepeda motor berwarna hitam. Lucas hari ini sangat berbeda dibandingkan dengan memakai seragam sekolah, benar-benar tampan. Doyeon tersenyum dan mengambil helm yang disodorkan Lucas. Doyeon naik ke atas sepeda motor dan berangkat. Terpaan angin membuat rambut panjang Doyeon berkibar. Lucas melihat Doyeon melalui kaca spion melihat kecantikan Doyeon saat menaiki sepeda motor. Lucas sudah merasakan gejolak aneh saat bertemu Doyeon pertama kali. Apakah ini yang disebut cinta?
Mereka berdua sudah sampai di parkiran rumah sakit dan segera menuju kamar tempat Irene di rawat. Di depan pintu banyak kerumunan anak kelas. Mereka menjenguknya satu per satu agar tidak ramai. Sampai akhirnya giliran Doyeon dan Lucas yang memasuki kamar, sedangkan yang lain pulang duluan. Doyeon dan Lucas masuk melihat Irene yang tangan dan kakinya digantung. Irene menoleh melihat siapa yang menjenguknya lalu membuang mukanya. Doyeon menaruh Fruit Bucket di meja kecil. Dan duduk di sofa yang disediakan di kamar itu. Di ruangan itu hanya ada suara helaan napas, tidak ad satupun yang berbicara. Sampai pada akhirnya Lucas menyerah dan ijin untuk keluar membiarkan Doyeon dan Irene berbicara. Tak lama setelah Lucas keluar, Irene akhirnya membuka suara.
“Gue minta maaf selama ini selalu gangguin lo. Dari waktu SMP sampai sekarang. Lo mau kan maafin gue?” Irene menatap Doyeon dengan tatapan sendu.
“Gue selalu maafin lo,” balas Doyeon tulus tapi singkat.
“Gue tau salah gue banyak Doyeon. Sekali lagi maaf. Mulai saat ini sampai seterusnya lo boleh berteman sama kita bertiga sama siapapun dan tidak akan lagi yang menertawakanmu atau meremehkanmu. Gue merasa ini semua karma karena sudah berlaku jahat kepadamu.” Irene meneteskan air matanya secara tidak sadar. Otomatis Doyeon langsung memeluk Irene secara perlahan.
“Gue dari dulu selalu anggap lo teman. Gue gak pernah ada niatan untuk balas dendam. Percayalah gue memaafkan lo,” ucap Doyeon sungguh-sungguh sambil menitikkan air mata juga.
Lucas yang ingin memasuki kamar terhenti seketika karena melihat Doyeon dan Irene berpelukan. Luca tersenyum akhirnya mereka berdua akrab dan saling memaafkan. Lucas mengurung niatnya untuk masuk dan memilih menunggu di luar. 20 menit kemudian Doyeon keluar dengan meninggalkan bekas air mata dan menyuruh Lucas untuk segera pulang. Lucas menuruti dan mengantar Doyeon pulang. Diperjalanan Doyeon hanya diam hanyut pada pikirannya. Sampai tidak sadar bahwa sudah sampai di rumahnya. Lucas segera menyadarkan Doyeon dan Doyeon turun dari sepeda motor dan mengucapkan terimakasih. Lucas mengangguk lalu mengacak-acak rambut Doyeon. Doyeon tersenyum geli melihat perlakuan Lucas dan melambai tangannya untuk berpamitan. Dari sini Doyeon mengerti buat apa balas dendam kalau ujung-ujungnya juga pasti bisa saling memaafkan.

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang