~ Sayyidah Iklil Zakiyah ~
Di sebuah perkampungan yang kecil terdapat beberapa keluarga. Mereka berbeda orang tua tetapi masih mengalir darah yang sama.
Keluarga pertama memiliki dua putra dan sama-sama merantau, kepala keluarga sudah tidak ada dan menggantikan seorang ibu yang hidup sendirian tanpa kedua anaknya, namun ada seorang anak yang merawatnya dan sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Keluarga ini hidup damai sampai generasi ketiga. Ibu dari kedua anak itu sudah tiada sejak keturunan generasi ketiga baru saja berumur satu tahun. Semua itu tidak ada permasalahannya. Tidak ada permasalahan warisan dan lainnya.
Namun kedua anaknya ini tetap bersih kukuh untuk meminta ibunya membuatkan surat pengalihan kuasa untuk berjaga-jaga. Namun hasilnya tetap saja ibunya tidak mau, karena sejujurnya tidak ada warisan. Karena tanah milik ibu tersebut dalam kategori hibah (tanah yang diberikan).
Saat kedua anaknya ini pergi merantau, sebenarnya kehidupan ibu ini sungguh malang. Tanah yang menjadi rumah dan asetnya itupun bagaikan nihil baginya. Tanah itu diambil alih oleh saudaranya sendiri.
Ibu ini memiliki dua saudara kandung mereka seorang pria dan wanita. Kerjaan yang pria hanya menghabiskan harta dunia dengan hal yang tidak berguna saja. Dan saudaranya yang wanita ini tidak mendapatkan apa yang ia miliki, dan memiliki siasat untuk mengambil bagian milik kakaknya ini.
Semuanya berjalan sesuai apa yang ia mau sampai salah satu anaknya kembali dari merantau.
Mereka hidup sungguh malang. Namun, sang ibu tidak tega, karena yang melakukannya adalah saudaranya sendiri.
Mereka hanya hidup berdua dan sampai sang anak bungsunya ini menikah dan memiliki keluarga. Seandainya Ahmad masih memiliki adik perempuannya, mungkin ibunya sebelumnya masih memiliki teman dirumah.
Ahmad memiliki adik dari ayah barunya tetapi ia sudah meninggal saat masih berusia yang belia. Dan Ahmad serta kakaknya Rasyid sudah menjadi yatim saat masih kecil juga.
Saat itu pasti maraknya penyakit yang obatnya masih minim di daerahnya. Rumah mereka itu bukan pelosok tetapi hanya kampungnya yang masih dalam ekonomi yang rendah.
Keluarga yang baru ini dididik dengan tegas dan sesuai agama, mereka besar menjadi anak yang memiliki berakhlak dan berakal.
Mereka juga bekerja sebagai petani dan tentu saja anak-anaknya membantu.
Keluarga ahmad ini harus berlaku adil juga terhadap sesama saudara, ahmad memiliki lima orang anak dan anak terakhirnya berjenis kelamin laki-laki. Sebenarnya juga anaknya yang terakhir ini keracunan air ketuban tapi karena kuasa Allah dan atas izinnya saja, anak laki-laki satu-satunya dia keluarga Ahmad bisa ahidup.
Sifat-sifat anak keluarga Ahmad juga beragam seperti sifat orangtuanya tentunya.
Pernah anak ketiga keluarga Ahmad saat di sawah mengejar seseorang yang katanya mirip dengan ibunya, namun ketika dikejar, justru orang itu semakin menjauh dan Yani tidak tahu bahwa itu bukan ibunya. Dan sebenarnya ibunya ada di tempat biasanya para petani istirahat.
Sang ibu dan temannya yang melihat anak ketiganya itu berlarian mengikuti seseorang yang tak nampak sebenarnya sudah berteriak kepada anaknya, tetapi Yani tak acuh.
Namun karena kuasa Tuhan lagi. Ketika Yani memasuki gerbang dimensi lain ia merasakan perbedaan waktu, di alam aslinya langit masih biru indah sedangkan di alam lain, langit sudah jingga. Mengetahui hal itu, Yani segera berlari dan kembali ke ibunya yang sedari tadi sedang memanggilnya.
Pernah juga saat adik dari neneknya itu hendak bunuh diri di belakang rumah Ahmad. Anak ketiga dan keempat ahmad – Yani dan Yanti - mereka berdua membantu dan mencegah agar adik dari sang nenek tidak meninggal.
Tetapi apa yang mereka dapatkan selanjutnya hanyalah penderitaan dari seorang wanita yang telah ia tolong saat itu. Seandainya mereka membiarkannya mati bunuh diri saat itu, mungkin kehidupannya tidak akan serumit dan menyiksa seperti ini sekarang.
Saat tahun itu mungkin perekonomian di daerah rumah Ahmad masih dalam kondisi terpuruk, sampai anak laki-laki Ahmad yang bernama Ismail, ia harus menjadi ojek payung demi mendapatkan sedikit uang.
Anak-anak Ahmad yang perempuan sangat menyukai melihat acara pernikahan. Mereka antusias untuk melihat, akan tetapi mereka selalu diusir dan untungnya mereka juga diberikan sebuah kotak berisi jajanan. Mungkin saat itu mereka tidak sakit hati, karena ada obatnya.
Anak-anak Ahmad tidak pernah masuk ke sekolah negeri maupun swasta yang besar, mereka hanya masuk ke sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Namun takdir berkata lain untuk anak keempat dan kelima Ahmad. Mereka bisa sekolah di SMK namun bukan negeri.
Ismail, anak kelima dari keluarga Ahmad tidak suka dengan sekolahnya. Ia ingin masuk STM tetapi justru masuk ke sekolah sekertaris. Sekali lagi, karena ekonomi mereka yang tidak mendukung membuat seseorang menderita dengan apa yang tidak ia inginkan. Ia memiliki potensi lebih apabila ia sekolah di STM dekat rumahnya.
Tetapi mereka bersekolah yang jauh dari rumahnya, sangat jauh sehingga harus naik bemo dan berjalan kaki, karena tempatnya yang berada diantara pemukiman penduduk.
Namun ekonomi mereka semakin melejit ketika Ismail sudah dewasa. Ia bekerja sebagai photographer ketika hanya ada tugas dari bosnya, dan bayarannya lumayan tinggi. Ia membeli semua barang yang ia inginkan.
Ismail benar-benar bisa menaikkan kehidupan keluarganya. Ia bahkan ingin meningkat dan memperbaiki rumahnya, namun ditolak keras oleh Ahmad. Ia juga ingin memberangkatkan kedua orang tuanya umroh, tetapi Ahmad meminta untuk haji. Sedangkan Ismail belum mampu untuk itu.
Ujian menerpa kehidupan mereka.
Saat itu mereka berjualan minuman dan jajanan untuk anak-anak, dan saat itu Ahmad sudah memberikan amanah.
“Jangan meninggalkan dagangan tanpa pantauan.”
Akan tetapi karena kelalaian Siti yang lebih memilih membersihkan pelatan makan di belakang rumah. Dan saat itu juga, rumah mereka kemasukan maling. Awalnya tidak ada yang menyadari sampai Ismail mencari kamera dan lensa milik temannya itu sudah tidak ada ditempat. Ipod, sample ponsel blackberry, ponsel blackberrynya sudah tidak ada di tempat.
Karena saat itu kamar Ismail yang berada di ruang depan.
Ismail sudah mengikhlaskan semuanya ketika tahu siapa pelakunya, tetapi Ahmad justru sering mengungkitnya. Ahmad sering marah dan mengomel apapun yang tidak sesuai dengan hatinya.
Semuanya berjalan tidak sesuai sampai Ismail diusir dari rumahnya karena suatu kesalahan saja. Ismail juga senang hati keluar dari rumahnya karena saat itu ia juga sakit hati.
Ismail juga memiliki motor ninja Kawasaki yang berukuran sedang dengan uang yang ia peroleh ditambahi patungan dengan pacarnya, namun ketika putus motor itu diambil alih oleh pacarnya. Ia tidak enak untuk meminta bagian dari motornya itu, karena uang itu ada gabungan dari uang om pacarnya. Karena dinilai baik omnya itu, ia tidak enak.
Ekonomi mereka turun sejak itu, laptop miliknya itu digadaikan ketemannya sendiri, dan beruntungnya temannya itu mengenal Ismail dengan baik. Ia menunggu sampai Ismail dapat mengembalikan uangnya, tidak peduli butuh jangka waktu berapa tahun.
Ipad miliknyapun harus ia jual demi membayar lensa kamera yang ia hilangkan.
Semuanya berjalan lancar kembali tanpa kehadiran Ismail. Keluarga Ahmad masih mengalami perdebatan yang seperti biasanya. Sampai Ahmad dan Siti ber cerai, namun mereka berdua tidak mengurus surat perceraian.
Siti keluar dari rumah dan tinggal ke rumah saudaranya (yang hendak bunuh diri sebelumnya), disana ada tempat kos miliknya yang beruntungnya kosong. Ia pindah ke sana, karena sebelumnya Siti sering pergi meninggalkan rumah ketika ada masalah dengan Ahmad.
Ratih, saudara ibu Ahmad yang hendak bunuh diri itu mempersilahkan Siti tinggal di daerah rumahnya itu tanpa membayar apapun, karena ia tahu sebenarnya rumahnya ini tanahnya bukan miliknya.
Rahma beserta anaknya juga ikut ke tempat Siti berada sekarang, di rumah Ahmad tinggal Yanti seorang diri. Karena putri sulung dan putri ketiga keluarga Ahmad sudah menikah dan tinggal dengan suaminya. Rahma sudah bercerai ketika putrinya masih berumur 1 tahun.
Ahmad sering menemui Siti dan lagi-lagi membahas hal yang tidak penting dan menimbulkan masalah antara keluarga Ahmad dan Ratih.
Ratih yang merasa kehidupannya terganggu dan mulai membuat keluarga Siti tersiksa dengan apapun itu.
Karena masalah berkepanjangan itu membuat antara keluarga Ahmad dan Ratih sampai membawanya kepengadian agama. Ratih memprovokasi anak-anaknya bahwa tanah yang menjadi tempat tinggalnya adalah haknya. Padahal tanah itu adalah tanah hibah yang diberikan kepada keluarga Ahmad dan Rasyid.
Masalah itu sangat Panjang dan mungkin menghabiskan setengah tahun lebih demi keluarga Ahmad mendapatkan kehidupan yang menjadi haknya. Mereka sudah hidup dengan permasalahan yang sangat beragam akibat terpecah belahnya keluarga mereka. Ditambah keluarga Ratih yang mengambil hak yang bukan miliknya.
Dimata masyarakat keluarga Ratih dinilai baik, tetapi sebagian juga menilai dengan apa adanya.
Keluarga Ahmad juga mendapatkan beberapa kali kiriman dari teman dan kerabat Ratih. Mereka juga berjuang fisik dan batin baik gaib dan nyata juga. Keluarga Ahmad hanya yakin bahwa Allah akan membantunya dalam kehidupan keluarganya.
Besar kecil kiriman dengan ketulusan batin anak dan cucu Ahmad yang telah dibesarkan dengan peraturan agama menjadi penangkal semua itu.
Ketika waktu pembalasan yang berikan Allah kepada mereka yang dzolim, satu persatu keluarga dan kerabat Ahmad yang mendzolimi keluarga kecil Ahmad itu mendapat apa yang seharusnya mereka dapatkan.
Pembalasan yang setimpal dan cukup untuk mereka agar tak lagi melakukannya. Ada yang kembali kepada tuhan dan ada saja yang mendapatkan yang lainnya.
Keluarga ahmad akhirnya bisa bebas selama jangka waktu yang lumayan lama. Mungkin disana banyak yang pernah mengalami hal serupa dengan Ahmad tetapi lagi-lagi karena ketulusan dan yakin Allah akan membantu hamba-hamba yang kesusahan dan mereka yang tawakal kepada Allah, maka Allah akan membantunya.
-Selesai -
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RastgeleEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...