🌻 Karya : Hesti Puspita 🌻
Di sebuah kerajaan
"Ayah, apakah aku harus menerima perjodohan ini?Ku mohon batalkan perjodohan ini ayah" pinta sang tuan Putri.
"Tidak anakku, ayah sudah memikirkan ini matang-matang. Berhentilah memohon seperti itu!" Tegas sang ayah.
"Ta—"
"Mohon izin baginda raja," sela seorang prajurit.
"Anakku bisakah kau keluar sebentar," pinta sang Raja.
"Baik ayah," jawabnya.
Lalu putri itu pun keluar dari ruangan itu.
"Ada apa kau kesini?" Tanya sang Raja.
"Ada pesan dari raja Sarta baginda, ia mengirimkan pesan ini," ucap prajurit sambil menyodorkan secarik kertas yang sedari tadi di pegangnya.
"Baiklah, kau boleh pergi," ucap sang Raja.
"Baik," jawanya lalu pergi meninggalkan sang Raja.
Lalu Raja Tapak Dewa pun mulai membaca isi pesan tersebut.
"Sepertinya aku harus segera menjodohkan putriku," gumam nya.
Sementara itu, putri Ayodhya sedang memikirkan bagaimana menolak perjodohan itu. Ia tidak mau menikah dengan orang yang tidak di cintanya.
"Bagaimana cara menolak perjodohan ini, apakah aku harus kabur? Tidak aku tidak boleh kabur, ayah pasti akan sangat malu jika mengetahuinya, " ucapnya." Aku akan berkuda ke hutan saja sambil memikirkan cara menolak perjodohan itu," sambungnya.
Lalu ia pun bergegas mengambil kudanya dan melaju ke arah hutan timur
Sementara putri Ayodhya menikmati acara berkudanya. Kini seorang pemuda tampan sedang menahan sakit pada lengannya. Ia diserang oleh sekelompok penjahat dari hutan Barat. Ia berharap ada seseorang yang akan membantunya.
"Tolong," ucap lirih pemuda itu.
"Apakah ada orang? Ku mohon tolong aku," sambungnya.
Putri Ayodhya yang tengah asik melajukan kudanya itu, seketika mendengar suara orang meminta tolong. Ia pun bergegas mencari asal suara tersebut.
Alangkah terkejutnya ia melihat seorang pemuda yang tengah kesakitan.
"Hei, kau kenapa?" Tanyanya.
"Aku terkena tombak," balasnya.
"Lukamu cukup parah, aku akan mengobatinya. Tunggulah sebentar, aku akan mencarikan obat untukmu," ucap Putri Ayodhya. Lalu ia pergi meninggalkan pemuda itu untuk mencari obat-obatan.
Beberapa saat kemudian Putri Ayodhya datang membawa beberapa jenis tumbuhan dan setelah itu menumbuknya menjadi satu.
"Kemarikan lengan mu, " ucapnya pada si pemuda. Lalu putri Ayodhya mengobati luka nya.
"Obat ini akan menghilangkan rasa sakit pada lenganmu itu," ucapnya lagi. Pemuda itu pun mengangguk.
"Terimakasih, kau telah menolongku. Bolehkah aku tau siapa namamu?" Tanya si pemuda sambil menjulurkan tangannya.
"Namaku Ayodhya Sinewang, lalu siapa namamu?" Tanya putri Ayodhya.
"Namaku Andang Tama. Sepertinya aku pernah mendengar namamu itu," ucap Andang.
"Mungkin, aku putri dari Raja Tapak Agung. Apakah kau seorang pangeran?" Tanya Ayodhya.
"Kau benar tuan putri. Aku putra dari Raja Mahatma," ucap Andang.
"Baiklah, senang berkenalan denganmu. Ku rasa hari sudah semakin gelap, aku harus segera kembali. Semoga kita bertemu lagi," ucap Ayodhya sambil tersenyum manis, lalu ia pu menaiki kuda nya dan pergi menuju istana.
"Ya, ku harap kita akan bertemu lagi putri yang manis," ucap Andang.
Lalu Andang pun mencari kudanya dan segera pulang.
Di Istana Sinewang
"Prajurit! Tolong panggil anakku kemari!" Perintah sang Raja.
"Baik baginda," jawab prajurit itu.
Tok tok tok
Terdengar bunyi pintu di ketuk. Putri Ayodhya yang melakukan aktivitas merias diri pun berhenti dan melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya itu.
"Mohon izin tuan putri, anda di panggil baginda untuk menuju ke ruangannya," ucap prajurit itu.
"Baiklah terimakasih," jawab Ayodhya. Ia pun segera menuju ke ruangan ayahnya tersebut.
"Permisi ayah, kenapa ayah memanggilku?" Tanyanya.
"Begini anakku, besok kau akan aku pertemuan dengan seorang pangeran. Ayah menjodohkan mu dengannya. Ku harap kau menerima itu," jelas sang Raja.
"Tetapi apakah secepat itu ayah? Aku rasa, aku belum siap," jawab Ayodhya.
"Jangan kecewa kan ayahmu ini anakku! Ini yang terbaik untukmu," tegas sang Raja.
Putri Ayodhya sangat sedih, ia tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar. Alhasil ia pun terisak di depan ayahnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia pun pergi meninggalkan ayahnya dan lari menuju danau yang biasa di datanginya.
"Apakah takdirku begini? Ini tidak adil!!" Teriaknya.
"Aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai! Tapi kenapa! Kenapa harus ada perjodohan! Aku tidak menyukainya hiks hiks hiks," ucap sang Putri sembari menangis. Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya. Alhasil ia pun menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
"Kau?!" Ucap Ayodhya.
"Iya ini aku putri, kenapa kau menangis? Kau terlihat cantik walau menangis. Apalagi jika kau menghapus air matamu itu lalu di ganti dengan senyumanmu yang manis itu," ucapnya sambil menghapus air mata Ayodhya.
"K-kau, sedang apa kau di sini?" Tanya Ayodhya.
"Menyegarkan diri," jawabnya.
"Oh, bukankah letak rumahmu dari sini itu jauh?" Tanya Ayodhya lagi.
"Aku tidak berjala kaki putri, aku menaiki kuda ku yang kencang itu," jawab Andang sembari tertawa. Alhasil putri Ayodhya pun ikut tertawa mendengarnya.
"Kau kenapa menangis malam-malam begini?" Tanya Andang.
"A-aku tidak mau di jodohkan," jawabnya.
"Mengapa?" Tanya Andang.
"Aku ingin menikah dengan orang yang aku cintai," jawabnya.
"Apakah kau sedang mencintai seseorang?"
"Belum,"
"Hmm aku mengerti. Kau tau? Aku pun sekarang sedang di jodohkan," ucap Andang.
"Kita sama? Dengan siapa kau di jodohkan? Tanya Ayodhya
"Aku pun tidak tau. Tapi ku harap kau orangnya," jawab Andang sembari tertawa.
Putri Ayodhya pun seketika tersipu malu mendengar jawaban Andang.
"Kau ini!" Kesal Putri Ayodhya.
"Hei kenapa? Aku hanya bercanda, mengapa mukamu seperti itu? Apakah kau malu?" Gurau Andang.
"Diam Andang! Atau akan ku ceburkan kau ke danau itu!" Kesal Ayodhya.
Andang yang melihat ekspresi Ayodhya pin terkekeh.
"Baiklah kau boleh menceburkan aku, asal kau bisa menangkapku," ucap Andang. Lalu ia pun berlari menjauhi Ayodhya.
"Hei kau! Jangan curang! Kau mendahuluiku!" Teriak Ayodhya sembari mengejar Andang.
Alhasil mereka pun saling mengejar hingga larut malam dan melupakan kesedihan masing-masing.
>>>>
Matahari sudah menunjukkan wujudnya. Kini tuan putri Ayodhya sedang berada di taman miliknya.
"Hmm, hari ini aku akan di pertemukan dengan pemuda yang dijodohkan denganku," ucapnya pada diri sendiri. Lalu ia pun tiba-tiba teringat dengan Andang Tama, ia tersenyum membayangkan bahwa malam tadi mereka seperti anak kecil. Mereka berlarian hingga larut malam.
"Kenapa aku memikirkannya? Ayuhlah Ayodhya kau kenapa!"
"Apakah aku menyukainya? Ia begitu manis dan dapat membuatku terus tersenyum. Tapi percuma saja, aku akan di nikahkan dengan orang lain. Aku harap orang itu adalah kau Andang," gumamnya.
Lalu tiba-tiba ada seorang pelayan yang menghapirinya.
"Permisi tuan putri, anda di panggil oleh baginda menuju ruang pertemuan," ucapnya.
"Baiklah," jawab putri Ayodhya. "Aku harap ini akan menjadi yang terbaik," sambungnya.
Lalu Ayodhya pun bergegas menuju ruang pertemuan. Ia yakin bahwa di sana sudah ana pemuda yang akan menikahinya.
Dan sekarang tibalah ia di depan pintu ruang pertemuan. Ia berusaha tetap tenang untuk menghadapinya, lalu ia membuka pintu tersebut. Tetapi tiba-tiba pandangannya terfokus pada seorang pemuda yang tengah duduk di dekat ayahnya.
"A-ayah," ucapnya.
"Oh anakku, kemarilah," jawab ayah Ayodhya.
"Perkenalkan ini puteri ku. Ayodhya Sinewang," ucap ayahnya memperkenalkan dirinya.
Lalu pemuda itu pun menoleh. Pandangan mereka bertemu, Ayodhya benar-benar tidak menyangka. Tetapi kenapa pemuda itu tidak memberi tahu sebelumnya!.
"Andang?" Tanya Ayodhya sedikit ragu.
"Iya ini aku," jawabnya seakan mengerti apa yang ada di pikiran Ayodhya.
"Kalian saling mengenal?" Tanya ayah Ayodhya.
"Iya!" Jawab mereka berdua serempak.
"Apakah ini takdir? Ku pikir mereka tidak saling mengenal, " ucap Raja Mahatma ayah dari Andang.
"Baiklah, ini akan mempermudah kita untuk mempercepat acara pernikahan ini," ucap Raja Tapak Agung.
"Apakah kalian tidak keberatan?" Sambungnya lagi.
Lalu Ayodhya dan Andang pun mengangguk bersamaan.
"Hm, aku dan Raja Mahatma tadi sudah membicarakan ini Ayodhya. Pernikahan kalian akan di adakan pada bulan purnama," jelas Raja Tapak Agung.
"Baiklah ayah," jawab putri Ayodhya.
"Bolehkah aku mengajak Ayodhya pergi sebentar? " Ucap Andang.
"Tentu," jawab ayah Ayodhya.
Lalu Ayodhya dan Andang pun pergi meninggalkan ruangan itu.
"Kau! Kenapa kau tidak memberi tahuku?" Kesal Ayodhya pada Andang.
"Aku pun tidak tahu. Tapi syukurlah kalau putri itu adalah dirimu," jawab Andang.
"Mengapa?" Tanya Ayodhya.
"Karena waktu kau mengobati lenganku. Aku sudah tertarik denganmu, apakah kau percaya jatuh cinta pada pandangan pertama? Ya itu yang aku alami waktu itu," jelas Andang.
Ayodhya yang mendengar itu pun tersenyum. Ia sungguh bahagia ternyata cintanya terbalaskan.
"Aku mencintaimu," ucap Ayodhya.
"Aku lebih mencintaimu," jawab Andang.
Lalu mereka pun berpelukan, menyalurkan perasaan masing-masing. Sungguh Tuhan begitu adil terhadap hambanya. Seperti cinta Ayodhya dan Andang. Ia percaya cintanya ini akan abadi selamanya.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...