Kenapa, Rina?

29 21 0
                                    


🌱 Karya: Lychee 🌱

Hari ini, aku dan kedua sahabat ku akan melaksanakan kemah khusus untuk dewan penggalang. Ya, sebagai pemantapan untuk pembelajaran Pramuka. Aku sangat senang sekali. Sungguh, ini merupakan acara yang kutunggu tunggu.

Tetapi, aku agak sedikit takut dengan gosip yang beredar bahwa hutan yang akan kita tempati untuk kemah terkenal dengan angkernya. Ah, tapi sudahlah, aku tidak boleh berpikir negatif seperti itu. Yang penting, aku bisa pergi kemah!

Bus yang akan membawa kita ke tempat kemah rupanya sudah datang. Sepanjang perjalanan, aku, Rina, dan Kinan asyik bercerita.

Perjalanan memakan waktu setengah jam. Setelah sampai ditempat kemah, aku, Kinan, dan Rani mendirikan tenda. Sekedar info, setiap tenda berisikan tiga orang dan kebetulan tempat tenda kami sedikit jauh dari tenda-tenda lainnya.

Namun, ngomong-ngomong, ada yang beda dengan Rani. Dari kita sampai ke sini, dia tidak kunjung membuka percakapan. Tatapannya kosong.

“Rin?” panggilku. “Lu kenapa? Sakit?”

Tiba-tiba, Rani malah berteriak, “AAAAAAA!!” teriaknya sambil menutup kedua kupingnya.

Aku dan Kinan tampak terkejut, “Rani?! Lo kenapa?!” Aku memegang pundak Rani. Tetapi, Rani malah meronta-ronta. Kemudian, Rani menangis tanpa alasan sambil memejamkan matanya. Tak lupa telinganya yang ia tutup dengan tangannya.

“AAA!” teriakan dan tangisan Rani menjadi-jadi. Seluruh anggota dewan penggalang melihat aksi aneh Rani itu. Karna panik, aku dan Kinan mencari pembina untuk mengatasi Rani.

Tidak berapa lama kemudian, Rani dapat diatasi oleh pembina, namun, ia masih terus menerus menangis sambil memejamkan matanya. Ia juga tidak mau kembali ke tenda. Jadinya, sekarang yang didalam tenda hanya aku dan Kinan. Rani berada di ruang tempat pembina.

Ini aneh, ada apa dengan Rani? Kenapa dia bersikap seperti itu?

Aku dan Kinan hanya bisa pasrah. Aku hanya berharap Rani bisa kembali pulih esok harinya.

                                    •••

Keesokan harinya, ada kegiatan seputar tentang tugas dewan penggalang. Aku dan Kinan sudah bersiap-siap untuk mengikuti tugas. Tetapi, kita mesti mengecek keadaan Rani di ruang pembina.

Sesampainya di ruang pembina, aku melihat Rani yang masih terus menangis walaupun tangisannya hanya kecil. Kantung matanya benar-benar sudah besar dan hitam. Wajahnya juga pucat.

“Rani?” panggilku sambil mendekati Rani.

Namun, siapa sangka, saat aku mendekati Rani, tangisnya kembali pecah dan ia teriak-teriak kembali. Aku dan Kinan tampak bingung. Kenapa Rani kembali teriak saat aku di dekatnya?

Salah satu pembina yang melihat itu langsung menyuruh aku dan Kinan untuk keluar dari ruangan. Huft, aku berharap semoga Rani kembali seperti semula. Aku tidak ingin sahabat ku ini kenapa-kenapa.

•••


Tidak terasa, hari sudah siang. Sebentar lagi acara kemah dewan penggalang selesai. Dan yang lebih parahnya, Rina masih tetap menangis saja.

Pokoknya, saat dia berhenti menangis, aku akan bertanya penyebab dia seperti itu.

Bus yang kita tumpangi perlahan-lahan berjalan menjauhi hutan, dan anehnya, setelah keluar dari hutan, tangisan Rina berhenti. Ok, ini kesempatan ku untuk menanyakan dia.

“Ran?” panggilku untuk memastikan dia sudah sadar atau tidak.

“Apa Nara?” tanya Rina. Syukurlah, dia sudah sadar.

“Aku mau nanya boleh gak seputar kemah tadi?” Rupanya, Rina mengangguk. “Sebenarnya kamu kenapa sih Na? Kenapa kamu nangis setiap saat?"

Rina terdiam. Kemudian, ia berucap, “Kalo aku kasih tau, kalian jangan takut ya?” Aku dan Kinan mengangguk.

Rina mendengus napasnya. “Sebenarnya, di tenda kita, ada sosok perempuan tanpa mata dan hidung, tetapi memiliki mulut. Ia selalu mengikuti kalian berdua dimanapun kapanpun. Dan aku.... takut....”

“Takut apa Rani?” tanyaku.

“A-aku ta-taut karena dia masih mengikuti kal- AAAAA....”

Rani pun pingsan. []
                
          

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang