Gynophobia

28 15 0
                                    

🍯 Karya : Rifa Marliani🍯

Sandi, seorang remaja laki-laki yang sekarang duduk di bangku kelas 11 atau kelas 2 SMA, ia adalah murid teladan yang sering mendapatkan nilai memuaskan. Tapi sayang, ia tidak bisa jika harus berhadapan dengan wanita, ia sering tidak percaya diri bahkan tremor alias bergetar saat sedang bersama wanita, kecuali mamanya, ia akan biasa saja jika sedang dengan mamanya, Sinta. Hanya Sinta yang mengetahui penyebab Sandi takut terhadap wanita.

🐨🐨🐨

Rabu, 31 Juli, 05.10 am.

Sandi baru selesai melaksanakan ibadahnya. Setelah selesai beribadah ia berdiri lalu melipat sajadah dan menyimpannya di keranjang di sisi kanan tempat tidurnya. Setelah itu ia bergegas untuk mandi dan bersiap pergi ke sekolah. 15 menit berlalu, Sandi sudah siap dengan seragam sekolahnya yang seperti biasa, selalu rapi. Sandi keluar kamar lalu berjalan menuruni tangga sambil memasang kacamata bulatnya, sesampainya di anak tangga terbawah, Sandi berbelok menuju ruang makan. Di meja makan sudah ada nasi goreng, susu coklat, dan air putih untuk Sandi dan Santi.

"Pagi, bu," sapa Sandi kepada ibunya yang sedang menuangkan air putih ke dalam gelas miliknya.

"Pagi, nak," jawab Santi sambil tersenyum manis kepada anak semata wayangnya.

Sandi lalu duduk di hadapan ibunya dan mulai menyuapkan nasi goreng buatan ibunya. Keduanya sarapan pagi dengan santai diiringi obrolan.

"Hari ini kamu ada ulangan harian lagi ya?" tanya Santi di sela-sela makannya.

"Iya bu, ulangan bahasa Indonesia," jawab Sandi.

"Kemarin lusa  juga ulangan matematika kan? Udah tau nilainya?" tanya Santi lagi.

"Udah."

"Berapa, nak?"

"80."

"Alhamdulillah, pertahankan kalau bisa tingkatkan lagi ya."

"Iya bu."

"Sekarang kamu ke sekolah naik apa?" tanya Santi.

"Angkot lagi," jawab Sandi lalu meneguk air putih setelah itu menghabiskan susu coklatnya.

"Motor kamu masih di bengkel? Selesainya kapan?"

"Masih bu, Sandi belum tanya lagi beresnya kapan," jawab Sandi lalu berdiri dan diikuti oleh Santi.

"Sandi pergi dulu Bu, assalamualaikum," pamit Sandi dengan mencium tangan ibunya.

"Waalaikumsalam hati-hati nak,"

"Iya bu," jawab Sandi sambil berjalan keluar rumah.

🐨🐨🐨

Di dalam angkot ini Sandi sendirian ditemani supir di depan, baguslah, Sandi tidak nyaman kalau berada di dalam angkot yang penuh dengan penumpang.

"Dek, tujuannya kemana?" tanya pak supir di depan.

"Ke SMA Graha Raya pak," yap. Itu adalah nama sekolah Sandi.

"Oh aduh maaf dek, istri saya mau lahiran, kalau adek turun disini gapapa? Udah deket kan ke sekolahnya?"

"Yaudah gapapa pak," jawab Sandi lalu turun dari angkot tanpa membayar, tidak usah kata bapak supirnya.

Jarak ke sekolahnya tinggal kurang lebih 400 meter lagi, Sandi memutuskan untuk berjalan kaki saja. Pagi ini jalanan sedang ramai bahkan macet, banyak pengendara sepeda motor yang melewati trotoar yang seharusnya dipakai untuk pejalan kaki, itu menyulitkan Sandi untuk berjalan dengan tenang karena harus menghindar dari sepeda motor. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara nyaring dari salah satu pengendara motor.

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang