Rumah Misterius

34 23 0
                                    


🌱 Karya: Maria Rosa 🌱


Satu kata yang bisa kutujukan untuk rumah itu. Mencekam.

Tak perlu lagi dijelaskan, bagaimana mengerikannya rumah itu. Kerap kali terdengar suara jeritan dari dalam sana, entah apa yang terjadi.

Aku bahkan tak tahu, apa yang ada di dalamnya?

Aku tak berani untuk sekedar melintas di depannya. Apalagi untuk mengintip apa yang ada di dalam sana.

Rasanya, ada sesuatu yang menghalangiku untuk mengetahui isi rumah itu.

Namun, akhir-akhir ini, rasa penasaranku semakin kuat. Ia bahkan mulai menekan rasa takutku.

Ah, aku benar-benar ingin melihatnya, walau hanya sebentar.

Sudah kuputuskan, untuk memasuki rumah itu dengan mengendap-endap.

*****

Kriettt...

Derit pintunya membuatku terkejut. Mataku memandang ke sekeliling dengan awas, barangkali ada sesuatu yang tidak wajar.

Namun nihil, aku tak menemukan apapun. Mendadak, aku merasa kecewa.

Ah, rupanya hanya rumah kosong biasa.

Tapi, kenapa rumah ini memancarkan aura yang tak biasa?

Sebenarnya ... apa yang salah?
*****

Ah, rumah ini selalu membuatku penasaran. Mungkin, hanya ini kesempatanku untuk menjelajahinya. Aku tak boleh membuang waktuku yang sedikit ini.

Ternyata ... rumah ini besar sekali. Harus darimana aku memulai, ya?

Aku melihat sekelilingku dengan saksama. Ah, akhirnya aku menyadari sesuatu yang ganjil.

Dinding rumah ini, dipenuhi dengan cipratan darah.

Aku menyentuhnya. Ternyata, cairan merah itu menempel di tanganku. Keningku berkerut dalam.

Rasanya, selama aku mengamati rumah ini, aku tak pernah melihat ada orang yang masuk atau keluar.

Lantas, darah siapa ini?

Apakah selama ini ... ada yang tinggal dalam rumah ini?

Ah ... mustahil. Kalau ada yang tinggal, aku pasti melihatnya keluar setidaknya sesekali.

Tidak mungkin dia betah terus berada di rumah yang menyeramkan ini, kan?

Atau sebenarnya, aku yang selama ini salah mengira?
*****

Aku melanjutkan perjalananku. Tanpa sengaja, aku melihat pintu di bagian bawah. Seakan, sengaja dibuat dengan tersembunyi.

Ah, kenapa ada pintu di bawah sana? Lagipula, kenapa aku baru menyadarinya?

Aku melangkah menuruni tangga dengan perlahan. Rasa takut mulai hinggap di benakku, namun sekali lagi, rasa penasaranku mengalahkannya.

Suara derit kayu yang bergesekan dengan kakiku membuatku waspada. Sepertinya, kayu ini sangat lapuk.

Ah, ternyata pintu ini lebih besar dari dugaanku. Namun, ukiran yang dipahat di pintu ini begitu indah. Ukirannya seakan menghipnotis diriku untuk terus menatap ke arahnya.

Tapi, ada yang janggal.

Kenapa ... pintu ini sama sekali tak berdebu? 

Padahal, setiap sudut rumah ini penuh dengan debu.

Aku semakin penasaran. Akhirnya, pintu itu kudorong dengan perlahan.

Ah, berat sekali. Tapi, apa yang ada di dalamnya, ya?

Ternyata, pemandangan yang ada di dalamnya berhasil membuatku terkejut.

Di dalam sana, ada sebuah tempat yang seperti meja persembahan. Di kanan dan kirinya, terdapat banyak sekali tengkorak manusia.

Ruangan apa ini?

Aku melangkah lebih jauh, dan melihat kenyataan yang lebih mengerikan lagi.

Di dalam ruangan itu, terdapat banyak sekali wanita yang digantung terbalik. Bahkan, di setiap sisi tubuhnya diberi sayatan. Seolah ingin menghabiskan darah mereka sedikit demi sedikit. Tak hanya itu, mereka tak mengenakan pakaian satu lembar pun.

Bukan hanya itu saja, tetapi banyak sekali organ yang berceceran di lantai. Aku bisa melihat usus yang telah terpotong, hati, paru-paru dan lainnya.

Sungguh, manusia mana yang tega melakukan ini?

Namun, rasa penasaranku belum usai sampai di sini.

Aku melangkah ke sudut ruangan, kemudian aku melihat sesuatu di dalam sebuah toples kecil. Dengan rasa penasaran, kuraih toples itu.

Aku melihat sesuatu yang berkedip di dalamnya.

Tak salah lagi, itu ... adalah bola mata.

Sebenarnya, rahasia macam apa yang disembunyikan di dalam rumah ini?

Tak masuk akal.

Aku merasakan sesuatu di kantung celanaku. Keningku mengernyit heran. Rasanya, aku tak membawa apapun dari rumah. Aku segera merabanya, takut akan sesuatu yang tak beres.

Namun, yang kutemukan hanyalah sebuah kertas berisi sebaris tulisan yang membuatku langsung merinding.

Aku menemukanmu, Diore. []

Yogyakarta, 18 September 2019

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang