Promise

17 13 0
                                    

🍯 Karya : Fitya Anahdi Sabilla 🍯

Pagi hari yang cerah, menyapa semua bunga-bunga yang kian merekah.Matahari yang kian bersinar tak kalah juga dengan seseorang di seberang sana yang sedang berbinar.Fyna Yose Sahwany.Seorang gadis lugu, pemalu, tetapi cantik.Fyna masih setia menyesap chocolate panas di cangkirnya, memandang sekitar dengan antusias namun hati-hati.
"Omg!" Fyna terkejut.Dia langsung memalingkan wajahnya ketika sang pujaan menghadap kearahnya.Dia sedang memata-matai doi, namanya Bayu Saputra.Bayu, lelaki berparas tampan dengan hidung mancung, mata yang bila ditatap akan menyalurkan kehangatan, tak lupa dengan rambut panjangnya seakan minta untuk ditarik seperti pacuan kuda.
Fyna merapihkan bukunya yang berserakan memenuhi meja.Dia bergegas pergi sebelum cowok itu berhasil melihatnya.Namun, hari ini mungkin hari kesialannya.Biasanya dia tidak akan ketehuan jika sedang memata-matai doi.Ini semua gara gara bocah tengik di sebelah Bayu.Adik ipar sialan! Ups.
"Aduh gue tutupin pake apa nih muka!" Fyna mulai khawatir.Jantungnya berpacu dua kali lipat, seolah olah dia sedang mengejar kuda yang berlari.
Tangan Fyna mulai bergetar tidak karuan.Inilah reaksi yang Fyna rasakan apabila bertemu cowok pujaan hatinya.Nervous.
"Hai," sapa Bayu yang sudah berdiri di depan Fyna.Senyum manisnya malah membuat Fyna kalah kendali.Dia tidak bisa mengontrol gugupnya.
Fyna mendongak, dia tersenyum canggung. "H-hai." Lidahnya terasa kelu, seperti merekat kesemua gigi-gigi nya yang rapi.
Bayu terkejut, "Loh Fyna.Ngapain lo disini?" tanyanya.
Fyna menggaruk lehernya yang tidak gatal.Bertemu doi dan berbicara sedekat ini itu diluar dugaannya.Dia sama sekali tidak pernah punya rencana atau mengatur strategi mengejar cinta, dan doi yang tiba-tiba datang karena dia ketahuan memata-matai itu hal yang sangat fatal.Apalagi Bayu cinta pertamanya saat TK.Gimana Fyna tidak malu. "A-anu i-itu emmm... apaya..." dia berdecak.Disaat seperti ini otaknya serasa kosong mlompong tidak berisi.Setidaknya dia butuh kata-kata atau nama hewan saja sudah bersyukur.
Adik Bayu, Ayu Saputriningrat, menarik-narik baju Bayu.Karena tubuhnya yang mungil, Bayu harus menghadap bawah jika ingin melihat adiknya yang pendek. "Bang, itu orang latah ya?" tanya Ayu.
Fyna melotot, ingin rasanya memaki Ayu. "Gu-gue lagi liat sunset." ucap Fyna asal.
Bayu mengerutkan kedua alisnya hampir menyatu. "Sunset?" tanyanya sambil memandang keluar cafe, takut ia yang salah waktu. "Bukanya ini masih pagi? Apa mata gue yang salah?"
"Ma-maksud gue lagi liat itu.... emm..." Fyna menggigit bibir bawahnya, mencari sesuatu buat dijadikan alasan.Dilihatnya buku yang masih terletak di atas meja. Sang Roman berirama. Yap! Itu bisa dijadikan alasan yang bermutu. "Oh itu tadi gue lagi liat langit.Disuruh Bu Dian buat puisi tema langit.Kata kuncinya 'Fajar, sunset, matahari, dan pelangi' buat perwakilan lomba bulan depan." Fyuh. Fyna baru bisa bernafas lega saat dia bisa menjelaskan tanpa macet.
Bayu mengangguk-angguk.Dia kembali menoleh pada adiknya, "Bang, di sudut bibir orang itu ada coklatnya hihihi," bisik Ayu terkikik sendiri.
Bayu menoleh, melihat Fyna sekejap, ada setetes bekas coklat disudut bibirnya.Tanganya terulur membersihkan coklat itu, tetapi gerakannya terhenti ketika Fyna berkata, "Ma-mau ngapain?!" tanya Fyna memundurkan tubuhnya selangkah.
"Diem." ucap Bayu datar.Dia membersihkan coklat itu perlahan.Pandangan mereka bertemu, perasaan hangat itu kembali menjalar.
Apakah Bayu masih ingat janji itu?  Batin Fyna.
"Bang, pulang yuk.Ayu laper nih, pengin makan masakan bunda." rengek Ayu.
Bayu melepaskan tangannya yang menempel disudut bibir Fyna setelah kotoran itu sudah menghilang. "Makasih." ucap Fyna.Entah kenapa suasana terasa akward kembali.
Fyna menyeringai ketika ide jail muncul diotaknya, "Ayu, kamu umur berapa?" tanyanya.
Ayu mendongak. "Kepo."
"Kepo? Apaan tuh?" tanya Fyna berpura-pura tidak tau.Kedua tanganya menopang didepan dada.Senyumnya belum pudar, ingin tertawa tapi ia tahan.
"Ih, kudet!" jawabnya.
"Wow, kudet ya...."
"Iya kakak kudet."
"Kalo kakak kudet brarti kamu buset."
Ayu tercengang, dia bingung, "Maksud kakak?"
"Ih buset dah kamu kudet. Hahahaha,"
Fyna langsung mengambil bukunya di atas meja, bergegas pergi keluar cafe sebelum hujan mengguyur bumi.Saat Fyna sedang menunggu bus di halte, sebuah motor ninja hitam bercorak abu-abu berhenti tepat didepannya.Orang itu membuka helm fullface nya kemudian merapikan rambut yang sedikit berantakan dengan menyisirnya kebelakang menggunakan jari-jari tangan.
Fyna masih memperhatikan orang itu.Dia masih malas menyapa orang didepannya. Gengsi. Dia berpura-pura sibuk menscroll layar handphone nya ke atas bawah terus kembali lagi ke atas bawah sampai bosan, karena hanya menampilkan layar whatsapp yang berisikan nol notifikasi, alias nol chat!
"Ekhem."
Fyna menaruh handpohonenya disaku, manatap langit yang kian menghitam.
Orang itu menghela nafasnya, dia berkata, "Mau pulang bareng nggak?"
"Lo ojek?" tanya Fyna.
"Bukan.Tapi orek.Ituloh orek tempe buatan emak gue enak banget." jawab Wira Setyonugraha atau biasa dipanggil 'Wira'.
"Paan sih lo! Gaje."
"Mau nebeng ngga? Bentar lagi ujan loh." tawarnya.
"Nggak." jawab Fyna singkat.
"Beneran?" tanya Wira sekali lagi, menunggu Fyna menjawab pertanyaanya. "Yaudah gue cabut duluan." putusnya setelah melihat Fyna yang tak berminat ikut pulang dengannya.
Wira sudah menstarter motornya, bersiap untuk pulang, tapi dia hanya mengegas motornya ditempat membuat keadaan yang tadinya sunyi menjadi berisik dengan suara deruman motor ninja itu yang lumayan keras.
Fyn, nebeng aja deh.Lumayan loh, duit itu bisa ditabung buat beli baju atau ngga buat makan seminggu kenyang. Sisi jahat Fyna mulai berasumsi.
Fyn, jangan.Ntar dosa bersentuhan sama lelaki yang bukan suami lo.Awas siksaan neraka.Ntar sekampung heboh lagi gegara tetangga yang bisa-bisa nggosip 'Ih anaknya pak X sama pak Y Masa boncengan.Padahal kan dosa ya.Dasar bocah jaman sekarang ngga tau diri, mesra-mesra an ditempat umum.' sisi baik Fyna memulai debatnya.
Kepala Fyna pening, akhirnya dia memutuskan untuk, "Wira," panggilnya.
"Apa Fyna sayang?" jawab Wira yang masih setia menunggu.
"Gue ikut balik."
"Kok berubah pikiran?"
"Takut gue ngga makan seminggu gegara duit buat naik taxi."
Wira tertawa, "Yaudah, tapi gue ngga bawa helm soalnya tadi abis ke minimarket sebentar."
Fyna hanya mengangguk.Toh, rumahnya juga tidak terlalu jauh.
Wira menengok belakang, memastikan Fyna sudah duduk dengan nyaman, dia menarik kedua tangan Fyna untuk berpegangan pinggangnya. "Pegangan yang kenceng.Gue mau ngebut." perintah Bayu.
Fyna tersenyum, tanganya terulur memegang pinggang Wira agar tidak jatuh. "Wir, lo masih suka sama gue?" tanya Fyna.
Wira menegang, "Ma-masih lah Fyn, melupakan tidak semudah yang dibayangkan.Intinya sulit." jawabnya.
"Kalo takdir berkata gue ngga jodoh sama lo gimana?"
"Cari wanita lain lah.Masa iya gue jadi pelakor." jawab Wira, tertawa garing. "Tapi Fyn, gue masih cinta sama lo, bahkan sayang."
Fyna terdiam, bingung menjawab apa, sedangkam hatinya hanya untuk Bayu.Lamunanya terbuyar ketika Wira sudah menghentikan motornya.
"Makasih Wir, mau mampir ngga?"
"Lain kali aja.Sekalian ngelamar."
Plak. Fyna memukul lengan Wira pelan.
"Ngaco.Udah ah mah ujan.Makasih yaaaa...."
Fyna memasuki pekarangan rumahnya.Bergegas mandi, makan, lalu tidur.Berharap malam nanti ia akan bermimpi indah.Sore nanti mungkin dia cuma akan menghabiskan waktunya dengan membaca semua novel yang sudah tertera di list.
Hari berganti hari.Jam terus berdetak seiring berjalannya waktu.Kaki terus melangkah sepanjangnya jalan, mata terus melihat selama ada obyek yang sangat indah dipandang bahkan sulit terlewatkan.
"Fyna, mau kemana?" tanya Melly, sahabat Fyna.Fyna terus melangkah menyusuri koridor yang semakin ramai.
"Itu ada apaan sih Mel? Rame amat dah."
Melly menggigit ujung jarinya, terus mencari akal agar Fyna tidak melangkah ke arah kerumunan siswa.Tapi Fyna malah sudah berhasil menerobos, akhirnya Melly ikut membuntuti Fyna dibelakang.
Bugh
"Punya hak apa lo mukul gue hah?!" seru Wira.Wajahnya sudah memar.Fyna cukup terkejut ketika Wira dan Bayu berantem didepan sana.
"Gue punya sepatu HAK tinggi.Apa mau gue sumpelin tuh sepatu HAK tinggi kemulut lo?" seru Bayu tak kalah keras.Dia mengedarkan pandanganya mencari seseorang.Bayu menatap Fyna intens lalu menyeretnya kedepan.
Fyna berbisik, "Bay, apa-apaan sih?" saat ini dia tidak nervous karena tanganya digenggam doi, tetapi dia nervous karena ditatap oleh berpuluh-puluh mata di lapangan basket.
"Perhatian semua! Kalian lihat kan bajingan didepan gue?!" seru Bayu.
"Dia bukan bajingan bay." ucap Faisal, teman Bayu.Bayu mengernyit bingung, "Tetapi dia itu Tupai! Tupai paling cerdas, bahkan bisa menutupi semua dustanya.Bener kan?" lanjut Faisal.
Bayu mengangguk, dia kembali menatap Fyna, "Fyn, Wira mau sekap lo digudang."
Fyna terkejut.Wira? Bukanya dia cowok baik-baik yang dia kenal selama ini.Cowok yang selalu mengejar cintanya tapi dia tidak menggubrisnya sama sekali karena hatinya terpenuhi nama Bayu saja.Bahkan kemarin aja Wira mengantarnya pulang dengan selamat.Kenapa seolah-olah dunia berubah dalam waktu sekejap?
"Dia mau jual lo sama om-om.Tujuan dia selama ini deketin lo cuma mau gapai tujuan akhir nya doang."
Fyna bingung, "Mak-maksudnya?" Dia menatap Wira yang terkapar dibawah tak berdaya.
Plak
Tangan mungil itu mendarat sempurna di pipi Wira.Fyna sudah murka.Bagaimana bisa dia dijadikan seperti barang?
"Fyn, gue bisa jelasin.Itu bukan seperti yang lo pikir-"
"Alash, gue ngga percaya semua omongan lo lagi.Untung gue ngga masuk lubang buaya." Fyna memotong ucapan Wira.Dia sudah faham maksud perkataan Bayu.
"Oke-oke.Seenggaknya gue cuman mau bilang, gue kemakan permainan sendiri." Wira mengehela nafasnya, "Dari kejauhan udah terlihat kalo lo suka sama Bayu kan?" Fyna terbelalak, matanya menatap Bayu yang hanya diam saja.Wira sudah membuka privasinya ditempat umum.
"Bayu juga keliatanya suka sama lo, cuman dia acuh aja." Fyna terkejut bukan main.Apakah hari ini 'Hari Kejutan se-dunia', sahingga ia mendapat kejutan bertubi-tubi.
Bayu memegang tangan Fyna lembut, "Gue tau lo selama ini sering liatin gue diem-diem.Cuman, gue pura-pura ngga tau aja."
"Tuh kan dia brengsek!" Wira memaki Bayu. "Makanya gue ngga mau liat lo tersakiti Fyn, awalnya gue pikir ini hanya perasaan belas kasihan, ternyata ini perasaan cinta.Gue cinta sama lo Fyn."
Bugh
Bayu kembali memukul Wira. "Cih, cinta apaan! Cinta kok punya niatan jahat terselubung dibalik itu!"
"Bay, jelasin semuanya.Gue belum 4G!" ucap Fyna.
"Okeh-okeh.Fyn, gue sebenarnya dari dulu sampai sekarang masih cinta sama lo.Hati ini masih buat lo.Janji kita masih gue inget betul-betul.Tapi, kemarin-kemarin bukan saat yang tepat buat bicara hal sepenting ini buat lo, maybe sekarang waktu yang tepat sebelum bajingan tolol itu ngejual lo duluan sama om-om, gue mau bilang, gue sayang lo, Fyn." ucap Bayu.Tatapanya menyorotkan kehangatan.
Fyna tersenyum, "Gue juga masih cinta sama lo Bay, tak kira lo udah lupa sama gue."
Bayu ikut tersenyum.Ingatan Bayu kembali saat ia kecil, saat ia masih bermain ayunan di taman kanak-kanak bersama Fyna.
"Hai, kamu kok sendirian?" tanya Fyna kecil.
"Engga."
Fyna mengarahkan pandanganya kesekitarnya, "Lah, sama siapa? Disini ngga ada siapa-siapa?" tanya Fyna lagi.
"Sama kamu."
Fyna tertawa, dia mencubit pipi Bayu yang cubby, Fyna gemas. "Kamu gembil deh.Pipi kamu boleh aku potong buat sandwich nggak?"
Bayu menutupi pipinya dengan buku dongeng yang ia pegang, ide jahilnya muncul. "Boleh, tapi cium dulu."
"Dosa bayu.Kapan-kapan ya kalo kita udah sah hihihi," Fyna terkikik.
"Kamu mau potong pipi aku kan?" Fyna mengangguk antusias. "Janji dulu tapi." Lanjutnya.
"Janji apa?" tanya Fyna.
"Kalo kita udah besar nanti, kamu harus terima aku jadi pacar kamu.Entar kita nikah, entar kalo aku udah lansia kamu boleh potong pipi aku.Janji?" Fyna menautkan kelingkingnya dengan kelingking Bayu.
"Janji." ucap Fyna. "Eh tapi ntar kamu meninggal dong!"
"Kan udah tua.Toh pipi aku udah ngga cubby, mungkin kamu udah ngga tertarik wlee," Bayu berlari.Sial Fyna berhasil dikelabuin.
"Fyna, jangan lupa janjinya yaaa!" Fyna tersenyum lalu mengejar Bayu.
Bayu menggenggam tangan Fyna erat, "Fyn, mau ngga jadi teman hidupku?"
"No."
Bayu melepas genggamannya.Diam merasuki dirinya.Kenapa Fyna menolaknya? Padahal gadis itu tadi menyatakan bahwa mencintainya.
"No menolak, yeay!" Fyna tersenyum lalu berjingkrak jingkrak seperti anak kecil.
"Cie cie yang abis jadian pj nya mana nih?" Melly dan Faisal mendekat dan menggoda mereka.
"Untung udah taubat ga jadi jual Fyna.Sakit hati abang." Wira mengeluh, tanganya memegang hati seolah-olah merasa tersakiti.
Fyna masih tersenyum.Impiannya jadian sama doi terlaksana.Mimpi apa semalam Fyna. "Bayu, kita jadian." Bayu mengangguk.
"Janji kita udah terlunasi." lanjut Fyna.
Bayu menggeleng, "Belum."
"Lah apalagi?"
"Bulan depan kita nikah."
"WHAT!" seluruh siswa terkejut, begitujuga dengan Fyna.Pasalnya sekolah baru lulus 3 bulan lagi.Itu artinya Fyna nikah muda.
Tiba-tiba,
Cup
"Cie..." sorak semua siswa ketika melihat Bayu mencium pipi Fyna.
Fyna blushing, "Ih Bayu! Malu..." ucapnya seraya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Hati Fyna masih berbunga-bunga.Takdir memang tidak tau akhirnya, susah ditebak.Fyna pikir dia akan sakit hati berlama-lama karena melihat dia memiliki banyak saingan.Bayu selalu dikejar-kejar banyak cewek karena dia ganteng dan terkenal.Bersyukur dia tidak termakan oleh rayuannya Wira selama ini.Semoga kelak ia dan Bayu akan bahagia bersama.Terima kasih untuk hati yang masih setia menunggu.Kesabaran memang akan membuahkan hasil yang lebih baik.



Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang