🍃HARAPAN 3🍃
Ollyvia Elena PutriHari ini awan-awan putih menghiasi langit biru yang cerah. Semilir angin dan kicauan burung-burung menambah suasana menyegarkan di pagi hari.
Namaku Afrilia Azahrani, yang biasa dipanggil Rani di sekolah. Aku bukanlah jejeran siswi-siswi tercantik disekolah, bukan siswi pintar, apalagi populer. Aku hanyalah gadis biasa-biasa saja yang mempunyai sedikit ilmu di bidang artikel. Aku sangat menyukai dunia literasi, sampai-sampai pihak sekolah menjadikan aku sebagai penanggung jawab mading, artikel, dan blog pribadi sekolah.
Karena aku diberi kepercayaan pihak sekolah, aku tak melewati kesempatan ini, aku selalu menampakkan artikel terbaik buatanku di blog pribadi sekolah. Terkadang aku rela begadang hanya untuk mengerjakan satu artikel terbaik. Aku memanfaatkan hal ini untuk menunjukkan bahwa aku juga bisa seperti mereka, siswa-siswi terpandang.
Aku bergegas mempersiapkan diriku di depan cermin untuk menuju ke sekolah. Entah kenapa semenjak kejadian yang menimpaku hari itu, aku menjadi bersemangat sekolah. Padahal di hari-hari biasa aku juga merasa biasa saja, tidak untuk sekarang. Atmosfer semangatku terasa menggebu-gebu.
Setelah sekiranya selesai mempersiapkan diri, aku bergegas pergi ke sekolah dengan menaiki bus umum. Orang tuaku memang melarang diriku untuk bersekolah dengan mengendarai sepeda motor. Lebih mengutamakan keselamatan, katanya. Selain itu juga untuk melatih aku agar disiplin mengatur waktu dan mandiri dalam arti tidak merepotkan orang tua.
Seperti hari-hari biasa, aku menunggu bus yang biasa aku tumpangi di halte, halte yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil menurutku. Halte yang letaknya kira-kira 200 meter dari rumahku. Dekat bukan?
Aku duduk bersama seseorang yang juga sedang menunggu bus. Aku meliriknya sekilas, ia nampak keren hari ini. Sepatu berwarna navy khas miliknya membuat ia semakin mempesona di mataku. Ditambah tas ransel hitam yang ia kenakan di punggungnya menambah kesan cool. Dia tidak berubah dari pertama kali aku melihat sosoknya. Cool ala cowok idaman kaum hawa.
Dia, Pradipta Arya Saputra. Lelaki berbadan tinggi tegap yang sejak seminggu yang lalu menjadi penyemangatku bersekolah. Dia adalah salah satu kakak kelas yang populer. Maka tak heranlah jika aku mengenalnya sepihak. Dia juga merupakan anak anggota OSIS dan tim basket yang banyak dilirik kaum hawa, termasuk aku. Rambutnya yang tidak dibuat-buat seperti anak berandal jaman sekarang menjadikan Kak Arya terlihat sopan. Ditambah dengan nilai akademik yang selalu tinggi menjadi nilai plus untuknya.
Semakin dalam aku melihatnya, aku tersenyum kecil. Melihat dari jarak yang bisa dikata jauh ini saja sudah membuat jantungku berdegup kencang. Apalagi jika harus bertatap muka dengannya. Wah bisa mati mendadak aku.
Tiba-tiba bus yang aku dan dia tunggu pun datang. Bus yang semenjak satu minggu ini menjadi bus keberuntunganku. Bus yang mempertemukan aku dengan jelas kepada sang bintang, Kak Arya.
Dengan tatapan dingin dia melirikku, memberi kesempatan padaku untuk masuk ke dalam bus lebih dulu. Dia sangat manis, aku tersenyum padanya. Hatiku berdebar jantungku berdegup kencang tak karuan.
"Makasih ya kak." Aku meliriknya, gugup yang sangat jelas kuutarakan membuatku kesal pada diriku sendiri. Namun, kekesalan itu berubah menjadi ketenangan, sebab Kak Arya berdehem padaku seolah-olah menjawab pertanyaanku. Dia manis sekali.
Jantungku semakin berdegup kencang, aku tidak bisa tidak menatapnya walaupun sedetik saja. Kak Arya adalah kelemahanku saat ini.
"Kenapa?" Aku terkejut, jantungku berdegup tambah kencang, otak dan hatiku tak dapat berkompromi saat ini. Rupanya Kak Arya membuka suara untuk pertama kalinya denganku setelah sekian lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
DiversosEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...