🍯 Karya : Ferani 🍯
Suasana semilir angin menerpa wajahku, membuat beberapa helaian rambut tertiup angin sehingga membuat sebagian wajah depanku tertutup oleh rambut. Tangan seseorang yang berada disampingku menyelinapkan beberapa helaian rambutku yang tergerai ke belakang telinga. Hal manis itu menciptakan semburat merah dikedua pipiku dan membuatku mengulum senyum malu. Dia tersenyum hangat kepadaku, dengan membawa tanganku yang bebas untuk digenggamnya. Hangat.
Ah, sikapnya padaku sangatlah manis bahkan saat kami sedang Kunjungan Industri yang mengharuskan kita terpisah provinsi, padahal biasanya -yang sering kita alami- hanya sebatas perbedaan kota saja, dan halnitu tentu saja membuatku sedikit, bukan. Bahkan terlalu takut kehilangannya. Lebay? Katakan saja begitu, tak apa. Karena sungguh aku tak ingin kehilangan seseorang yang ku cinta untuk kesekian kalinya.
Saat itu terlaksana pada hari selasa, malam rabu. Pukul 8 malam, aku sudah berada disekolah. Disana terlihat sudah ada 23 bus yang sudah berderet. Jika dibayangkan kembali, rasanya sulit untuk meninggalkan kota ini, kota resik, kota Tasikmalaya. Apalagi saat aku melihat bus yang akan membawaku ke Ibu kota, Jakarta memicu ingatanku saat tadi berangkat dari rumah.
Mamah membantuku dalam menyiapkan persiapan untuk kunjungan industri selama tiga hari tiga malam, ku tatap barang yang akan ku bawa saat KI¹ satu koper hitam polos bertulisan 'Polostar' pada tengah koper tersebut yang berisi pakaian dan perlengkapan lainnya, serta sebuah tote bag berisi makanan dan minuman yang diperlukan. “Inget, jangan lupa sholat. Makan tepat waktu atau gak ngemil saat senggang. Jangan biarin perut kosong!” perintah Mamahku yang ku angguki.
Saat aku menyeret koper, mamah kembali memperingatkanku tentang segala hal yang sudah mulai ku hapal. “Ulah motah disana teh, cek deui bisi aya nu katinggaleun. Kade poto-poto diditu teh, mamah hoyong terang naon anu dilakukeun ku Ai diditu th,²”
“Muhun, Mah. Ai berangkat helanya³.”pamitku dengan menyalimi tangan Mamah. Dapat kurasakan Mamah berusaha menahan isak tangisnya dan dengan sebelah tangan lainnya, Mamah mengusap lembut kepalaku. “Kahadenya, hati-hati.⁴” Aku mengangguk dan tersenyum samar, walaupun dapat aku lihat jelas mata Mamah yang mulai berkaca-kaca. “Assalamualaikum,” salamku.
“Wa’alaikumussalam.” Jawab Mamah dengan suara yang sedikit bergetar, samar. Namun, masih dapat terdengar olehku.
Aku berjalan mendekati motor Paman yang akan mengantarku ke sekolah. Setelah selesai duduk di jok, aku menoleh ke belakang, melihat Mamah yang masih setia melihat keberangkatanku, aku tersenyum dan melambaikan tangan dan dibalas oleh hal yang serupa oleh Mamah. “Semoga Mamah baik-baik saja di Tasik.”gumamku dalam hati.
¹ Kunjungan Industri
² ‘Jangan nakal disana tuh, cek lagi takut ada yang ketinggalan. Jangan lupa nanti foto-foto disana tuh, Mamah mau tau, apa aja yang Ai lakukan disana tuh.”
³ “Iya, Mah. Ai berangkat dulu ya.”
⁴ “Awas ya, hati-hati.”
“Woi!” suara itu mengagetkanku, aku menoleh dan terlihat Kia, teman sekelasku yang membawa barang yang lebih banyak daripada punyaku. “Ngagetin aja!” seruku yang dibalas dengan Kia yang hanya tersenyum tanpa dosa. “Udah yuk, ke Aula-2 dulu. Ada pemgarajan dari sana katanya.”ajak Kia.
“Terus ini dikemanain?” tanyaku dengan menunjukkan satu buah koper besar dan satu tote bag.
Kia menepuk pelan dahinya. “Oh iya, ampir aja lupa. Ya udah simpen dulu ini di bus yuk?” ajaknya dan menuntunku untuk mencari-cari bus bertuliskan '23’.
Setelah ketemu, aku dan Kia menyimpan koper dibagasi dan tote bag yang berisi makanan, ku simpan didalam bus. Lalu, kitapun menuju Aula-2 yang ada didekat gedung hijau, gedung broadcast. Disana sudah ada beberapa siswa-siswi dari kelas sebelas dengan berbagai jurusan. Aku dan Kia duduk diantara teman sekelasku yang lain. Aku menepuk pana Nana yang kebetulan ada disampingku. “Maaf ya agak telat,” ujarku yang dibalas dengan anggukan kepala.
Dalam ruangan Aula-2 itu sudha sebagian penuh oleh siswa-siswi dan juga kepala jurusan dari masing-masing jurusan serta Pak Wawan selaku kepala sekolah sekaligus Ketua dan Pak Agi selaku Wakil ketua sekolah Hubin sekaligus ketua pelaksana KI. Telah berkumpul dan menunggu waktu pelepasan KI setelah selesai acara sambutan dari Pak Wawan dan Pak Agi. Karena yang berbeda letak KI dan dilihat dari jaraknya, maka yang terlibih dahulu berangkat adalah jurusan Mekatronika, Audio Video, dan dilanjut dengan jurusan Broadcast dan Teknik Kendaraan Ringan. Sedangkan jurusan lain menunggu gilirannya.
Jurusan Broadcast khususnya akan berangkat ke Jakarta. Banyak sambutan antusias dari teman sekelasku. Jauh berbeda dengan aku dan juga Nana yang merasa tidak bersemangat. Oleh karena itu, kami hanya sesekali bercanda dan makan camilan. Hingga dering pada ponselku membuatku merogoh ponsel yang ada didalam tas selempang, yang tadi sempat ku simpan di tote bag.
Riziq is calling
Ku angkat panggilan video call tersebut dan menambilkan sosok yang selama ini menemani kisahku. Dia tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku.
“Hai, gimana udah berangkat?” sapanya dari sebrang sana.
Aku mengangguk dengan melihat jam yang ada pada pergelangan tangan. Pukul 22.00 WIB gumamku. “Ini lagi dijalan, kamu belum berangkat?”
Terlihat Riziq sedang membenarkan letak earphonenya. “Ini mau jalan, gila banget ya gue harus nunggu dua jam di Tasik hanya karena tujuan jurusan gue ke Purwakarta.”kesalnya membuatku terkekeh pelan. “Kan biar bisa bareng nanti pas di Atlantis sama di Dufannya.”
Riziq mendesah kecewa, “ya mau gimana lagi. Beda tujuan KI nya sih. Tapi nanti janji ya waktu di Atlantis sama di Dufan, kamu harus sama gue loh!” Peringatnya.
“Iya siap.” Setelah aku pamit karena mengantuk, aku menikmati sisa perjalanan dengan tertidur, bahkan Nana sudah terlelap sendaritadi.
__________________________________________________________________________________
Pukul 4 dini hari aku dan teman se-jurusanku telah sampai di Mesjid Istiqlal, Jakarta. Kami turun bergiliran untuk sekedar sholat dan berganti pakaian. Saat kakiku berpijak untuk keduakalinya di Jakarta, rasa sesak serta pengap mulai menjalar. Tak ku sangka saking besarnya gedung pencakar langit serta banyaknya polusi membuat Ibu kota terasa sangat panas bahkan di waktu dini hari. Astaga, padahal di tasik biasanya jam segituntuh kalo lagi kemarau suka dingin atau ga suhunya bormal.lah ini, gila baru aja sehari bikin gue mau cepet-cepet balik ke Tasik. Gerutuku dalam hati.
Mengantri di Mesjid Istiqlal ternyata butuh kesabaran lebih apalagi ketika ada sekolah lain yang sedang mengantri untuk ke toilet. Tentu saja hal itu membuatku dan temanku harus berada di mesjid hingga pukul 6 pagi hari, setelah selesai memakai atribut pakaian putih abu, aku dan yang lainnya berjalan menuju bus dan sarapan disekitar luar Mesjid Istiqlal.
Akhirnya pada pukul 7 kita berangkat ke TVRI Nasional yang letaknya tidak jauh dari sini. Aku mengeluarkan ponsel dan mengirimkan potret Mesjid Istiqlal kepada Mamah.
Mamah♥
(Sent picture Mesjid Istiqlal)
Mah, ai baru sampe di Jakarta
Aku beralih pada room chat-ku dengan Riziq, terlihat bahwa ada 3 pesan yang belum terbaca darinya. Aku mengklik chat dan terlihat bahwa Riziq telah sampai di rest area terakhir.
Riziq-kun<3
(Picture Riziq pada saat di rest area terakhirnya.)
Gue baru aja sampe di rest terakhir, Lo baik-baik aja ya di Jakarta. Jangan nakal.
Gue janji gak bakalan deket sama cewek lain karena gue udah punya cewek yang harus gue jaga hatinya.
Ah rasanya aku sangat mencintainya hingga membaca pesan receh darinya membuat hatiku menghangat dan membuatku salting sendiri. Ah, sweet banget! Pekikku dalam hati lagi.
Apaan sih Ri, gombal mulu.
Ku menyudahi aktivitas bermain ponsel karena tidak ada sama sekali tanda balasan dari Riziq.
__________________________________________________________________________________
“Gila ih dingin banget tau!” pekik Nana kegirangan saat tour kegiatan, padahal awalnya dia terlihat sangat tidak menikmati tour ini karena banyaknya AC membuat keadaan sekitar menjadi sangat dingin.
Aku menjitak kepalanya. “Norak banget tau.” Ejekku yang dibalas sengan dengusan kasar darinya. Tak lama tour-pun berlanjut hingga dzuhur. Disana kami harus mengganti pakaian kembali karena akan ke Net.tv untuk melihat ini Talk show.
Saat selesai menganti pakaian, aku dan Nana masuk ke dalam bus yang membuatku kembali merengek ingin kembali ke Tasik. “Huaaa, panas banget ih! Pengap nih!” kataku dengan mengibaskan buku KI pada depan wajahku.
Nana yang berada disampingku menanggapi. “Hmz betul. Rasanya gue setuju deh tentang saran lo buat kembali ke Tasik.” Balasnya dan aku hanya mengangguk pasrah.
Karena aku sudah pernah berjanji pada Riziq dan Mamah, bahwa aku akan selalu mengirim dan memberitau kegiatanku pada mereka, membuatku kembali asik dalam pembicaraan dengan Riziq.
Riziq <3
Gue dah di hotel BnB dong, dah rebahan. Santuy bro.
Halah, enaknya lo. Gue aja masih terjebak di panas teriknya matahari Jakarta.
Wkwkwk, makanya pindah ke jurusan listrik napa, biar bisa sama gue terus.
(Riziq send a picture)
Sini Han, kita rebahan bareng.
Rebahan endasmu.
Udah ya, bus nya mau jalan. Gue tinggal bentar ya.
Iya sayang, hati-hati ya. Aku selalu sayang sama kamu♥️
Iya, aku juga sayang sama kamu♥️
Aku kembali duduk tenang dibus hingga tak terasa kita sudah sampai di Net.tv banyak dari temanku yang langsung berfoto ria ditengah panasnya terik matahari yang menyengat kulit. Seolah mereka tidak terganggu dengan panas tersebut.
Lamanya kita berada di studio Net.Tv adalah bahwa sampai jam 11 malem kita baru saja sampai di hotel BnB. Setelah mendapatkan kartu identitas kamar, baik aku maupun Nana sama-sama mandi dan mengangganti pakaian. Lalu, karena kelelahan aku dan Nana pun hanyut pada dunia mimpi.
__________________________________________________________________________________
Sinar pagi hari membuatku terbangun, setelah Nana membangunkankuz aku langsung ke kamar mandi dan memakai pakaian baju KI yang telah diberikan oleh sekolah. Rencananya setelah selesai sarapan, kami akan pergi ke Atlantis (kolam renang).
Terbukti bahwa keadaan lelah mulai menguasai diriku sehingga perjalanan dari hotel membuatku harus terlelap lebih awal dibandingkan temanku yang lain. Kolam renang Atlantis sangat sayang untuk dilewatkan, bahkan aku sangat menyesal karena tidak ikut renang hanya karena 'tidak ada teman sekelas ku yang ikut renang, termasuk Nana.’ Hal itulah yang membuatku murung selama berjam-jam. Melamun, membalas perkataan teman sekenanya, cuek terhadap sekitar.
Sehingga terlintas dalam pikiranku bahwa aku sangat benci keramaian. Apalagi setelah melihat beberapa orang perempuan yang begitu cantik, membuatku minder sendiri karena mempunyai masalah fisik yang tidak sempurna. (Wajah yang selalu berminyak) membuatku merasa kecil.
“Hey, jangan ngelamun mulu.” Ujar Riziq untuk sekian kalinya.
Aku berdehem dan memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Rasanya aku ingin tidak ada didunia ini, bukannya lebih baik aku tidaknada ya, sehingga tidak merepotkan banyak orang?pikirku dalam hati.
Rupanya Riziq tidak menyerah, walaupun kehadirannya disampingku, aku abaikan begitu saja. “Mau cerita hmm?” tawarnya dan lagi-lagi aku hanya menggeleng. Aku sekarang sedang berada dalam mood yang tidak baik sehingga aku pergi ke toilet yang membuat Riziq terlihat kecewa? Itulah yang hisa ku artikan melalui ekor mataku.
Mengingat sikapku yang kekanak-kanakan, aku berinisiatif untuk meminta ke Riziq. Bahkan setelah perdebatan hebat kami, dia mengalah dan meminta maaf padahal jelas yang salah adalah aku. Riziq selalu begitu, memperlakukanku dengan sangat baik membuatku sangat merasa bersalah karena terus menerus merepotkan kehidupannya dengan kehadiranku.
Dan pedebatan itu berakhir pada saat kita sampai di Dufan. Kita sama-sama menaiki wahana yang mengacu ardenalin. Seperti Baling-baling, Halilintar, Paralayang, Perahu kora-kora dan lainnya. Halnitu membuatku tertawa lepas. Rasa gugup, takut, dan mendebar menjadi satu. Rasanya jantungku seakang berhenti berdetak, bukan karena permainan ardenalin yang memompa kinerja jantung, melainkan posisiku yang sangat dekat dengab Riziq.
Di tengah hiruk piruk kesibukan banyak manusia dalam mengincar permainan yang diinginkan, Riziq ada dihadapanku. Berdiri menjulang tinggi, membuat aku yang memiliki badan yang pendek terpanksa mendongak. Ku tatap mata coklat yang meneduhkan. Aku tak perduli laginjika ada seseorang yang melihatku kearahku, karena yang menjadi fokusku selama inj adalah matanya yang semakin lama semakin dekat dengan wajahku.
Wajahku merona saat Riziq menelungkup wajahku pada kedua tangannya. Bahkan dari jarak sedekat ini aku bisa mencium harum maskulin darinya.
“Jangan pernah pergi.” Ujarnya dengan suara bariton.
Aku mengangguk. Bibirku kelu, bahkan hanya untuk berucap sepatah kata pun. Jantungku memompa darah hingga bunyi suaranya dapat kurasakan karena debaran yang sangat kuat itu. “Cintai diri lo sendiri, jangan pernah berpikir bahwa gue akan berpaling. Hati gue udah ada digenggam lo. Dan gue harap lo jangan lagi berkecil hati untuk selalu ada di samping gue. Karena bagi gue, lo itu sempurna.”
Bruk!
Tanpa berkata apa-apa, aku langsung memeluknya. Menumpahkan segala rasa khawatir yang ku resahkan. “Kamu terlalu sempurna buat aku Ri,” kataku dengan suara lirih.
Riziq semakin mengeratkan pelukannya. Dengan sebelah tangan, dia mengelus punggungku, mengabarkan. “Gue bisa sesempurna ini karena adanya lo di dunia. Kehadiran lo yang membuat gue kaya gini Han. Percayalah. Gue akan bersama lo setiap saat, bahkan ketika diluar sana ada perempuan yang menurut laki-laki lain menarik, gue aka menolaknya dengan tegas! Karena satu orang yang membuatku tertarik untuk menjadi lelaki sejati seperti sekarang. Dia itu adalah kamu.” Jelasnya yang membuatku terisak pelan.
Riziq mengurai pelukannya, menatap mataku intens. ”Jangan pernah pergi apapun alasannya. Karena aku gak sanggup buat kehilangan kamu dalam hidupku. Apapun alasannya, tetap bertahan dengaku ya?” tanya Riziq penuh harap. Tentu saja aku sangat tidak ingin berpisah dengan laki-laki seperti Riziq. Aku mengangguk dan Riziq mengecup keningku lama. Hingga membuat aku meleleh atas tindakan manisnya yang tak pernah hilang, walaupun kita sudah dekat selama satu tahun.
Dalam hati ku yakinkan diri bahwa aku tak akan melepaskannya, apapun alasannya! Karena kamu akan sangat merasa kehilangan setelah kamu merasakan berartinya seseorang yang pernah singgah dihati dan kepergiannya membuat kita menyesal karenanya. Dan aku tak akan membiarkan diriku patah hati kembali karena kehilangan seseorang dimasa lalu pada bulan ini, bulan Oktober 2017.
Aku yakin bahwa Riziq adalah orang yang berada dengan dia dimasa laluku yang meninggalkanku dibulan ini pada tahun yang lalu, karena pada bulan Oktober kali ini, Riziq dengan kesungguhan mengatakan tidak akan meninggalkanku. Dan aku harapnitu adalah suatu kepastian yang nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...