🍯 Karya : Ceri 🍯
Pada zaman dahulu kala, hidup sepasang suami-istri yang saling mencintai satu sama lain di sebuah desa kecil. Mereka saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangannya dan tetap bahagia meski harus hidup dalam kesederhanaan. Mereka mengisi hari-hari mereka dengan bekerja di ladang dan membantu tetangga sekitar.
Mereka sangat dicintai oleh semua penghuni desa itu.
Mereka sangat mencintai desa itu beserta penghuninya.
Mereka sangat bahagia.
Pagi, siang, dan malam selalu dipenuhi dengan kehangatan dan kebaikan mereka.
Tetangga sekitar sering bertanya pada mereka, apakah mereka tidak merasa kesepian hanya berdua saja. Apa mereka tidak menginginkan kehadiran buah hati dalam rumah tangga mereka. Saat ditanya begitu, mereka hanya menggelengkan kepala malu-malu dan menjawab, “Kami masih belum layak dan siap mendapatkannya.” Demikian jawaban mereka yang membuat semua orang berdoa dalam hati mereka. Semoga pasangan ini segera layak dan siap untuk menghadirkan kehangatan baru dalam keluarga kecil itu.
Sementara tetangga-tetangganya berdoa untuk mereka, pasangan suami-istri ini mulai berpikir hal yang sama. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan mereka masih dirasa kurang lengkap tanpa adanya kehadiran buah hati.
Akhirnya setelah menimbang-nimbang banyak hal, mereka mencoba melakukan banyak persiapan menjadi orang tua. Sang suami bekerja lebih keras, mencoba menemani dan memanjakan istrinya lebih sering. Sedangkan sang istri mulai mencoba mengurus anak-anak tetangganya dan belajar menjahit.
Sudah beberapa bulan persiapan mereka berjalan, tetapi belum ada tanda-tanda sang istri hamil. Mereka mencoba bersabar dan tetap menunggu sampai beberapa bulan berikutnya.
Tapi tetap saja tidak ada kemunculan tanda-tanda sang istri sedang hamil anak mereka. Kesedihan menyelimuti wajah pasangan ini. Banyak tetangga mereka yang mencoba menyemangati mereka, tetapi kesedihan mereka kian belum dapat mereda. Di antara semua tetangga yang berkumpul di rumah pasangan muda ini, ada satu orang tetangga yang beranjak dari tempatnya dan mendekati pasangan muda ini.
Dia memeluk kedua pasangan muda ini, “Bersabarlah, kedua sahabatku. Kalian akan mendapatkannya suatu hari nanti.” Yang merupakan teman masa kecilnya dulu. Pasangan muda itu balas memeluk teman masa kecil mereka. Berpasrah.
Tetangga itu pun lalu berbisik kepada pasangan muda itu, “Tenangkanlah pikiran kalian dengan bersantai menikmati ombak malam purnama.” Setelah membisikkan pesan itu, dia pamit dan pulang ke rumahnya.
Setelah semua tetangga berpamitan pulang ke rumah masing-masing, pasangan muda ini
segera pergi meninggalkan rumah mereka menuju danau dekat rumah mereka. Sesampainya di sana, mereka berjalan mendekati pinggir danau dan menatap bulan purnama yang masih ditutupi sekumpulan awan yang gelap. Mereka bertanya-tanya mengapa mereka disarankan untuk menuju tempat ini, setahu mereka satu-satunya tempat yang mempunyai ombak dan pemandangan bulan purnama yang indah adalah danau desa mereka. Ombak di danau? Itu adalah hal yang lazim di desa mereka.
Danau desa mereka ini unik, setiap bulan purnama muncul maka danau tersebut akan menghantamkan ombak ke pinggir danau. Seperti ada yang menggerakkan air-air di danau itu. Mereka menunggu datangnya sang purnama sambil menggenggam tangan pasangannya. Berdoa semoga, tidak, setidaknya berikan mereka kesempatan untuk merebahkan raga dan jiwa mereka di ketenangan malam ini dengan menyaksikan lagi pertunjukan megah yang sering mereka saksikan saat mereka masih kepala satu.
Mereka membutuhkan sebuah kedamaian dalam hati mereka.
Di detik itu juga saat mereka membutuhkan kedamaian itu, muncul sinar anggun dari sang purnama menyelimuti hangat wajah kedua pasangan muda itu. Pasangan muda itu tersenyum lebar, tatapan mereka berbinar-binar menatap sang purnama yang akhirnya muncul juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Event; Kumcer
RandomEvent cerpen yang telah dilakukan oleh member Feedback Squad. 𝙋𝙚𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙟𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙙𝙞𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙩𝙪𝙡𝙖𝙣. 𝙄𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙙𝙞𝙘𝙖𝙧𝙞 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙙𝙖𝙣 𝙙𝙞𝙨𝙞𝙢𝙖𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙠𝙪�...