Lie

23 12 0
                                    

🍯 Karya : Istiqomah Syarief 🍯

Sarah benci kebohongan. Lebih baik dikatai jahat tapi jujur daripada dibilang baik tapi bohong.

Soal perasaan, Sarah tidak main-main. Apalagi soal cinta. Sarah memilih menyukai cowok dengan kepribadian yang selalu jujur. Dan hal itu ada pada diri seorang Kay, teman sekelasnya.

Tidak terasa, sudah dua tahun Sarah menyukainya. Lebih tepatnya, pada bulan Oktober dua tahun yang lalu.

Dibandingkan dengan teman-temannya, Sarah tidak terlihat.

Bagaimana tidak?

Sarah tak lebih dari seorang gadis kutu buku yang duduk di pojok kelas. Bahkan, satu kelas hampir tidak ada yang mengenalnya.

Hari-hari yang dijalani Sarah cukup normal; hingga hari ini. Ya, hari ini. Dimana saat Sarah hendak memasuki kelas, kakinya terhenti oleh sebuah pengumuman di mading utama.

Tidak ada siapapun. Karena Sarah selalu datang lebih pagi dari murid manapun di sekolah ini. Jadi, tak heran jika Sarah adalah orang yang pertama melihat pengumuman tersebut.

Isi pengumuman itu tertulis jelas dengan huruf besar:

SAYEMBARA,

UNTUK SIAPA SAJA YANG BISA MENJADI PACAR SARAH AMEERA (KELAS:XII-IPA-A). AKAN MENDAPAT KESEMPATAN MAKAN SEPUASNYA DI KANTIN SELAMA SATU TAHUN!

-F-

Seketika, gadis berkacamata itu merasakan tubuhnya bergetar. Menelan ludah nya dengan susah payah. Pupil matanya bergetar.

"Apa ini gurauan?" Batinnya.

***

"Sarah, aku suka padamu. Ayo kita pacaran," ajak seorang kakak kelas bertubuh tinggi. Ia menghentikan gadis berkaca mata yang baru saja keluar dari kelas XII-IPA-A yang dipanggil Sarah itu.

Gadis itu memasang wajah datar. Mengingat sudah tiga puluh kali para lelaki mengajak nya pacaran hari ini.

"Tidak tertarik," tukas Sarah. Ia berjalan begitu saja melewati senior yang terkenal tampan itu.

"Dasar cewek nggak tahu diri!"

Sarah yang mendengar kata-kata kasar itu dari orang yang baru saja mengaku menyukainya, hanya bisa menghela napas lelah.

"Jangan dengarkan mereka," ucap Sarah dalam hati. Ia memutuskan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Gadis itu sama sekali tidak masalah dengan dirinya yang dijadikan objek sayembara. Semua itu tidak membuatnya sedih. Tapi, satu hal yang ia takutkan dari hal tersebut. Yaitu, Kay. Ia takut, lelaki yang selama ini disukainya akan menyatakan cinta di tengah-tengah berlangsungnya sayembara ini. Yang artinya, Kay sama saja dengan para lelaki yang menembak Sarah atas dasar mengisi perut

Tepat saat bel istirahat kedua berbunyi, gadis berkepang dua itu tengah menikmati langkah kakinya menuju perpustakaan. Tempat ia akan mengisi waktunya saat istirahat berlangsung selain kantin sekolah.

"Sarah," panggil seseorang dari belakang. Gadis berkaca mata itu berbalik. Mendapati seseorang tengah berdiri tak jauh darinya. Seseorang yang selama ini ia hindari untuk bertemu.

Kay.

Gadis itu menelan ludah. "A-ada apa?" tanyanya gugup.

Lelaki bernama Kay itu tersenyum manis. Senyum pertamanya pada Sarah selama dua tahun ini. Meskipun gadis itu tahu kalau itu hanyalah senyum palsu, entah kenapa jantungnya tetap berdetak kencang. Wajahnya memerah.

"Aku suka padamu. Jadilah pacarku," ucap Kay dengan santai.

DEG!

Sakit. Itulah yang dirasakan Sarah sekarang. Ia tidak menyangka, pemuda yang selama ini dikaguminya dari jauh tiba-tiba mengatakan hal itu. Bahkan, sebelumnya, Kay tidak pernah mengajak gadis itu bicara sama sekali.

Mata Sarah terasa panas. "Maaf, aku tidak bisa." Gadis itu segera berbalik. Pergi meninggalkan Kay yang masih berdiri mematung.

Kenapa?

Hanya itu yang ada dipikirkan gadis itu saat ini. Ia berjalan cepat menuju taman belakang sekolah. Tempat ia akan menenangkan diri.

Bel tanda istirahat berbunyi. Tapi Sarah tetap setia duduk di bangku taman.

Kenapa dari sekian banyak orang, harus Sarah yang mendapatkan pengakuan ini?

Ia ingin menangis. Tapi tidak bisa. Matanya hanya sebatas terasa panas. Tidak lebih. Buat apa ia menangisi sesuatu yang bukan miliknya?

Kay, lelaki itu. Sarah membencinya.

***

Sarah berjalan seorang diri menuju supermarket di dekat rumahnya. Ia ingin membeli beberapa cemilan untuk teman belajarnya hari ini. Setelah sampai, gadis itu tanpa pikir panjang segera masuk kedalam supermarket. Membeli beberapa bungkus keripik kentang. Lalu segera keluar setelah membayarnya.

"Hai, Sarah." Suara itu cukup membuat gadis berkepang dua itu menghentikan langkahnya. Seseorang yang sekarang ini tidak ingin ditemuinya muncul tepat ketika gadis itu hendak menginjakkan di trotoar.

"Ada yang ingin ku bicarakan," ujar kay sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sarah berusaha membuat ekspresi datar. "Ada apa, katakan saja."

"Bisakah kita membicarakannya di tempat lain?" Kay menaikkan kedua alisnya.

Sarah tampak berpikir sejenak. Kemudian mengangguk pelan. Melihat itu, Kay tersenyum lebar. Senyuman yang baru pertama kali didapatkan Sarah darinya.

Jantung Sarah rasanya tengah berdetak lebih cepat dari biasanya. Langkahnya tanpa sadar mengikuti kemana Kay berjalan. Hingga mereka sampai di sebuah taman. Lelaki berwajah manis itu memberi kode pada sarah agar duduk di sampingnya. Gadis itu menolak. Memilih berdiri. Membiarkan Kay kesepian di bangku taman.

"Jadi, ini soal sayembara. Jujur, aku nggak tahu. Jadi, perasaanku bukan karena sayembara itu." Kay membuka percakapan.

Terlihat raut kebencian di wajah Sarah. "Cih! Pembohong. Kamu jelas-jelas sudah mengetahuinya. Seluruh sekolah tahu itu." Gadis itu membuang muka.

Tatapan Kay berubah datar. "Yeah, memang. Maafkan aku sudah berbohong. Tapi apapun itu, aku tetap menyukaimu," kata pemuda itu seolah tidak mempedulikan perasaan Sarah.

Gadis itu terdiam. Memikirkan soal sosok Kay yang selalu jujur. Tidak biasanya pemuda itu berbohong. Ada apa dengannya?

"Begini saja. Kalau kau mau menjadi pacarku, aku akan memberitahumu siapa yang telah membuat sayembara ini," tawar Kay dengan senyum miring.

Sarah balas tersenyum miring. "Kamu tidak perlu mengatakannya. Aku sudah tahu," jawabnya.

Mata Kay melebar. Tapi untuk kemudian senyuman misterius terukir di wajahnya. "Baiklah, ini cukup mengejutkan." Pemuda itu beranjak berdiri. Menatap gadis di depannya dengan tatapan sendu. "Lupakan soal pengakuanku tadi," gumamnya kemudian melangkah pergi.

Sarah mengepalkan telapak tangannya kuat kuat Ia benci ini. Segera berbalik. Ia harus pulang.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Entah kenapa, tiba-tiba gadis itu ingin mengatakan sesuatu pada Kay. Segera, ia berbalik. Menuju tempat dimana ia berbicara dengan lelaki itu sebelumnya. Tapi, kosong. Tentu saja pemuda itu telah pergi. Sarah menghembuskan napas panjang. Bergumam, "Untuk apa aku mencarinya?" Ia menatap sendu bangku taman di depannya.

"Mencari siapa?"

Jantung Sarah hampir saja keluar saking terkejutnya. Ia berbalik. Disadarinya seseorang tengah tersenyum padanya.

Kay.

"K-kenapa kamu masih disini?!" pekik Sarah.

Kay mengangkat bahu. Tanpa ijin, ia menarik kacamata Sarah hingga membuatnya terlepas dari wajah gadis itu. Menampakkan sepasang mata dengan bulu mata indah. Gadis itu tersadar. "Apa yang kamu lakukan?!"

"Kamu cantik. Jadilah pacarku."

Sarah ingin sekali menutup wajahnya dengan selimut saat itu juga. Wajahnya sudah merah padam. Bercampur antara kesal dan senang. Ia memutuskan pergi. Meninggalkan Kay yang masih memegang kacamata miliknya.
***

"Bagaimana? Kamu sudah dapat pengakuan dari cowok itu?" tanya gadis berambut pendek itu pada Sarah. Mereka berdua tengah berada di belakang sekolah.

"Jika iya, aku pasti menolaknya. Dan sampai kapan kau menghentikan sayembara ini, Kak?" Sarah menatap saudara perempuannya itu dengan wajah datar. Ia sudah muak dengan kelakuan kakaknya itu.

"Biar kutebak, dia sudah menembakmu?" selidik perempuan bernama Farah itu.

"Bukan urusanmu," jawab Sarah. Ia menghembuskan napas lelah.

"Baiklah, lihat saja. Aku yakin seratus persen Kay sama dengan laki-laki murahan lainnya," ucap Farah dengan seringai liciknya.

Sarah ingin membantah hal itu. Tapi tidak bisa. Kakaknya benar. Tapi entah kenapa Sarah masih ragu akan hal itu.

"Jadi, kalian sudah merencanakan ini, huh?" Kay tiba-tiba muncul. Membuat dua kakak-beradik itu terkejut bukan main.

"Sejak kapan kamu disini?" Farah berusaha terlihat tenang. Kay mengangkat bahu sebagai jawaban. Pemuda itu mendekat ke arah Sarah. Terlihat gadis itu sudah memakai kaca mata baru. Sedikit berbeda modelnya dari yang kemarin ia ambil. Kay mengeluarkan kacamata milik Sarah kemarin dari sakunya. Kemudian memakainya tepat saat pemuda itu berdiri sejajar disamping Sarah.

"Bagaimana? Cocok bukan?" Kay merengkuh kedua bahu sarah tanpa ijin. Menatap Farah di depannya.

Gadis berambut pendek itu berdecak sebal. "Apa ini? Kalian sudah pacaran?"

Kay mengangkat bahu. "Belum. Tapi nanti saat kamu membatalkan sayembaranya," jawab Kay dengan cengiran khasnya. Membuat Farah mendengus kesal. Ia memberikan senyum remeh, untuk kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Sarah buru buru melepaskan diri dari Kay. "Apa yang kamu lakukan?!" seru gadis itu. Dan tanpa menunggu jawaban dari Kay, Sarah melenggang pergi.

Kay tersenyum getir melihat punggung Sarah yang semakin menjauh. Melepaskan kacamata milik gadis itu. Menjatuhkannya dengan sengaja.

CRACK!!

Dan menginjaknya dengan sengaja pula.
***

Tiga hari berlalu. Sarah sedikit merasa cemas pada Kay. Pasalnya, pemuda itu tidak menampakkan batang hidungnya selama tiga hari. Bangkunya kosong. Tidak ada surat keterangan tidak masuk yang dikirim ke sekolah.

Sarah memutuskan tidak terlalu memikirkan hal itu. Segera ia menuju lokernya untuk mengambil buku catatan miliknya. Dan seperti yang gadis itu duga, setangkai bunga mawar teronggok rapi di dalam lokernya. Beserta memo kecil. Sarah menghembuskan napas lelah. Lagi, pikirnya. Setiap bulan Oktober, di setiap hari Selasa, ia selalu dihantui oleh dua benda yang muncul tiba-tiba di lokernya. Setangkai bunga mawar dan selembar memo. Sarah memang selalu penasaran dengan  pengirimnya, tapi yang pasti, bukan Kay.

Dulu memang gadis itu sempat berpikiran kalau kay lah yang telah menaruh benda itu di lokernya, tapi itu dugaan itu hanya sebentar. Kalau Kay yang menaruhnya, seharusnya lelaki itu masuk hari ini. Dan itulah kenapa Sarah berhenti berfikir soal Kay yang mengirimkannya.

Sarah mengambil memo itu. Membacanya.

"Aku tidak sabar bertemu denganmu. Sore ini, tunggu aku di bawah pohon jambu taman kota. Saatnya bagiku untuk mengaku; kalau aku mencintaimu."

-Orang yang selalu mencintaimu dalam diam-

Sarah menahan napas ketika membaca tulisan itu. Lagi lagi isi catatan itu tentang sang pengirim yang sangat mengaguminya.

Sarah bimbang. Gadis kutu buku seperti nya, pantaskah mendapatkan hal seperti ini?

"Ku dengar, Kay pindah ke London. Menyusul kakaknya," ujar Farah saat adiknya pulang dari sekolah. Ia langsung menyambut Sarah dengan kalimat tersebut.

Sarah mengernyit. "Dari mana Kakak mengetahuinya?" tanya Sarah urung membuka pintu kamar.

Farah mengangkat bahu. "Semua orang di sekolah tahu itu, kau tidak tahu?"

Sarah menggeleng pelan. Beberapa saat yang lalu, gadis itu mengira bahwa Kay lah yang akan menemuinya di bawah pohon. Memikirkan hal itu, Sarah tertawa dalam hati.

"Dasar gila, aku ini berharap apa?" batin Sarah dalam hati.

***

Sarah memutuskan menemui laki laki yang selama ini menyukainya. Mungkin menemuinya sebagai penghargaan atas keberaniannya akan membuat Sarah sedikit tenang.

Gadis itu bahkan membiarkan rambut yang biasanya ia kepang tergerai indah. Memakai riasan tipis di wajahnya. Sarah tersenyum tipis melihat pantulan dirinya di cermin. Mungkin sedikit menegangkan bertemu dengan orang yang selama ini tidak pernah ia lihat wajahnya. Tapi itu menjadi hiburan tersendiri untuk arah yang sudah memutuskan berhenti menyukai Kay.

Langkah kaki gadis itu terlihat anggun. Sarah mencari-cari dimana letak pohon jambu yang dimaksud penggemar rahasianya. Beruntung hanya satu pohon jambu di taman itu. Jadi Sarah tidak perlu repot berkeliling untuk sekadar menemui sang lelaki misterius.

Gadis ber syal hijau itu menyentuh pohon jambu di depannya. Tersenyum tipis. Kemudian menyandarkan tubuhnya pada batang pohon. Menghirup napas dalam-dalam. Merasakan sensasi gugup jantung nya. Persis ketika gadis itu berada di samping Kay.

Perlahan, matanya terpejam. Mulai membayangkan wajah lelaki yang akan ditemuinya. "Kuharap dia manis, lebih manis dari Kay," gumam Sarah dengan kekehan kecil.

"Sarah," panggil seseorang dari samping.

Sarah menoleh. Senyum diwajahnya menghilang seketika. Digantikan wajah sendu. Matanya perlahan memanas, air mata jatuh tak tertahankan.

Senyum pemuda misterius itu mengembang. "Hai, Sarah. Aku mencintaimu."

"Kay, dasar bodoh."



***

Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang