Senbi

19 13 0
                                    

🍯 Karya : Sela Anjani 🍯

Ini aku kisahku. Perjalanan hidupku dengan dia, dia yang dulu menjadi bagian dalam hidupku, cahayaku, napasku, dan segalanya bagiku. Dia... Ya dia.
"Heyy jauhin dia, dia anak haram." Tunjuk anak kecil laki-laki kepada teman-teman sebayanya.
"Aku... aku bukan anak haram bertemanlah denganku," ucap seorang anak laki-laki yang ditunjuk oleh anak sebayanya. Tapi teman-temannya terus mengejek dan melontarkan kata-kata yang sangat tajam.
"Kalau kamu tidak pergi, lebih baik kami pergi dari sini, ayo teman-teman," merekapun pergi meninggalkan anak laki-laki itu sendirian.
Anak laki-laki itu menangis dalam diam. Jujur, dia juga tidak mau seperti ini, terlahir dari seorang ibu tanpa ayah, dia juga ingin seperti orang lain hidup terlahir dari keluarga yang lengkap.
'bolehkah aku berteriak wahai sang langit? Kenapa nasibku seperti ini?' pikir anak itu.
"Mau berteman denganku." Anak itu mendongkak melihat seorang anak perempuan kecil yang mengulurkan tangannya.
"Hey lihat! Anak haram itu berteman dengan anak buruk rupa hahah kalian cocok sekal," cemooh anak laki-laki dan teman-temannya.
"Kalian pergi gak! Atau mau aku beri makan dengan sendalku ini hah!" teriak Anak perempuan itu memgambil dan mengangkat sendalnya  bersiap-siap untuk melempar ke arah kerumunan anak-anak yang mengejek anak laki-laki ini. Kerumunan anak-anak itupun langsung kabur tapi tetap saja ejekan dan cemoohan terlontar dari mulut mereka.
"Kamu tidak apa-apa? Sudah jangan dengarkan mereka, mereka memang seperti itu tidak tau sopan santun, sampah itu bukan kamu tapi mereka, mau apa jadinya negri ini kalau diisi oleh anak-anak seperti itu," ucap anak perempuan itu.
"Kamu keren," ucap anak laki-laki itu yang membuat anak perempuan itu tersipu malu.
"Hihi makasih, ouh ya namaku Senja, namanmu?" tanya Senja.
"Bintang," jawab bintang, "Memangnya kamu mau berteman denganku yang tidak sempurna ini?"
"Bintang aku tidak butuh yang sempurna dan akupun tidak memintamu menjadi yang sempurna, dan akupun tidak meminta aku untuk dilahirkan menjadi yang sempurna, namun dibalik ketidaksempurnaan ini kita memiliki kelebihan masing-masing. Jadi Ayo kita berteman, Bintang dan Senja mulai hari ini berteman untuk selamanya," ucap Senja dan bintangpun tersenyum bahagia.
Di detik itu kami mulai berteman, bermain bersama dan bercerita banyak hal, dan baru aku ketahui ternyata kita seumuran hihi. Hari mulai berganti hari, bulan berganti bulan tahun berganti tahun tak terasa kami mulai beranjak remaja. Dari sebuah pertemanan kami mulai merasakan hal yang berbeda.
"Senja," ucap Bintang.
"Iya bintang," jawab Senja.
"Aku ingin mengakhiri hubungan pertemanan kita," ucap Bintang.
"Maksudmu," Tanya Senja kaget
"Aku ingin mengakhiri hubungan pertemanan kita dan maju ke hubungan yang lebih dari pertemanan," ucap Bintang.
Senjapun mengedip-ngedip matanya tidak mengerti. Bintang pun lupa perempuan disampingnya ini sangatlah lemot.
"Senja maukah kamu menjadi pacarku?" ucap Bintang.
"Ya sudah," Jawab Senja.
"Ya sudah apanya?" Tanya Bintang heran.
"Ya sudah kita pacaran," ucap Senja tersenyum, begitupun dengan bintang dia begitu bahagia mendengar ucapan Senja
Di bawah langit senja Roottop SMA Nusa Bangsa. Senja dan Bintang membuat sejarah. Menjalin hubungan dari sebuah pertemanan menjadi sepasang kekasih. Wahai Sang pemilik cinta terimakasih telah memberikan kebahagian yang tak terhingga.
Bulan demi bulan berlalu, tak terasa hubungan kami sudah begitu jauh. Setiap hari kami menikmati hubungan ini yang begitu indah jika dirasakan. Dari setiap hubungan selalu ada kerikil di tengah jalan, tapi kami melaluinya. Hingga suatu hari sepertinya ada melakukan kesalahan
"Bintang kenalin ini Wulan, dan Wulan ini Bintang," ucap Senja memperkenalkan Wulan Dan Bintang.
"Hay Bintang salam kenal aku Wulan, wah aku tak menyangkan pacarnu ini sangat keren, kau beruntung sekali Senja," ucap Wulan.
"Hay Wulan salam kenal juga, kalian berteman sejak kapan? Senja kenapa kamu tidak cerita?" Tanya Bintang
Senja terdiam dan tersenyum.
Minggu demi minggu terus berlanjut. Ada sebuah pemikiran yang berbeda, sekokoh-kokohnya jembatan akan roboh jika kita tidak mengintip keretakan meskipun itu kecil.
"Bi, aku lulus seleksi masuk Universitas," ucap Senja berbinar riang sedangkan Bintang terpaku bagai tersihir menjadi patung.
"Apa kou tidak mau memelukku?" tanya Bintang heran.
"Selamat ya," ucap Bintang tersenyum manis.
Senja sering menemukan Bintang uring-uringan saat mereka bersama, fisiknya bersamanya tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Senja mencoba meghapus pikiran ini, Senja berusaha mencoba mempercayainya, tapi... begitu banyak sekali info buruk tentangnya, beserta begitu banyak hal keganjilan terhadap Bintang.
Hingga suatu hari....
"Hallo... apa dek?... kenapa kamu nangis?... Iya iya kakak sebentar lagi pulang, tunggu kakak wasaalamualaikum," ucap Senja mematikan telepon gemgamnya.
Saat di pertengahan jalan, Senja menemukan seseorang yang fimiliar dimatanya, ada sebuah magnet dihatinya untuk mengikutinya dan akhirnya dia menemukan sesuatu.
"Ouh jadi gini ya kamu dibelakang aku, Bintang," ucap Senja yang berhasil membuat  Bintang dan orang disampinya terperanjat yang ternyata adalah Wulan.
"Hebat ya?" ucap Senja langsung menyerang Bintang dan Wulan tapi fokus utamnya adalah wulan.
Senja dan Wulan saling menjambak rambut mereka, Bintang berusaha meleraikan mereka sampai akhirnya Bintang menarik Senja.
'Plak'
Bintang menampar Senja. "iya aku bersama Wulan karena aku mencintainya."
"Ha haa hahahah haha," Senja tertawa terbahak-bahak. " wow hahaah selamat yaa kalian, kalian adalah pasangan yang serasi, Pasangan penjilat yang teramat sangat bangsat!".
Setelah mengucapkan itu Senja pergi meninggalkan mereka serta mengabaikan orang-orang yang penasaran akan apa yang terjadi, fokus utamanya adalah pulang ke rumah.
Sesampai di rumah Senja menemukan rumahnya berantakan lalu tak lama seorang anak kecil keluar dari dapur.
"Kak ibu dan ayah bertengkar lagi," ucap anak kecil itu menangis.
Senja pun tersenyum dan jongkok merangkul dia dalam dekapannya. Dan semua yang ia pendam pun ka runtuh dalam sekali hentakan.
"Ya Allah indah sekali cobaanmu ini," ucap Senja lirih.
Sudah 2 tahun berlalu sejak kejadian waktu itu yang sampai membuat Senja seketika hancur dan sakit parah. Tapi Tuhan itu Maha Adil, Dia selalu memberikan hikmah dibalik setiap cobaan. Semenjak Senja sakit, ayah dan ibu tidak lagi bertengkar, mereka lebih fokus mengurusnya, adiknya dan memperbaiki keluarga yang retak menjadi utuh kembali. Mereka hidup dengan sederhana tapi ada kebahagiaan yang begitu terasa. Dan sekarang Senja membuka toko untuk membantu ekonomi keluarganya.
Hingga suatu hari Tuhan mempunyai rencana lain.
Senja begitu kerepotan membawa belanjaan yang begitu banyak sampai membuatnya salah satunya terjatuh dan berhambur keluar, terpaksa Senja memungutinya, tanpa disangka seseorang membantunya.
Senjapun mendongkak melihat siapa yang membantunya yang ternyata Bintang. Senjapun menghindar tapi ditahan oleh Bintang.
"Boleh kita bicara, aku mohon" ucap Bintang.
Akhirnya Senja mengangguk. Merekapun duduk di kursi yang tak jauh darinya.
Mereka lama terdiam, senjapun melihat keadaan Bintang seperti orang tak terurus, dan begitu banyak kelelahan di wajahnya meskipun dia masih muda.
"Hay apa kabar Senja?" akhirnya Bintang memulai percakapan tapi Senja hanya terdiam.
"Senja seperti yang dulu kamu kamu ramalkan terwujud, aku diterima perusahaan PT Jaya di Kalimantan sebagai Arsitektur. Kata-katamu, ucapanmu, peringatanmu, nasehatmu, semangatmu, doamu menjadi langkah awal untukku maju sampai sekarang."
Senja terdiam dan bersyukur mendengar itu semua.
"Senja," panggil Bintang.
Senja menoleh dan menatap Bintang. Mereka bertatap lama.
"Boleh aku memelukmu? Untuk ucapan terimakasih dan selamat tinggal karena besok aku mulai berangkat ke Kalimantan dan entah kapan kita bertemu," ucap Bintang. Ada cairan bening di matanya, sekali berkedip pasti terjatuh.
Senja terdiam dan membisu, tenggorokannya begitu tercekat. Ada kesedihan dan kepedihan yang mengerogoti hatinya
Hingga akhirnya Bintang memutus merangkul, mendekap Senja dan memeluknya erat sambil berbisik, "maafkan aku Senja. Maafkan aku... aku sangat menyesal sangat menyesal. Sampai sekarang cinta ini masih tumbuh tidak akan pernah hilang tapi aku sadar, aku siapa, aku seperti apa padamu, kau pantas mendapatkan yang terbaik lebih dariku. Senja terimakasih untuk segalanya, selamat tinggal dan I love you."
Senja terdiam membisu. Punggung Bintang bergetar dan menangis menyesali pembuatan selama ini pada Senja.
Akhirnya Bintang melepaskan pelukannya. Ada sedikit bekas air mata di matanya hingga dia tersenyum dan pamit untuk pergi.
Setelah beberapa Bintang melangkah Senja memanggilnya.
"Bintang! semangat ya, aku memaafkanmu," ucap Senja tersenyum manis
Bintang pun begitu terkejut, terharu dan tersenyum bahagia serta mengangguk, "Iya, semangat untukmu juga, sekali lagi terimakasih banyak".
Setalah Bintang menghilang pergi, di saat itulah air mata Senja runtuh semakin deras dari terdiam bisu hingga mengeluarkan isakan sendu.
Biarkan aku mencintaimu walau hanya itu dalam bayangmu.




Event; KumcerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang