32

7.8K 709 67
                                    

selamat membaca~

(namakamu) tengah memasak untuk makan siang ketika ada seseorang yg mengetuk pintu depan rumahnya.

"mbak boleh minta tolong bukain pintu depan? ini saya nanggung banget soalnya," ucap (namakamu) sembari mengaduk masakannya.

"baik mbak," ucap mbak tari.

setelah mengelap tangannya dengan serbet karena mangga yg dikupasnya, mbak tari segera bergegas untuk membukakan pintu bagi sang tamu.

"iyaa, ibu ada. sebentar saya panggilkan," samar-sama percakapan mbak tari dengan tamu itu terdengar.

"misi mbak, itu ada orang yg nyari bapak?" ucap mbak tari muncul dari ruang tamu.

(namakamu) menaikkan alisnya. "siapa?"

"gatau mbak, katanya dari dealer yg mau nganter motor,"

mendengar itu, (namakamu) membuang nafasnya. "mbak bisa minta tolong lanjutin masakanku bentar,"

mbak tari mengangguk kemudian mengambil posisi dimana (namakamu) tadi berada sebelumnya.

(namakamu) mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan lap yg ada kemudian secara perlahan berjalan menuju ruang tamu, dimana orang yg di katakan mbak tari tadi menunggu. ya, meskipun kini (namakamu) tengah hamil tua, dia masih cukup aktif untuk memasak ataupun menyiapkan keperluan iqbaal dan arkha sendiri. tetapi untuk beres-beres rumah ataupun mencuci itu sudah dilakukan oleh mbak tari.

"selamat siang," ucap (namakamu) sopan.

"siang ibu," ucap bapak separuh baya yg berdiri bersama dengan seorang pemuda diawal 30an. "dengan ibu dhiafakhri?"

(namakamu) mengangguk. "benar saya sendiri. ada yg bisa saya bantu pak?"

"jadi begini ibu, ini saya di suruh sama dealer untuk mengantarkan motor ini untuk bapak dhiafakhri. motor ini sudah lunas ibu jadi ibu hanya perlu tanda tangan sebagai tanda terima,"

"kenapa saya?" ucap (namakamu) berusaha mengontrol emosinya dan masih berusaha untuk ramah.

"seharusnya untuk transaksi seperti ini lebih baiknya jika diterima langsung oleh sang pembeli ibu, tetapi jika tidak bisa diwakilkan dengan istri, anak, atau keluarga,"

(namakamu) mengangguk paham.

"baik bu kalo begitu, boleh minta tanda tangannya disini," bapak paruh baya itu menyodorkan berkas dengan papan jalan dimana (namakamu) harus meletakkan tanda tangannya.

(namakamu) sangat menghindari untuk membaca nominal yg harus dibayarkan iqbal untuk memiliki motor tersebut. padahal diatas dimana dia harus membubuhkam tanda tangan tertera nominal yg dimaksud.

"terima kasih ibu, oh iya ini hadiah bonusnya," bapak paruh baya itu menyerahkan kotak ponsel berlogo apel bekas digigit kepada (namakamu).

"terima kasih juga,"

"hmmm kira-kira mau diletakkan dimana ya bu motornya?" tanya lelaki kedua yg sedaritadi diam.

(namakamu) melihat garasinya yg tertutup kemudian berbalik memanggil mang udin. "mang, boleh mimta tolong bukain garasinya?" ucap (namakamu) dan langsung ditanggapi oleh mamg udin yg kebetulan tengah berada di taman depan.

"iyaa mbak,"

mang udin dengan cekatan membuka pintu garasi dan tampaklah motor koleksi iqbaal yg jumlahnya kini sudah mencapai 5 buah. motor-motor tersebut berjejer di dalam garasi dengan paddock mereka masing-masing.

"wah bapak koleksi ya bu?" tanya lelaki yg mengantarkan motor sembari membuka kaitan tali di mobil.

"iyaa," ucap (namakamu) singkat.

Pernikahan (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang