66

6.7K 717 63
                                    

selang beberapa hari setelah (namakamu) keluar dari rumah sakit, kondisi (namakamu) semakin membaik. tapi untuk melakukan kegiatan yg seperti biasanya sekarang sedikit dia kurangi. selain memang karena (namakamu) tidak ingin kejadian kemaren terulang, iqbaal juga menjadi semakin over protektif terhadapnya.

hari ini, sesuai dengan kesepakatannya dengan iqbaal, (namakamu) akan melalukan sesi wawancara untuk memilih baby sister yg akan membantunya menjaga arkha dan rafka.

ponsel yg berada di nakas sebelah tempat tidur berbunyi. (namakamu) yg berada disofa bersama dengan rafka yg tengah bermain memutar badannya sedikit dan meraih ponsel tersebut. tertera nama iqbaal sebagai peneleponnya.

"assalamualaikum pa," jawab (namakamu) mengangkat telepon.

"waalaikumsalam ma. ma ini tadi papa ditelepon sama pihak agensi baby sister katanya ada tiga kandidat yg akan dateng ke rumah nanti sore. mama mau jam berapa buat janjinya?"

"hmmm papa ikut kan? ikut seleksi maksudnya,"

"hmmm diusahain ya. soalnya ini nanti aku masih ada meeting gatau kelar jam berapa,"

(namakamu) mengerucutkan bibirnya. bagaimana dia menilai seseorang? iqbaal biasanya yg lebih pintar menilai seseorang jika untuk ketekunan dan ketelitiannya. "usahain ya?"

"iyaa, aku nanti usahain maa,"

"paaaaa," teriak rafka mencari perhatian iqbaal.

"haloo afka. baru apa kamu?" ucap iqbaal mengajak bicara rafka melalui ponsel.

(namakamu) mendekatkan ponsel yg dipegangnya ke arah telinga rafka.

"buuuu buuu buuu paaaa," oceh rafka.

iqbaal tertawa mendengar ocehan sang anak yg menurutnya menggemaskan. "oh iyaaa, papa kerja dulu yaa nak. nanti dilanjut lagi ceritanya dirumah," ucap iqbaal seolah rafka memahami ucapannya.

"yaudah ma, aku telpon mau kabarin itu aja. kamu jangan telat makan, istirahat yg cukup," pesan iqbaal.

"iyaa papa iqbaal,"

setelah itu panggilan terputus.

hampir bersamaan dengan (namakamu) menutup telepon, terdengar bel pintu depan berbunyi. menandakan ada tamu.

(namakamu) menggendong rafka perlahan kemudian beranjak dari kamar menuju lantai satu. dimana letak pintu utama.

"bu, ada yg cariin," ucap mbak tari berpapasan dengan (namakamu) diruang keluarga.

"siapa mbak?"

"gatau bu, baru pertama liat. rambutnya ga item yg jelas,"

(namakamu) membulatkan kedua matanya. siapa perempuan yg datang siang-siang kerumahnya? kalo rambut bukan hitam berarti bukan yori.

"hmm mbak titip rafka bentar ya," (namakamu) menyerahkan rafka dari gendongannya ke gendongan mbak tari.

"selamat siang," ucap (namakamu) sopan muncul dari dalam rumah.

"siang!" ucap perempuan berambut blonde dirty, sama dengan yg dia lihat di restoran beberapa hari lalu. "kamu (namakamu) kan?" ucap perempuan tersebut mendekati (namakamu). membawa (namakamu) yg masih bingung kedalam pelukannya.

"hmmm maaf anda siapa ya?" tanya (namakamu) ragu-ragu.

"ih tambah sebel gw sama iqbaal kalo gini. udah beberapa hari gw di indo janji mau kenalin ga dikenalin sampai sekarang! akhirnya sama sodara sendiri gatau kan!"

(namakamu) menaikkan sebelah alisnya.

"kenalin gw tasya, gw sepupu tercantik dari iqbaal suami lo," tasya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan (namakamu).

Pernikahan (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang