20b. cemburu

1.3K 324 19
                                    

Pernah dengar ada wanita yang direbutkan oleh pasangan tunangan? Iya, Gerhana Langit Gempita jawabannya. Sarah hari ini menangid hingga sulit untuk ditenangkan. Wanita mana yang tak sakit hati mendengar pria yang dicintainya sedang penjajakan dengan wanita lain.

"Aku gak mau pulang, nginep di rumah kamu boleh?" pinta Sarah. Pertanyaan itulah yang memancing amukan Biru.

"Apa-apan. Gak tahu diri banget! Aku pacarnya saja gak pernah minta nginep!" protes Biru.

Langit menarik pelan lengan Biru. "Tuan Muda, kasihan Sarahnya."

"Dia bisa nginep di hotel kalau gak mau pulang. Bapak kamu CEO, sama sekali gak pantas numpang di rumah orang," omel Biru tak mau mengalah.

"Kalau di hotel gak ada teman. Emang Langit mau nemenin aku nginep di hotel?" lawan Sarah.

Tentu Langit menggeleng. Walau seumur-umur belum pernah merasakan nginep di hotel. "Ibu Langit gak bisa ditinggal. Itu juga kalau kerja nitip sama tetangga. Cuman kalau malam, tetangganya gak bisa," jelas Langit.

Sarah mengangguk. Ia mengangkat sudut atas bibirnya sambil mendelik ke arah Biru. Dengan manja Sarah memegang lengan Langit.

"Aku gak keberatan nginep di rumah kamu, kok. Aku senang banget. Kita juga bisa makin dekat." Sarah sampai berjingkrak senang tak sabar mendengar Langit menjawab iya.

"Kamu gak keberatan emang, Langit lain lagi. Di sini posisinya kamu yang nyusahin orang." Biru masih nyolot.

"Masalahnya rumah Langit kecil. Mana lantainya masih dari semen. Pasti gak nyaman dan kelihatan gak bersih. Barangnya juga gak bagus," jelas Langit. Ia merasa takut Sarah malah gak nyaman.

Sarah menepuk pundak Langit. "Rumah yang nyaman itu adalah rumah yang penuh cinta kasih. Coba liat saja rumah Biru. Besar, rapi, barangnya mahal. Tapi karena ada pelakor sama kakak songong, dia juga lebih sering nginep di hotel," nasehat Sarah.

"Benar!" Kali ini Biru memberikan jempol untuk Sarah.

Langit sambil terkekeh mendengar ucapan mereka. "Benar kata ayah selama ini. Kaya itu gak jamin bahagia. Buktinya Langit bisa bahagia karena hal-hal kecil, tapi kalian perlu mengeluarkan banyak uang untuk merasakan kebahagiaan."

Sarah mengangguk. "Makanya, izinin aku nginep di rumah kamu. Aku janji kok gak akan nakal," pinta Sarah sambil memasang wajah memelas.

Langit mengangguk. Sementara Biru langsung manyun akibat tak terima keputusan Langit. "Aku juga mau nginep!"

Jelas Langit menggeleng. "Gak boleh, kalau Tuan Muda nginep nanti malah Langit diusir dari kampung karena disangka zina," tolak Langit dengan keras. Biru menunduk pasrah.

Sarah memeletkan lidah ke arah Biru. Kemudian matanya kembali menatap Langit. "Bagus, sekarang kamu sudah bisa nolak dia. Nanti jangan takut lagi. Kecuali kalau sudah mulai gigit, kena rabies nanti," nasehat Sarah.

Biru mencubit gemas pipi Sarah akibat tak terima ucapannya barusan. "Ya sudah, kamu nginep sama Langit sana. Aku harus ngurus sesuatu dulu. Sebaiknya kamu memang tak ada di rumah," saran Biru.

Sarah mengangkat sebelah alisnya. "Kamu mau ngapain? Inget kalau lakukan apapun pakai perhitungan. Jangan maen pukul!"

Biru menggeleng. Ia mengusap rambut Langit. "Hubungan ini butuh kejelasan. Kalau bukan aku yang jelasin, siapa lagi. Aku gak mau dia cuman jadi simpanan. Apa yang ibuku rasa, tak perlu Langit rasakan juga," ucap Biru.

Pria itu tak lama berpamitan dan langsung pergi. Sarah dan Langit menatap punggungnya yang semakin menjauh. "Dia itu aneh, karakternya gak bisa ditebak. Kadang kayak bocah labil, kadang ada benarnya juga," komentar Sarah.

Gadis itu menatap Langit. "Aku ralat omonganku. Orang yang paling sial bukan jodohnya Biru. Jodohnya Biru itu orang yang paling kurang beruntung."

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang