23a. Badai dan Pelangi

1.2K 307 17
                                    

"Tuan muda ada di mana?" Akhirnya Langit berhasil menghubungi Biru setelah lama telponnya tak diangkat.

"Rindu? Kangen?" Lagi-lagi Biru mengeluarkan godaan yang sama.

Langit mengeluarkan suara decakan dari mulutnya. "Gak ada rindu, apalagi kangen. Aku khawatir karena kata Tuan Randy, Tuan Muda kabur tak tahu ke mana," Langit mulai belajar mengomel.

Biru menutup mulut dengan telapak tangan. "Wah, aku baru diomeli kamu. Sumpah, aku seneng banget tahu," serunya.

Memang harus banyak mengambil napas untuk melawan Biru. "Tuan Muda, tolong jangan buat masalah. Nanti Tuan Muda bisa celaka," nasehat Langit.

Biru cekikikan. "Kalau aku celaka, aku sakit ... kamu juga ikut merasakan, kan?" tebaknya.

Langit menepuk jidat. "Iya, makanya tolong pulang. Jangan macam-macam. Tuan Muda sayang aku gak, kalau sayang jangan bikin Langit sakit," pinta Langit.

Tak lama gadis itu berteriak ketakutan sampai loncat-loncat akibat seseorang memeluknya dari belakang. Ponselnya sampai jatuh ke tanah. Untung Nok*a merk paling long lasting.

"Mamah! Ada hantu! Ada pocong!"

"Kamu kenapa, sih? Ini aku! Mana ada pocong bisa meluk!" ucap Biru sambil meraih lengan Langit.

Mendengar suara Biru, Langit baru diam sambil menunduk mengusap dada. Napasnya mendadak terasa sesak saking syok. "Tuan Muda kenapa tiba-tiba datang?" tanya Langit dengan suara terpenggal-penggal akibat napasnya ngos-ngosan.

"Dari tadi aku ngikutin kamu, kok. Gak sengaja lihat pas kamu dianter Randy ke kampus," jawab Biru.

"Jadi Tuan Muda dari tadi di kampus?" tanya Langit hampir tak percaya. Padahal ia dengar kata Randy jika pengawal Papah Biru mencari keberadaan pria itu.

Biru memperlihatkan wajah penuh kepercayaan dirinya lagi. "Ini tempat paling aman justru."

"Paling amam gimana?" Langit merasa heran. Bahkan ini tempat paling ramai.

"Mereka tahunya aku anti pergi ke kampus. Pasti gak akan mikir aku lari ke sini," jelasnya.

Langit mengangguk. Masuk akal juga. Langit memeriksa tubuh Biru. Ia takut ada bagian tubuh Biru yang terluka. Jujur, Langit tak tahu sefatal apa kesalahan Biru. Hanya saja dari cerita Randy, ia berpikir jika masalah yang Biru buat sangat besar.

"Tuan Muda gak celaka, kan?" tanya Langit.

Biru menggeleng. "Papah gak akan berani menyakitiku, kakek bisa murka." Ucapan Biru sama sekali tak bisa mengurangi rasa khawatir di hati Langit.

"Tetap saja. Aku dengar tetang hubungan Tuan Muda dengan Tuan Bamantara. Rasanya jadi takut sendiri."

Biru menggeleng. Langit tak salah, jika memang ia khawatir jika Biru harus melawan papahnya sendiri. Angga mungkin tak akan membunuhnya, belum. Suatu hari nanti Biru tahu akan ada waktunya emosi Angga akan dia ledakkan seluruhnya pada Biru. Sebelum itu datang, ia tahu harus pergi dan membawa Langit juga.

"Hubunganku dengan papahku memang buruk. Hanya saja ini satu-satunya cara untuk mengakhiri semuanya dengan Sarah. Aku gak mungkin bikin kamu terkesan seperti perebuat tunangan orang juga mengikat Sarah dalam hubungan yang tak diinginkan. Kamu gak perlu takut," jelas Biru.

"Sekarang gimana? Tuan Muda kapan akan kembalikan dokumen itu? Cepat selesaikan agar tak terus berlarut," saran Langit.

Biru masih menunggu kabar dari Rolan. Hanya dia yang orang tuanya tak terikat dengan Bamantara grup. "Ini masih menunggu, tapi aku dengar mereka sedang menyiapkan pengumuman resmi."

Setelah berkata begitu, Biru tertawa. Ia sandarkan kepalanya di bahu Langit. "Kalau aku di usir dari rumah dan jadi miskin gimana? Aku juga gak bisa apa-apa." Biru terkekeh.

Langit mengusap rambut Biru. "Langit akan bantu Tuan Muda untuk bisa melakukan segalanya. Tuan Muda gak perlu takut. Langit juga sendirian, kita bisa berjuang sama-sama."

Biru tersenyum. Andai jika itu wanita lain, mereka tak akan mengucapkan jawaban yang sama.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang