"Kita beri selamat untuk pudoh kita!" seru Miki. Kelompok itu sedang merayakan pesta naiknya rangking Biru di rumah Miki. Segala macam makanan bakar-bakaran, terkecuali rumah Miki tentu tak masuk daftarnya.
"Pudoh apaan?" Alis Biru mengerut. Meski dicari dalam KBBI sekali pun kata itu tak ada.
"Pura-pura bodoh. Selama ini kami pikir kamu itu bodoh beneran. Tahunya bodoh kamu itu cuman kemasan doank," jelas miki.
"Dalemannya?" pancing Roland.
"Sama saja bodoh!" ledek Miki sambil berlari karena jelas ia langsung dikejar oleh Biru.
Usia belasan tahun memang terasa sangat indah jika dilalui. Masa di mana seisi dunia belum jelas diperlihatkan. Masa di mana berbagi pertemanan hanya sebatas membagi canda dan tawa. Di mana cinta hanya sebatas rasa kasih dan sayang.
"Sudah mau punya bayi, masih saja kekanak-kanakan. Harap sabar, La. Ini ujian. Makanya aku pernah bilang, jodohnya Biru itu bukan orang sial, cuman kurang beruntung," komentar Sarah.
"Gak apa, Sar. Biarin saja dulu dia suruh main. Sudah punya bayi mana sempat nanti. Ini saja karena lagi libur. Kalau sudah masuk kuliah dan kerja, ngobrol lewat telpon dengan temannya saja mana bisa. Pulang pasti capek terus ketiduran. Makan saja kalau gak aku ingatkan pasti lupa," cerita Langit.
"Kalau sudah menikah, pria bisa jauh berubah, ya? Kata papah ada yang jadi makin pemalas dan gak bertanggung jawab juga ada yang rajin dan sangat bertanggung jawab. Persis seperti main pilih kotak. Kita gak tahu isinya apa."
"Makan dulu!" seru Randy. Ia membawakan dua piring daging panggang yang sudah ia masak dan bahan pelengkapnya. "Ini yang matang untuk ibu hamil dan yang medium untuk Nyonya Nugraha," celetuknya lalu lekas kembali ke samping panggangan.
Sarah menaikkan sudut bibir kanannya. "Dia itu kenapa, sih? Sumpah ya, lebih baik balik lagi jual mahal! Liat Randy begitu rasanya geli," protes Sarah sambil bergidik.
Langit mencoleknya. "Katanya mau dia peka. Itu bukan peka lagi, sudah kasih kode. Tinggal kamu balas," goda Langit.
Biru dan Miki kelihatannya sudah sama-sama habis tenaga. Mereka kembali ke meja makan. "Ran, sekalian aku panggangin," pinta Biru.
"Panggang sendiri!" tolak Randy mentah-mentah. Ia membawa jatahnya lalu kembali ke meja makan. Randy menyikut bahu Biru. "Maaf, Tuan! Istri anda sebelah sana!" Randy memberi peringatan. Biru melirik ke samping dan melihat Sarah ada di sana.
Biru ber-oh lalu pindah ke kursi di samping Langit. "Ada apa ini? Tumben kamu ngegas, Ran?" tanya Biru melihat Randy sudah mulai aktif mendekati Sarah.
"Hasil sholat istikharah," celetuknya memancing tawa yang lain.
Sarah mendelik ke arahnya. "Ran, bisa kamu dikit saja jaim kayak dulu. Kalau lihat kamu begini, sama saja kayak lihat dia! Geli!" pinta Sarah sambil menunjuk Biru.
"Heh, kamu lihat aku geli, tapi istriku cinta. Aku gak peduli!" Biru memeletkan lidah ke arah Sarah.
Malam itu terasa ramai di rumah Miki. Beberapa pelayan dating untuk membuatkan mereka steak serta salad. Memang tak ada satu pun yang becus diantara mereka untuk masak. Ada Langit yang bisa, tapi karena masih hamil muda dan tak boleh terlalu lelah.
"Ru, anak kamu laki-laki atau perempuan maunya?" tanya Roland.
"Mau laki-laki atau perempuan sama saja. Dia ada jadi titipan untuk kita. Namanya orang dititipi berarti harus menjaga titipan. Kalau gagal, pasti kita yang diminta pertanggung jawabannya," jawab Biru.
"Lama-lama kamu cocok jadi ustadz juga, Ru!" ledek Roland.
"Aamiin," jawab Biru.
"Masa ustadz pas menghafal surat Adh-dhuha nangis sampai besoknya absen ngaji," tegur Langit.
"Siapa?" tanya Sarah penasaran.
Langit mencubit pipi suaminya. Biru itu kebiasaan. Kalau disuruh menghafal surat, pasti besoknya gak mau ngaji. Kalau gak alasan demam, pasti sakit badan. Lucunya pas dijenguk Pak Syarifudin, ia pasti pura-pura batuk dan tak mau menemui dengan alasan takut menular.
"Kalau gitu, kapan kamu bisa hafal juz tiga puluh, Ru? Kalah kamu sama ponakan aku. Dia saja sudah hafal semua," ledek Sarah.
"Lagian kenapa suratnya semakin ke sini semakin Panjang. Kalau kayak An-nas, aku juga sanggup," keluhnya.
"Alesan saja kamu, Ru! Emang ya, orang kalau lagi lempeng pasti ada beloknya meski seuprit," komentar Miki.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...