16b. Raja dan Raja

1.3K 350 10
                                    

Salah satu hal yang membuat Biru merasa senang adalah pergi ke rumah kakeknya. Biru turun dari mobil dan dengan tergesa-gesa masuk ke rumah sederhana yang hanya memiliki satu lantai dan sangat kentara dengan warna putihnya.

Begitu datang, ia sudah disambut oleh banyak pelayan. Ini adalah rumah peristirahatan di mana kakeknya tinggal setelah memutuskan mundur sebagai pimpinan tertinggi grup perusahaan dan kini berstatus sebagai owner.

"Kakek!" seru Biru dengan suara yang terdengar riang melepas rasa kesal akibat cacing eh larva.

"Jika tidak dipanggil pasti tak datang," komentar Bagaskara Bamantara, kakek Biru. Pria itu tengah mendengarkan lagu dari piringan hitam. Lagu Yesterday yang dinyanyikan band legendaris The Beatles.

Biru tertawa. Seorang pelayan membawakan kursi kayu agar Biru duduk dengan nyaman berhadapan dengan kakeknya yang sudah duduk di kursi goyang. "Aku jarang ke sini karena sadar selalu membuat iri Surya dan Angga. Katanya aku lebih disayang," alasan Biru.

Bagas tak menelan bulat-bulat apa yang dikatakan cucunya. Dari cara bicaranya saja sudah jelas jika Biru hanya bercanda. "Mereka tak ingin di sayang olehku. Mereka hanya ingin aku cepat memberikan warisan," sindir Bagas. Tak tahu kenapa Biru suka dengan cara kakeknya yang blak-blakan, sifat yang Biru turuni.

"Karena itu, kakek harus panjang umur agar mereka kesal sendiri, darah tinggi dan lebih dulu pergi," timpal Biru.

Bagas mencubit pipi Biru. "Bagaimanapun Angga itu anakku," kilah Bagas.

Biru berkacak pinggang dan memperlihatkan wajah songongnya. "Dibanding dengan aku, lebih sayang mana?" pancing Biru membuat Bagas dalam pilihan sulit.

"Tentu kamu. Berapa kali kakek bilang, kamu itu rajaku," jawab Bagas. Obrolan itu berhenti di sana. Hingga Bagas teringat sesuatu. "Bagaimana hubunganmu dengan Sarah?"

Itulah, Biru bingung menjawabnya. Kakek Biru sangat berharap ia dan Sarah bersama. Namun, kenyataannya mereka tak pernah akur sama sekali. Biru juga tak ingin memperbaiki hubungan itu. Ia malah ingin menghancurkannya, tapi itu juga menghancurkan hati kakeknya.

"Kakek akan percaya kalau Sarah sepertinya sedikit belok?" tanya Biru membuat alasan.

Bagas tertawa menanggapinya. "Kamu ditolak?" tebak Bagas.

Biru menunduk. Lagi pula ia juga tak ingin diterima. "Karena itu. Kakek lihat wajah Biru yang tampan ini. Masa dia sama sekali tak tertarik. Habis itu, dia tak dekat dengan siapapun. Kakek tahu berita tentang orang yang menikahi benda? Mungkin Sarah juga begitu. Makanya, lebih baik pertunangan ini batalkan saja."

"Alasan saja kamu ini! Mau tampan juga percuma kalau kamu tak bisa apa-apa. Makanya belajar yang rajin di kampus agar lekas lulus dan bekerja di kantor," nasehat Bagas.

Biru menggeleng. "Gak mau, Kek! Gini saja aku sudah memesona. Kalau ditambah pintar dan rajin, banyak cewek yang rela aku madu. Kakek nggak tahu sih, sehari Biru bisa dapat puluhan surat cinta. Bahkan sampai ada yang ngancam mau bunuh diri," ceritanya.

"Pokoknya kamu berusaha terus dekati Sarah. Kakek ingin dia menjadi menantu rumah ini dan mendampingimu," tegas Bagas.

Biru tak ada pilihan lain kecuali mengangguk. Kesehatan kakeknya harus selalu dijaga. Ia tak boleh kaget juga terlalu emosi. Kakek dan cucunya itu berlanjut main catur. Mereka sudah memainkan permainan itu sejak Biru TK.

"Wah, kakek tak bisa mengalahkanmu," keluh Bagas.

Biru tertawa. Ia melirik perapian lalu kembali menatap kakeknya kembali. "Beri aku hadiah," pinta Biru.

Bagas mengangkat telunjuk lalu ia gerakkan ke kanan dan kiri. Kemudian dengan mantap Bagas menatap Biru. "Jawab pertanyaan kakek, sejak dulu kamu tak pernah menjawabnya. Apa kamu ingin jadi raja?" tanya Bagas.

"Raja apa, kek? Raja galau?" kelakar Biru.

Bagas ikut tertawa. "Kakek yakin, suatu hari nanti kamu akan jadi seorang raja," tegas Bagas.

"Aku lebih suka jadi cucunya Kakek. Jadi anaknya Mama. Sudah," tegas Biru.

Bagas tertawa. "Memang kenapa kalau jadi Raja?"

"Jadi Raja banyak kerjaan. Belum lagi harus ngurus orang lain. Bikin pusing saja. Mendingan jadi orang biasa yang habisin hartanya Angga Bamantara," tegas Bagas.

"Kamu harus mandiri, Biru. Harus bisa berdiri di kaki kamu sendiri. Karena kamu enggak akan tahu sampai kapan Kakek akan hidup untuk melindungi kamu," ucap Bagas dengan suara lemah.

Biru berdiri. Ia hampiri kakeknya lalu dipeluk pria itu. "Jangan ngomong gitu, Kek. Aku mau sama Kakek lama sekali. Habisnya cuman Kakek yang Biru punya. Jadi jangan pergi ninggali Biru, ya?" pinta anak itu. Bagas mengusa rambut cucunya.
🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang