"Pak! Cepetan bantuin! Saya mau nikah sekarang," seru Biru tak sabaran. Ia duduk dengan tergesa-gesa di depan uwa-nya Langit. Sementara pengantin perempuan hanya senyum-senyum malu melihat kelakukan calon suaminya.
"Iya, makanya jangan ngedrama dulu tadi. Kalau ujungnya mau nikah, kenapa malah berantem dulu," sindir bapak penghulu yang akan menikahkan kedua pengantin itu.
Biru langsung meraih tangan uwa Langit dengan semangat sampai uwa Langit kaget. "Sabar, Dek. Pelan-pelan. Kayak mau lari sprint saja," protes uwa Langit.
"Ila sudah siap?" tanya uwa Langit pada pengantin perempuan. Langit mengangguk pasti.
"Doa dulu, dek. Takutnya nanti tiga kali balikan salah lagi," nasehat Bapak penghulu.
Lain dengan banyak pengantin pria yang berdebar hingga merinding disko, Biru malah bersemangat dan percaya diri. Semalaman ia sudah berlatih dengan Rolan. "Memang kalau tiga balikan masih salah kenapa?" tanya Biru bingung.
"Harus disunat lagi," canda Bapak Penghulu. Biru bergidik sambil melihat organ diantara kedua kakinya.
Tawa mewarnai ruangan itu. Barulah Biru dan uwa Langit saling berpegangan tangan. "Siap, ya?" tanya penghulu memastikan semua dimulai dengan pikiran tenang.
Ikrak akad diucapkan. "Saya terima nikahnya Gerhana Langit Gempita binti Jaka Prawira dengan mas kawin emas seberat sepuluh gram dibayar tunai," ucap Biru dalam sekali napas dan satu putaran.
Ikrar itu disahkan oleh para saksi. Biru lekas memasangkan cincin pernikahan pada di jemari Langit. Meski sedikit, itu adalah uang hasil petualangannya di Jakarta.
Langit juga tak ketinggalan. Ia balas memasangkan cincin yang Sarah berikan di jemari Biru. Kini, giliran buku nikah mereka langsung ditanda tangani setelah mengecek takutnya ada kesalahan penulisan.
Langit terkaget. Ia salah fokus pada foto di buku itu. "Loh, ini foto buat kartu mahasiswa, kan?" tanya Langit memastikan. Ia lirik Biru yang senyum jahil.
"Habis gak ada lagi. Jadi minta ke kampus saja," jelas Biru.
Langit menggeleng. Ia terima saja. Mau bagaimanapun semua memang serba mendadak. "La!" panggil Biru.
Selesai menandatangani, Langit barulah berpaling pada Biru. Tiba-tiba saja Biru mengulurkan tangan. "Gak mau cium tangan, Aa?" pintanya ingin seperti pengantin lain.
"Cie, Aa? Eek kali!" ledek Miki sambil menoyor kepala Biru.
Mata Biru berpaling ke arah Miki dengan wajah sewot. "Mulut kamu itu, gak bisa disensor apa?" protes Biru.
"Ini mulut, Ru. Bukan channel TV!" timpal Miki.
Selesai bersilat lidah dengan Miki, Biru kembali mengulurkan tangan ke arah Langit. Lekas gadis itu meraihnya dan mencium punggung tangan Biru. Wajah Biru sampai merona. Pria itu meraih pipi Langit dan mengecup kening istrinya.
"Cie ... sudah nikah, nih!" goda Sarah sambil memeluk Langit. Sayangnya hanya beberapa detik karena Biru langsung berusaha melepas Langit dari pelukan Sarah.
"Apa sih, Ru!" protes Sarah.
"Heh, dia istri aku tahu! Suaminya saja belum meluk, main meluk saja!" protes Biru. Semua orang di sana tak ada yang tak tertawa mendengar ucapan Biru.
"Sabar, nanti malam peluk semalaman gak usah dibagi," canda uwa Langit. Biru langsung mengacungkan jempol.
Biru melirik Langit yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Ia gengang tangan istrinya sambil mendekatkan wajah ke telinga Langit. "Kamu ajari aku cara jadi dewasa, aku ajari kamu cara bikin boneka imut," celetuk Biru.
Langit meliriknya tajam. "Langit gak suka bikin kerajinan tangan. Kalau Tuan Muda mau jualan boneka, bikin saja sendiri," tolak Langit ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...