Siang itu mereka tiba di rumah Langit. Hari ini terpaksa Langit izin tidak masuk kerja. Pemilik toko sempat protes karena Langit menikah tanpa mengundangnya. Langit hanya bisa mengucapkan maaf sambil berjanji akan membawa hantaran besok.
Sampai di rumah Langit, beberapa tetangga datang berkunjung. Sepertinya bapak-bapak yang Biru undang langsung menyebarkan kabar hingga seluruh RT di RW itu. Ibu-ibu itu saling menyumbang uang untuk membelikan Langit hadiah. Mereka turut senang karena jika Langit menikah, anak mereka tak akan mnegejar gadis itu lagi.
"Selamat, La. Dikirain masih lama nikahnya," komentar ibu Sapta. Langit hanya tersenyum meski tahu alasan kenapa ibu Sapta terlihat bahagia.
Namun, begitu mereka melirik Biru mendadak mata mereka terbuka lebar. Wajah senang itu nampak lebij senang. "Ya ampun, gantengnya kayak Tomingse!" puji salah satu dari ibu itu.
Biru sampai bingung sendiri karena lengannya tiba-tiba disentuh ibu-ibu di sana. Ia mundur beberapa langkah akibat takut. "Nemu di mana, La?" tanya ibu lainnya.
Langit menarik Biru dan berdiri di depan pria itu. "Makasih banyak hadiahnya ibu-ibu. Maaf Langit gak bisa pesta dan mengundang kalian semua dalam waktu dekat. Uangnya belum ada," ucap Langit.
Ibu-ibu itu tersenyum sambil sesekali mencuri pandang ke arah Biru. "Gak apa-apa, La. Ada suami kamu di sini saja kami sudah senang. Nambah warga baru," ucap mereka bersamaan.
Langit nyengir. Ia bisa melihat lirikan wajah ibu-ibu itu sangat genit pada suaminya. Langit lekas mengajak Biru menuju kamarnya.
"Tuan Muda tunggu di sini saja. Lama-lama di sana bisa digigitin," saran Langit. Biru mengangguk. Ia diam di kamar itu meski atapnya memaksa ia harus sedikit menunduk. Tinggi Biru 187 senti meter dan tinggi kamar Langit hanya 180 senti meter. Lain dengan bagian rumah lain yang tingginya dua meter.
Langit langsung beranjak ke dapur. Ia membuat teh manis untuk para tamunya. Lalu mengantar ke depan setelah siap.
"Bu, maafin Langit, ya? Langit pulang tiba-tiba bawa suami," ucap Langit sedikit berbisik pada ibunya karena ibu-ibu gosip kampung itu masih ada di sana.
Fitri menggeleng. "Suami kamu sudah ke sini minta izin melamar. Jadi ibu sudah tahu," timpal Fitri. Langit tertegun. Rupanya di sini, ia yang dikadali. "Katanya biar suprise. Soalnya kamu dapat IPK tinggi lagi," jelas Fitri.
Kali ini Langit merasa miris. Bahkan semester ini saja belum berakhir dan baru mulai. Bagaimana bisa nilai IPKnya keluar? Ia juga tak bisa mengatakan jika Biru berbohong pada ibunya. Takutnya malah kesehatan ibunya terganggu karena terkejut.
"La, suami kamu kerja di mana?" tanya salah satu tetangganya.
Bingung Langit menjawab. Bagaimana bisa ia bilang jika suaminya pengangguran. Jangankan bekerja, Biru bahkan tak bisa apa-apa. Langit justru baru akan
mengajarinya."Freelance, Bu," jawab Langit polosnya.
Ibu-ibu itu mengangguk. "Freelance itu kerja apa, La?" tanya mereka bingung. Hanya saja bahasanya cukup keren hingga dalam pikiran mereka, itu sudah setaraf dengan staff di bank.
"Itu, dia kerjanya di rumah. Ngerjain banyak pesanan dari beberapa perusahaan. Penghasilannya cukup lumayan lah, walau gak UMR," jelas Langit.
Ibu-ibu itu mengangguk. "Bagus, donk. Dia bisa menjaga ibu kamu sambil kerja. Habis kakakmu itu gak tahu ke mana. Kamu harus banyak sabar, La," nasehat mereka sambil mengusap punggung Langit.
Mendadak Langit jadi ingat kakaknya. Wanita itu sudah tak pulang dua hari. Langit khawatir juga, hanya kalau ditanya malah Langit yang kena omelan. Kakaknya memang galak, sejak kecil Langit bahkan tak berani untuk sekadar menyapa. Mega pun tak pernah mau jika privasinya terganggu. Dia sangat tertutup dengan keluarga.
"Mungkin Teteh lagi ada kerjaan, Bu," timpal Langit.
"Orang kerja ada pulangnya, La. Kalau enggak pulang berhari-hari bukannya enggak aneh? Apalagi kalau dia sudah enggak di luar kota lagi. Coba kali-kali kamu cari tahu soal kakak kamu itu. Jangan dibiarin gitu saja. Kasian Ibu kamu," nasihat Ibu itu. Langit hanya bisa tersenyum kecil menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...