10b. Makan

2.1K 487 97
                                    

Pria lain mungkin akan berjanji memetik bintang untukmu, aku tak sanggup. Kecuali jika kau minta seluruh cinta, aku bisa berikan.

🌱🌱🌱

Langit terdiam saat melihat ke arah pintu, ada Biru berdiri di sana sambil melambai ke arahnya. Ia kemudian menunduk, sambil memasukan saty per satu tangan ke dalam tali tas punggungnya.

"Kamu pelet pakai apa sih Biru?" tanya mahasiswi yang duduk di depan Langit. Ia tak tahu siapa nama orang itu. Ia tak pernah berkenalan, lebih tepatnya mereka semua tak ingin kenal dengan Langit.

Tanpa menjawab, Langit berdiri dan langsung berjalan menuju pintu. Ia masih menurunkan pandangan. Bagaimanapun, berhenti takut pada Biru tetap sulit. Meski pria itu sebelum jam masuk benar mengantarnya ke kelas. Bahkan Biru memperingatkan mahasiswa lain untuk tidak mengganggu Langit lagi.

"Sudah pulang?" tanya Biru dengan lembut. Langit mengangguk. "Aku antar sampai rumah, ya?"

Langit menggeleng. "Aku kerja hari ini, Tuan Muda," jawabnya dengan suara parau.

Biru menarik sudut bibirnya ke arah kiri. Ia menutup mata sejenak, setelah terbuka baru ia kembali menatap Langit. "Baik. Aku antar sampai tempat kerja. Syaratnya makan dulu. Kamu harus makan sore biar kuat."

Langit terdiam. "Kalau menolak, dia marah, gak?" batin Langit. Ia butuh beberapa detik hingga akhirnya mengangguk.

Biru terlihat senang mendapati persetujuan Langit. Ia tuntun gadis itu keluar kelas, berjalan di koridor, turun dengan lift dan keluar di bagian lobi kampus. "Kamu mau makan di mana. Pilih yang paling mahal. Aku gak punya uang lima ribu," ucap Biru.

Mendengar itu, Langit tersenyum kecil. "Aku ikut pilihan Tuan Muda," ucapnya malu-malu. Ia mengaitkan rambut ke telinga. Sama sekali ia tak mampu menatap wajah-wajah orang lain akibat malu.

Biru menggeleng. "Kamu yang pilih. Aku ikut kamu. Ingat, yang mahal," tekan Biru.

Langit bingung sendiri. "Burger k*ng," jawab Langit dengan polosnya.

Biru tertegun. "Itu yang kamu bilang mahal?" tanya Biru sambil menggaruk kening.

"KeefC? MecD?" Langit mengabsen nama restoran siap saji yang ia anggap mahal. Sementara Biru semakin bingung.

"Aku gak pernah ke sana, sih."

"Kenapa?" tanya Langit bingung. Ia pikir, ia saja yang tidak pernah masuk restoran itu.

Menjawabnya butuh lama bagi Biru untuk berpikir. "Aku biasanya hanya makan makanan yang dibuat cheff yang memiliki sertifikasi. Karena itu di restoran tempat kamu kerja, aku gak makan," jelasnya.

Rasanya Langit seperti disambar gledek. Di saat bahan makanan untuk dimasak saja begitu mahal baginya, justru Biru dan keluarga begitu ribet dengan sertifikasi koki.

"Aku gak pernah makan burger karena mahal," celetuk Langit mengakui betapa menyedihkan hidupnya. Ia sering melihat orang lain makan burger dengan cola dan kentang goreng. Ingin sekali saja begitu, tapi Langit tak punya banyak uang.

Biru mengangguk. "Iya. Aku belikan kamu burger yang banyak."

Kedua pasangan itu jalan ke parkiran. Sudah ada mobil Biru di sana. Pak Karjo sengaja ia minta pulang agar bisa istirahat dan Biru juga leluasa membawa Langit jalan-jalan.

"Masuk," pinta Biru sambil membuka pintu mobil hitamnya. Langit mengangguk, mengkat kaki ke dalam mobil dan duduk di kursi sebelah kursi pengemudi.

Tak lama Biru menutup pintu mobil lalu berlari memutari bagian depan  mobil dan masuk melalui pintu  di samping kemudi. ia nyalakan mesin mobil. Langit masih melihat-lihat keadaan dalam mobil itu. Ini baru pertama kali ia naik mobil.

"Kamu lihatin apa?" tanya Biru.

Langit menggeleng. "Aku cuman baru lihat dalamnya mobil itu ternyata kayak gini, ya?" timpal Langit.

"Kamu emang enggak pernah lihat?" tanya Biru sambil memajukan mobilnya. Ia masih berhati-hati saat mengeluarkan mobil itu dari parkiran, takutnya ada mobil dari sisi lain lewat.

"Enggak pernah. Aku paling naik angkot saja," jawab Langit polos sambil tersenyum.

Biru melepas salah satu tangan dari kemudi lalu mengusap rambut Langit dengan lembut. "Habis ini kamu akan sering naik mobil sama aku, kok. Oke?".

Langit mengangguk. "Maaf merepotkan, Tuan," ucapnya.

"Masa sama pacar sendiri merepotkan. Itu sudah tugas aku, kok."

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang