73a. Surat

664 161 6
                                    

"Tuan!" panggil Bu Aini di depan pintu kamar Minara yang terbuka. Biru yang tengah main boneka barbie dengan Minara menengok ke belakang.

"Ada apa, Bu? Masuk saja," tanya Biru.

Bu Aini mengangguk. Ia lekas masuk ke dalam kamar. Ternyata Pak Karjo juga ada di belakangnya dan ikut masuk. "Boleh kami tutup pintunya, Tuan?" tanya Bu Aini.

Biru mengangguk. Bu Aini lekas menutup pintu lalu masuk ke dalam kamar dan duduk tak jauh dari Biru. Mereka sama-sama duduk di karpet kamar Minara.

"Ada apa, Bu?" tanya Biru lagi.

"Begini, Tuan. Sebenarnya Bu Aini mau bilang ini sama Tuan Biru, tapi takut ada Nyonya Nila." Bu Ani menurunkan volume suaranya. Biru masih mendengarkan dengan baik. "Ini, surat dari Tuan Angga. Sebelum meninggal, beliau sudah titip. Katanya nanti kalau beliau tiada, minta surat ini diberikan sama Tuan."

Pak Karjo ikut mengangguk-angguk.

"Jadi Papa sudah lama punya firasat akan pergi?" tanya Biru sambil menatap kosong amplop surat yang kini ada di tangannya.

"Saya juga nggak menyangka Tuan Angga meninggal secepat itu. Walau memang agak tidak enak hati waktu beliau menitipkannya. Seperti benar-benar ia tahu akan pergi selamanya," jelas Bu Aini.

Setelah memberikan amplop itu, keduanya meninggalkan kamar Biru. Sedang Biru masih diam menatap amplop surat. Sedari kecil tak mendapat rasa sayang dari ayahnya, ia tak menyangka akan sesakit ini ketika Angga pergi. Mereka bahkan baru saja berbaikan.

Biru mengusap rambut Minara. "Main sendiri dulu, ya? Papa mau baca ini."

Minara mengangguk. Ia masih menyisir rambut barbienya. Sedang Biru berdiri lalu melangkah menuju sisi tempat tidur. Ia duduk di sana.

Untuk Banyu Biru Bamantara

Saat kamu membaca ini, Papa pasti sudah tak ada lagi di sisimu. Kesehatanku semakin hari semakin memburuk. Sudah lama aku menyembunyikan penyakit ini dari kalian.

Aku merasa beruntung karena kamu lahir dengan sehat. Hanya Surya tak begitu. Ia memiliki jantung yang lemah sepertiku. Karena itu aku lebih memanjakannya. Aku tahu itu salah, kalian berhak dapat kasih sayang yang sama. Hanya saja aku merasa bersalah telah menurunkan penyakit ini padanya.

Biru, aku ingin mengakui sesuatu padamu. Selama ini aku selalu ingin kamu berpikir jika ibumu adalah teladan yang paling baik. Bagaimana pun Mira adalah istriku dan ibu dari anakku. Walau rumor di luar sana terus berkembang, aku tetap berusaha agar kamu percaya jika itu tidak benar.

Mira dan aku menikah atas keinginan kakek buyutmu. Demi keluarga, kami tinggalkan perasaan kami masing-masing. Kami pikir akan bahagia, apalagi setelah hadirnya Surya juga kamu.

Ternyata perasaan tak bisa dipaksakan. Aku mencintai Tantri seperti kamu mencintai istrimu kini. Begitu juga Mira. Dia mencintai Wili seperti istrimu mencintaimu. Kami tak bisa menahan perasaan masing-masing. Kami tahu itu egois. Kupikir suatu hari nanti ketika kamu jatuh cinta, kamu juga akan mengerti apa yang kami rasakan.

Ini foto Wili, kekasih ibumu. Dia menghilang sebelum peristiwa pembunuhan ibumu. Mereka berjanji akan bertemu di suatu tempat, tapi Wili tak datang. Maafkan aku yang terlambat menjemput kalian saat itu. Carilah pria ini. Jujur aku tak mampu menemukan bukti kematian ibumu.

Aku tahu kamu anak yang cerdas juga kuat. Kakakmu tak akan sepadan denganmu. Aku harap kamu yang akan menolong keluarga kita kelak. Bertahanlah, demi anakmu.

Angga Bamantara

Ini pertama kalinya Biru meneteskan air mata untuk papanya setelah sekian lama. Ia memeluk lembaran surat itu. "Kenapa baru sekarang setelah kamu pergi? Di mana kamu dulu waktu aku ingin pujianmu, Pa? Di mana kamu dulu waktu aku ingin main denganmu? Kenapa bersikap seolah kamu tak peduli denganku?"

Minara berbalik. Ia bingung melihat papanya menangis di sana. Anak itu berdiri dan berjalan mendekati Biru lalu naik ke atas tempat tidur. Lengan mungil Minara memeluk Biru dengan erat.

"Dangan nangis, Pa. Ala sayang Papa. Nanti kalau Papa cedih, bunda juga. Ala nggak nangis agi, loh. Papa juga, ya?" ucapnya lembut.

Biru memeluk putri kecilnya. "Terima kasih kamu sudah lahir ke dunia dan jadi kekuatan Papa," ucap Biru.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang