Langit menatap langit mendung siang itu. Awan menutupi gagahnya sinar mentari hingga menyebunyikan cerah warna biru di sana. Pernah tahu rasanya rindu? Itu seperti ingin ke kamar mandi, tapi tak ada toilet. Dan ingin kentut, tapi banyak orang di sekitar.
Galau merasuk kalbu juga mengusik jiwa. Seminggu sudah ia kesepian. Hanya sesekali Sarah menemani kala isturahat. Namun, jika Sarah harus pergi les piano, Langit hanya sendiri.
Lebih dari keinginan menatap wajah pria yang dalam hitungan hari meringsek masuk ke dalam hatinya. Ia takut jika pria itu tak kembali. Satu minggu tak ada kabar dari Biru. Baik Randy, Miki juga Rolan tak ada yang tahu. Sarah apalagi.
"Dia cuman nginep dua hari. Siang-siang sering kelayapan gak tahu ke mana. Sampai tiba-tiba minjem uang dua juta. Katanya buat modal," cerita Rolan saat teman-temannya mewawancarai perihal hilangnya Biru.
"Apa dia dilenyapkan papahnya sendiri?" Miki sudah suudzon.
"Gak, mungkin. Kalau sampai berani, besoknya Angga Bamantara akan dicincang Tuan Besar," timpal Randy.
"Lagipula dia itu mau ngapain, sih? Pakai nekat segala nyuri dokumen bapaknya. Padahal dia tahu itu dokumen rahasia." Emosi Miki hari ini akibat terlalu banyak memikirkan rasa kehilangannya akan Biru. Bahkan segelas jus jeruk di depannya habis hanya dalam satu tegukan. Untung gelasnya tak ikut ia telan.
"Kamu sudah cek sama anak lain? Kali saja mereka ada yang Biru mintai tolong. Masalahnya ini sudah seminggu dan cuman bawa uang segitu. Pakai black card saja dia sudah gak bisa ngapa-ngapain, apalagi cuman bawa uang dua juta." Randy merasa pesimis.
Pemikiran itu bisa saja berlanjut panjang. Syukur yang dicari ternyata menghubungi. Biru menelpon Randy lewat aplikasi skypenya. Lekas Randy mengangkat telpon itu sebelum Biru hilang lagi.
"Sudah kenyang bikin orang khawatir!" Randy langsung mengeluarkan omelan.
"Emang aku ini selalu dipikirin. Maklum pria ngangenin," timpal Biru dengan santainya.
Sayangnya hape Randy itu mahal, merknya apel. Kalau sampai dibanting, bikin syok. Mana saat itu hape apel terhitung masih mahal - sekarang juga mahal - dan susah dicari.
"Kamu ke mana saja?" tegur Randy langsung pada masalah.
Biru berpikir sambil menendang-nendang kerikil di depannya. "Kau nyari uang. Kebetulan ada kerjaan. Lumayan bayarannya," jawab Biru.
Randy sampai membuka lebar-lebar mulutnya. "Kamu? Kerja? Kerja apaan? Kerja ngelamun?"
"Enak saja! Kerja beneran, lah. Besok aku pulang ke Bandung langsung aku lihatin sama kamu berapa uang aku dapat. Sekalian bayar hutang sama Rolan," jawab Biru.
Kali ini Randy benar merasa hidupnya seperti sedang naik roller coaster. "Ru, kamu itu gak bisa ngapa-ngapain. Terus kamu bisa kerja apa?"
"Jadi model. Setidaknya wajahku ini bisa menjual walau otaknya gak."
Kepala Randy langsung menggeleng. "Mana bisa begitu? Siapa yang ajakin kamu jadi model? Model apa? Kamu gak difoto sambil telanjang, kan?"
"Heh! Istighfar sana! Gak lah! Cuman foto saja buat iklan tempel. Kemarin satu hari dapat satu juta. Hari ini dibayar jadi penonton acara musik sampai empat acara."
Sungguh humor sekali hidup Biru dan ajaibnya, ia selalu punya jalan. "Aku bingung, Ru. Antara mau bangga apa mau kesel. Bangga karena kamu bisa nyari uang sendiri dan kesal karena cara kamu itu bikin malu keluarga sendiri!"
Biru terkekeh. Sejaka kabur dari rumah, ia tak peduli nama keluarga. Pokoknya Biru hanya punya satu tujuan dan itu harus ia wujudkan sebelum terlambat.
"Kamu ngapain juga sampai nekat cari uang sendiri?" tanya Randy bingung.
Biru menengadah ke Langit. "Untuk mengucap nama gadis dan ayahnya sambil berjanji sehidup semati," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...