Tinggal kembali dengan orang tua menjadi terasa menyebalkan bagi Nila walau ini hanya selama liburan. Siang itu Nila beralasan ingin pergi ke rumah temannya tanpa pengawalan. Nike yang sangat memanjakan putri bungsunya ini membiarkan Nila pergi sendiri.
"Ingat, ya. Nyetirnya hati-hati. Mamah tidak mau putri mama ini celaka," ucap Nike mengantar Nila sampai ke depan teras.
"Mama tidak perlu khawatir. Nila tinggal di luar negeri sendirian dan mama lihat, aku baik-baik saja." Nila memutar tubuhnya hingga roknya ikut mengembang.
"Cantik sekali putri mama ini. Putri yang paling membanggakan mama." Kembali Nike mengeluarkan pujian.
Nila pamitan pada Nike. Ia masuk ke dalam mobil sedannya. Gadis itu sempat menurunkan kaca mobil lalu melambaikan tangan tanda perpisahan.
Sayang, diberi kebebasan, Nila memanfaatkannya untuk hal yang sebenarnya tidak baik. Tak ingin meninggalkan jejak, Nila mengambil uang tunai di salah satu ATM di depan bank cabang yang lumayan jauh dari rumahnya. Ia sudah sering melakukan ini dan jika ditanya alasan, Nila akan menjawab uang itu untuk amal.
Dari ATM, ia berjalan mencari mini market terdekat. "Mas, rokoknya!" tunjuk Nila pada bungkus rokok berwarna hitam di etalase. Seperti biasa, ia menunjukan KTP untuk itu.
Baik di luar negeri atau di Indonesia, Nila selalu membeli rokok murah karena membelinya lebih mudah. Kasir mini market itu mengambil apa yang Nila inginkan. Nila membayarnya dengan uang cash lalu pergi meninggalkan mini market.
"Dinda! Aku ke rumahmu. Ini mau jalan," ucap Nila sambil menelpon hingga tak memperhatikan sekitarnya. Hingga tanpa disadari tas tangannya ditarik seseorang.
"Hei! Kembalikan!" teriak Nila sambil menunjuk orang yang mengambil tasnya. "Pencuri!" teriaknya lagi.
Jambret itu hendak berbelok menjauhi kerumunan. Sayang ia menabrak seorang satpam hingga terjungkal. Satpam itu lekas menarik kerah kemeja jambret itu.
Merasa posisinya terancam, jambret mengeluarkan pisau. Ternyata satpamnya cekatan. Ia langsung menahan tangan jambret dan memelintir pergelangan tangan itu hingga pisaunya terjatuh.
Sambil menyeret jambret, satpam mengambil tas lalu mengembalikannya pada Nila. "Ini, mbak. Kalau di jalan apalagi ramai begini, lebih baik fokus pada sekitar," saran Satpam yang baru melihat wajahnya saja membuat Nila tercengang.
Nila mengambil tasnya. Hanya kedua mata itu tak berpindah dari satpam tampan yang menolongnya. "Terima kasih," ucap Nila sambil mengaitkan rambut ke belakang telinga.
"Sama-sama. Saya bawa jambretnya ke kantor untuk diproses dan dibawa polisi sebelum jadi bulan-bulanan warga," saran satpam itu.
Nila mengangguk mengikuti satpam yang sedang menyeret jambret yang mengambil tas Nila. Beberapa pedangan dan orang yang lewat di sana hampir memukuli jambret tersebut, hanya satpam itu larang.
"Sabar, Pak. Mungkin dia terpaksa sedang membutuhkan," ucap satpam itu bijak dan membuat Nila semakin terpukau.
Tiba di kantor satpam itu, Nila tak hentinya melepaskan pandangan dari satpam tampan itu. Sementara jambretnya menunduk dengan tangan yang diikat di kursi. Satpam itu menelpon polisi.
Saat satpam itu memegang gagang telpon, Nila terpaku dengan otot dan urat-urat yang kekar. "Dia benar-benar ganteng," puji Nila dalam hati.
"Nama kamu siapa?" tanya Nila.
Satpam itu menyimpan gagang telpon karena selesai membuat laporan. "Anda tidak baca tag nama saya?" Satpam itu menunjuk tag nama di seragamnya. Tertulis nama Firman di sana.
"Ouh, Firman," ucap Nila sambil mengangguk-angguk.
Perempuan itu masih terus memperhatikan Firman. Sampai tak lama polisi datang ke kantor. "Mbak, ikut dengan polisinya untuk memberi keterangan," pinta Firman.
Nila mengangguk. Ia ikuti pak polisi yang membawa jambret itu keluar dari kantor satpam. Matanya sesekali melirik ke belakang untuk melihat Firman. Tak lama, Nila mendapat ide. Ia berlari kembali masuk ke dalam kantor.
"Mas Firman, ikut ke kantor polisi, donk. Temani aku," pintanya.
Firman menggeleng. "Saya satpam di sini, mbak. Bukan pengasuh anda," tolaknya.
Nila berkacak pinggang. Ia mendengus lalu melenggang pergi. Tak lama ia tersenyum puas. "Aku suka pria jual mahal seperti dia, menantang," ucapnya.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomantizmIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...