15a. Keluarga Pinus

1.4K 352 11
                                    

"Wah, party?" sindir Biru. Hatinya tengah berbunga hari ini, tapi begitu pulang ke istana Bamantara lain lagi rasanya. Apalagi melihat Surya pulang bersama wanita dengan dress merah mahal dan paper bag bermerk asal Prancis.

Biru berdiri dari sofa ruang tamu. Surya menatapnya dengan tajam seperti biasa. Sudah tidak diragukan jika Biru paling tidak disukai keberadaannya di rumah ini.

"Sopan sedikit, dia orang tua kita," bentak Surya.

"Kita? Kamu kali!" sindir Biru sambil berjalan ke tangga menuju kamarnya dengan langkah santai.

Surya tampak kesal dibuat anak itu. Perilakunya semakin hari semakin lepas kendali dan itu membuat Surya merasa terganggu. Apalagi media sering menyoroti tingkah Biru yang seenak jidat itu untuk menjatuhkan nama Bamantara.

"Sebelum kamu pergi, sebaiknya minta maaf pada mama!" tekan Surya.

Biru berbalik. Ia menyandarkan punggung di railing tangga yang memiliki pilar-pilar besar kokoh layaknya rumah bergaya Eropa. Tangannya melipat di dada dan wajah santainya ia pasang untuk menganggu Surya.

"Mama, maksudmu simpanan papamu?" ralat Biru. Surya bersiap maju untuk mendapatkan Biru, tapi langsung dilarang oleh Tantri, ibu tiri tak sahnya.

"Biarkan. Biru hanya masih terlalu muda. Aku yakin semakin dewasa ia akan menyadari sikapnya," nasehat Tantri sambil menepuk pelan lengan Surya.

Biru tertawa lepas saking menggelikannya ucapan Tantri. Para pelayan yang masih menunduk tanda hormat di ruangan itu saling menengok dan memberi kode seakan ini akan menjadi pertempuran yang seru untuk ditonton.

"Heh, nenek tua! Kenapa aku harus sadar akan perbuatanku? Memang apa yang aku lakukan? Aku berada di posisiku seharusnya. Aku lahir di sini, keluarga ini! Lalu kau? Hanya pegawai gila harta yang menggoda istri orang!"

Tepat seperti perkiraan pelayan di sini, ucapan Biru selalu berhasil membuat emosi anggota keluarganya naik. "Biru!" bentak Surya.

Tantri memperlihatkan wajah sedih. Matanya berkaca-kaca. "Sejak kecil aku selalu berusaha menjadi ibumu? Aku tak pernah membedakan Surya dan kau. Kenapa kamu sangat benci padaku?" ucap Tantri sambil memegang dadanya dan memperlihatkan wajah orang yang sedang teraniaya.

"Aku tak butuh kasih sayangmu sebagai ibu. Aku punya ibuku sendiri dan Surya ... anak durhaka mana yang lebih sayang dengan pelakor daripada ibu kandungnya sendiri?" ledek Biru.

"Diam kau! Ucapanmu setiap hari semakin tidak berpendidikan! Apa tidak cukup kamu mempermalukan keluarga ini?" tegur Surya.

Biru tertawa. "Hidupmu memang menyedihkan. Mempermalukan? Lebih baik jadi anak nakal daripada jadi putra penurut yang menyedihkan sepertimu. Semua orang di negara ini tahu wanita di sampingmu perebut suami orang! Mereka tahu dia merebut posisi ibu kandungmu, tapi kamu malah dekat dengannya seperti anak kucing. Geli sekali!" komentar Biru.

Kali ini Biru berlari ke kamarnya melihat Surya sudah tampak emosi seperti siap menerkam. Tantri mengusap punggung Surya agar pria itu lebih tenang.

"Sudah, jangan emosi dulu. Ingat, kita harus bersikap baik padanya. Ini demi kamu. Kamu pewaris keluarga ini. Jangan sampai namamu tercemar hanya karena meladeni anak itu," nasehat Tantri.

Surya menarik napas dan mencoba menurunkan emosinya. "Maafkan aku, Ma. Aku tak bisa mendidiknya dengan baik hingga tak bisa menghormatimu. Namun, Surya sangat menghormatimu. Mama adalah nyonya keluarga ini."

Tantri mengusap rambut Surya. "Kamu memang anak Mama, meski bukan lahir dari rahimku sendiri. Kamu sangat berharga bagiku. Karena itu, aku ingin pastikan jika hanya kamu yang akan meneruskan perusahaan. Hanya kamu yang pantas Surya," tekan Tantri.

Wanita itu melirik ke lantai dua tempat di mana Biru pergi meninggalkan mereka. Tantri mendengus. Dalam hati ia merasa kesal dan tak tahan lagi menahan amarah pada anak itu. Selama dua belas tahun menahan emosi akibat perbuatan Biru. Ia mungkin bisa mengambil hati suami dan anak tiri pertamanya, tapi Biru lain.

"Harusnya papa kirim saja dia ke luar negeri. Biar dia lebih liar saja di sana!" Surya mengeser-geserkan simpul dasinya.

Tantri menggeleng. "Bagaimana pun dia itu adikmu. Kalian saudara kandung. Jangan saling bertengkar," ucapnya palsu.

"Jangan ingatkan kalau aku lahir dari wanita yang sama dengannya. Jika ingin, aku lahir darimu saja. Memiliki darah wanita itu hanya aib bagiku!" protes Surya.

Tantri lagi mengusap halus lengan Surya.

"Keberadaan anak nakal itu semakin mengingatkan aku pula! Andai saja aku punya cara mengusirnya dari rumah ini!"

"Kita tak bisa. Kamu tahu sendiri Biru adalah cucu kesayangan kakekmu. Salah-salah kalau kau berbuat buruk padanya, akan membuat kakek tak akan memberi dukungan untukmu di perusahaan. Sabarlah sedikit, sampai kakekmu tak ada ... dia tak bisa apa-apa," ucap Tantri.

Biru mendengar pembicaraan itu dari kamar melalui sambungan telpon salah satu pelayan. Keluarganya memang tak suka Biru, lain dengan pelayan di rumah ini. Perbuatan baik Biru pada mereka selama ini, membuat para pelayan mendukungnya.

Biru mendengus sambil berbaring santai di tempat tidurnya. "Lihat saja! Sebelum menyingkirkan aku, kamu duluan yang aku buat lenyap! Aku pastikan kau membayar apa yang kamu lakukan pada ibuku!" tegas Biru.

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang