Biru dijemput Rolan ke rumahnya. Pria itu bersedia menampung Biru karena di rumah hanya tinggal sendiri. Orang tua Rolan ada di Kalimantan karena punya lahan sawit. Ia tinggal di Bandung hanya untuk kuliah lalu jika sudah lulus ikut mereka ke sana.
"Kan bisa telpon dulu." Angin berembus masuk ke mobil Rolan karena Biru menurunkan kaca mobilnya. "Lagian kamu ini nekat banget."
"Aku kangen. Ketemu baru tadi pagi sama dia. Ini sudah malem. Paling gak ketemu sehari dua atau tiga kali." Rambut Biru bergerak-gerak akibat angin gelebug yang meniupnya.
"Sehari dua atau tiga kali, kayak obat saja!"
Biru berpaling ke arah Rolan. "Emang dia obat untuk rasa rinduku, kan," celetuknya.
Jika saja tak ingat mobilnya ini harganya 1 Milyar, ingin dia muntah saat itu juga. "Kamu itu sudah cinta mati banget ya sama dia. Emang cantik sih orangnya. Cuman, apa dia gak masalah punya pacar yang otaknya setingkat anak TK?"
Biru menoyor sisi jidat Rolan. "Jangan gitu banget. Nanti ya! Lihat setelah aku keluar dari rumah, aku pasti lebih mandiri sampai kamu kaget melihat perubahanku," tegas Biru.
"Iya ... iya ...," ucap Rolan sambil memajukan bibirnya.
Mobil itu tiba di samping gang rumah Langit. Biru membuka safety belt (ini dia bisa) lalu membuka pintu mobil. "Mau ditemani gak, Ru?" tanya Rolan sambil berteriak dari kursi pengemudi.
Biru mengitip dari jendela mobil. "Gak perlu, Lan. Kasian nanti beban batin. Jomlo mana kuat," ledek Biru lalu berlari menuju rumah Langit. Ia tahu di mana kediaman Langit karena pernah mengikutinya sekali.
Sampai tak jauh dari rumah Langit, Biru tanpa sengaja melihat gadis itu bersama pria yang tak ia kenal. Ingin Biru langsung menerjang, hanya ia harus memastikan siapa pria itu. Salah paham hanya akan membawa pada kehancuran. Apalagi pacarannya masih hitung harian.
"Tolong, Sap. Kalau ibu kamu tahu, aku bisa kena marah lagi," keluh Langit.
Sapta meraih tangan Langit yang berusaha menghindar. Biru sempat melangkah kesal melihat pacaranya disentuh. Namun, ia tahan karena semua belum jelas.
"La, aku anak laki-laki jadi bisa memutuskan pilihanku sendiri. Aku pilih kamu, La. Aku ingin nikah sama kamu," ungkap Sapta.
"Maksud kamu apa?" tanya Langit bingung.
"Aku suka sama kamu dan ingin kamu jadi istri aku," tekan Sapta lagi. .
Napas Biru mulai naik turun tak karuan akibat menahan marah. Hanya ia masih belum paham apa yang terjadi antara Langit dengan pria itu. Cinta membuatnya mudah curiga jika ada pria lain diantara mereka.
"Tapi aku gak mau. Buat aku cuman teman saja, gak lebih," tolak Langit.
Biru mengusap dada. "Cuman teman," batinnya.
Sapta tak bisa menerima penolakan itu. "La, aku tahu kamu nolak karena takut ibuku. Gak usah takut, La. Aku akan jelasin sama ibuku," paksa Sapta.
Langit menepis tangan Sapta. "Meski ibu kamu gak setuju, aku tetap gak bisa. Aku gak cinta sama kamu," tekan Langit.
"La, kurang aku apa sih?" tanya Sapta yang masih belum ikhlas menerima keputusan Langit.
"Kurang ganteng," celetuk Biru langsung masuk dalam insiden itu. Langit terbelalak. Ia bingung antara lega lepas dari Sapta, tapi juga takut Biru marah.
"Siapa kamu?" tegur Sapta.
Biru berjalan menuju Langit. Ia tarik pelan lengan Langit agar mendekat padanya. "Aku pacarnya. Kita mau nikah dalam waktu dekat. Jangan seenak jidat melamar orang yang sudah dilamar. Iya kan, sayang?" Biru menatap Langit sambil mengedipkan mata.
Langit menangkap kode Biru. "Iya, ini calon suami Langit. Makanya aku gak bisa nerima kamu."
Ketegasan mereka berdua cukup sakit Sapta rasakan. "Kamu kenapa gak bilang kalau punya pacar?" tanya Sapta. Wajahnya menjadi bingung.
Biru menatapnya dengan tajam. "Makanya kalau mau ngelamar orang, tanya dulu statusnya!" sungut Biru. Langit menarik lengan pacarnya menuju ke depan gang sebelum peperangan terjadi.
"Ada apa, sih? Aku belum selesai ngajak dia ribut, nih. Aku enggak akan lepasin dia pokoknya!" tegas Biru.
"Sudah, jangan dibesar-besarin. Aku minta tolong, ya?" pinta Langit dengan sedikit merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...