Pernikahan itu digelar mewah di pulau dewata tiga bulan setelah kematian Langit. Nila Kastara Marga resmi menjadi Nila Bamantara. Ia berdandan cantik dengan gaun kebaya yang roknya panjang menjuntai.
Dihadiri para petinggi perusahaan dan juga pejabat negara, semua larut dalam kemewahan pesta. Sebelum berangkat ke Bali, Biru sempatkan datang ke makam Langit. Ia meracau sendiri di sana. Apalagi ....
"Aku janji! Cincin yang kupakai di jari tetap cincin pernikahan kita, kok. Kamu tetap istriku. Aku juga nggak akan nyentuh dia, nggak sudi. Ada yang bilang menikah karena niat jelek itu haram. Jadi aku nggak bisa nyentuh dia, najis," omel Biru.
Ia menatap Langit yang cerah. "Aku anggap kamu bilang iya, lho. Ini semua demi kamu dan Minara. Keadilan harus ditegakan. Bukan hanya karena cinta kita. Ini untuk kemanusiaan. Berapa banyak orang meninggal demi kelancaran suatu bisnis."
Setelah itu Biru merasa sedikit lega. Walau dia juga tak rela. Apalagi saat mengucap akad pernikahan. Dia sampai mengulang tiga kali akibat lagi-lagi menyebut nama Langit. Lalu duduk berjam-jam di pelaminan dengan Nila. Ia sampai menatap Surya dan Papanya. Kedua manusia itu malah tertawa melihat penderitaan Biru.
Dan tibalah malam pertama yang sangat ditunggu Nila. Gadis itu sudah duduk di sisi tempat tidur dengan mengenakan baju tidur seksi berwarna merah. Nike sempat datang ke sana dan memberi wedjangan. Sementara Nindy bersiap menunggu laporan dari Biru.
Pengantin pria belum juga datang ke kamar. Tentu saja, Biru mendatangi room supervisor hotel tempat ia menginap. Dia bersyukur karena supervisor itu seorang perempuan.
Apalagi yang Biru gunakan kalau bukan ketampanan dan uangnya. "Aku tak tahu kalau ada perempuan dengan kulit selembut ini. Aku menyesal menikah dengannya. Andai saja kalau kamu lebih dulu aku temukan." Seribu jurus Biru lakukan hanya untuk mendapatkan sesuatu.
Setelah itu, ia baru beraksi mendatangi kamar pengantinnya dengan Nila. Biru membuka kamar hotel lalu menutupnya kembali. Mendengar suara langkah Biru, Nila memasang posisi terseksinya.
"Kamu baru datang?" tanya Nila.
"Kamu nunggu aku?" Biru balas bertanya.
Nila berdiri. Ia hampiri Biru dan menyimpan kedua lengannya di bahu pria itu. "Aku tahu kamu masih kehilangan istrimu, tapi aku juga istrimu. Aku bisa menghapus lukamu."
Tangan Nila mengusap dasi yang Biru kenakan. "Kamu benar, aku rindu kehangatan. Jika kamu bisa berikan aku itu, aku akan ubah persaanku untukmu. Puaskan aku, biar aku yakin kamu pantas ada di sisiku," ucap Biru.
Kini ia lingkarkan lengannya di pinggang Nila. Pelan-pelan Biru mendorongnya ke dekat tempat tidur. Di sana Nila semakin yakin sudah memenangkan nafsu pria itu. Apalagi ketika Biru merebahkannya di sisi tempat tidur.
"Ternyata kamu sangat seksi," puji Biru.
"Hmm, kamu baru sadar itu? Sekarang kamu menyesal?" tanya Nila.
Kali ini semakin dekat wajah Biru dengan Nila, hingga hampir bibir mereka berciuman, Biru lekas berdiri. "Kupikir ini tak bisa dimulai," keluh Biru.
Nila ikut bangkit. Ia duduk di sisi tempat tidur. "Kenapa?" tanyanya.
"Akan lebih seksi sepertinya kalau melihat rambutmu sedikit basah. Bisakah?" pinta Biru memelas sambil memegang tangan Nila.
Wanita itu terkekeh. "Kamu itu ada-ada saja."
"Bisakan?" tanya Biru manja.
Nila mengangguk. Ia lekas berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Begitu pintu ruangan itu tertutup, Biru dekati pintu pelan-pelan lalu dia kunci dari luar.
Kamar hotel itu memiliki banyak ruangan dan untuk membuka setiap ruangan diperlukan kartu magnetik. Kartu-kartu itu sempat biru cek dan tidak ada di setiap pintu. Untuk itu ia goda room supervisor hotel agar memberikan kunci cadangan.
Nila yang tidak curiga apapun, benar-benar membasahi rambutnya di wastafel. Tak lama setelah memeras rambut panjangnya, ia berjalan mendekati pintu. Sayang, ketika menarik gagangnya, pintu itu terkunci.
Biru sudah berbaring di atas tempat tidur sambil tertawa mendengar suara gedoran pintu kamar mandi. "Dasar bodoh. Kalau aku jadi dia, aku gunakan alarm pemadam kebakaran," komentar Biru.
Ia ambil earphone di kantong jasnya lalu mendengarkan lagu dari sana. "Pasti aku tidur nyenyak malam ini," ucap Biru lalu tertidur.
🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomanceIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...