Biru dan Langit meninggalkan kantin. Biru memegang tangannya dan terlihat wajah Langit yang merona karena malu dituntun seorang pria untuk pertama kalinya.
Pemandangan mereka saat berjalan juga begitu indah. Sepanjang langkah mereka berjalan di samping tembok kaca hingga cahaya matahari menyinari langkah dan membuat efek seperti lampu sorot.
Rolan, Randy, Miki dan Sarah hanya bisa melihat dari kejauhan. Lucunya meski tangan saling bertautan, tapi tubuh mereka berjauhan. Jaga jarak satu meter seperti di parkiran.
"Akhirnya beres juga. Dia itu ada aja nyusahinnya," keluh Miki. Ia kepalang susah gara-gara disuruh membeli bunga mawar. Mana syaratnya susah banget!
"Pokoknya mawarnya harus beda dari mawar kebanyakan. Mahal juga gak apa-apa. Harus unik, lain dari yang lain," tekan Biru saat menyebut mawar jenis apa yang ingin dia beli.
Jelas Miki merasa bingung. Mawar ghaib apa yang lain dari yang lain. Memang mawar yang ingin Biru beli matanya harus ada empat?
"Kamu nemu di mana mawar unik itu?" tanya Rolan bingung karena begitu Miki membawa mawar itu, Biru langsung terpesona.
"Di toko bunga sebelah!" jawab Miki dengan polosnya.
"Apa uniknya mawar di toko itu?" tanya Rolan lagi.
Miki nyengir kuda. "Nama tokonya Langit Biru. Sekalian aku bawa struknya biar dia percaya."
Randy menepuk jidatnya. Malah Biru sampai membeli mawar itu dua puluh juta dari Miki. Padahal di faktur jelas tertera hanya lima ratus ribu. "Kupikir dia cuman bego dan gila. Nyatanya dia itu beneran makhluk astral!"
Rolan dan Miki cekikikan. Bagi Miki lumayan juga uangnya bisa ia buat traktir makan nasi goreng satu kelasnya di warung nasi goreng yang konon satu piringnya dua ratus ribu.
"Mereka sebenarnya serasi. Biru keras kayak kawat bangunan, Langit halus kayak pasir besi. Cocok saling melengkapi," komentar Miki.
"Bahasamu gak enak banget, sumpah!" timpal Rolan.
Randy menepuk bahu Rolan. "Pokoknya kita semua bangga, akhirnya Biru kita bisa dewasa juga. Dia sudah gede, bukan lagi bocah yang perlu kita asuh," Randy ikut berkomentar.
Sarah berdiri. Ia panggil pelayan stan es krim lalu membayarnya. "Biru baru jatuh cinta beberapa hari sudah berani nembak. Apa kabar yang cuman bisa main kode-kodean," sindir Sarah.
Suasana kantin lebih ramai dari sebelumnya setelah kepergian Biru dan Langit. Mereka bergunjing tentang apa yang terjadi. Apalagi Sarah ada di sana dan wanita itu ikut mengucapkan selamat.
"Biru jatuh cinta sama perempuan yang tak memiliki ikatan. Kalau perempuannya sudah dimiliki orang lain bagaimana?" Randy balas menyindir halus.
Rolan menggaruk-garuk kepala. Ia menatap Randy dan Sarah bergiliran. Sarah yang merasa tersindir menatap Randy dengan tajam. Ia memperlihatkan persiapan untuk mengeluarkan serangan langsung.
"Kalau tahu perempuan itu ada pemiliknya, kenapa pemilik perempuan itu dibiarkan pergi dengan perempuan lain?" tembak Sarah begitu tepat sasaran.
Mata Randy tak bergetar sama sekali. Ia malah semakin maju mendekati Sarah. "Kalau pemiliknya tak pergi, gimana bisa aku miliki," ucap Randy. Dia tersenyum kecil lalu pergi bergitu saja.
"Kalian ngomong apaan sih?" tanya Rolan bingung. Miki menarik Rolan agar mengikuti Randy. Pria itu masih menunjukkan wajah kebingunga. "Milik siapa ke siapa, apa?" tanyanya bingung.
"Itu bukan urusan kita. Cuman Randy, Sarah dan Tuhan yang tahu!" nasehat Rolan.
Sarah menendang kursi kesal. "Nyatanya sejak dulu tetap saja pengecut yang gak bisa apa-apa!"
Gadis itu menarik napas. Ia masukan tas punggungnya ke lengan dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan Randy agar tak melihat pria itu lagi.
Berjalan diantara barisan kursi-kursi abu-abu yang berjajar di kantin juga cahaya matahari yang menyelusup masuk di jendela jendela kaca yang menjadi batas kantin dengan halaman, Sarah mendengar ucapan tak mengenakan.
"Kasian dia, terpaksa diselingkuhi Biru depan mata. Dia gak bisa apa-apa karena keluarga Bamantara."
"Kalau aku jadi dia, lebih baik jagain hati daripada jadi menantu orang kaya, tapi digituin," timpal mahasiswa lainnya.
Sarah memukul meja dengan keras hingga semua yang bergunjing langsung diam. "Hei! Kalian yang miskin dan berharap jadi menantu keluarga itu, jauh lebih menyedihkan. Apa kalian gak ngaca, pura-pura lupa sejak dulu begitu memuja Biru? Kalau aku jadi kalian, lebih baik melek sedikit. Kalau punya suami pemalas kayak dia, uang sebanyak apapun cuman habis hitungan hari!"
Sarah mendekati perempuan yang menyarankannya mundur tadi. "Kamu! Yang bilang aku gak bisa apa-apa! Coba buktikan kalau kamu bisa lawan keluarga Bamantara. Kamu bilang gitu pasti karena merasa hebat dariku, kan?"
Sarah bertepuk tangan. Dia tertawa puas. "Sama sekali tak ada untukku merasa sedih Biru Bamantara pergi dengan wanita lain. Suka saja tidak! Aku cukup pintar untuk tahu mana pria normal dan tidak! Gak seperti kalian!"
Setelah itu Sarah berbalik dan berjalan cepat keluar kantin. Dia kesal! Bukan karena ucapan orang-orang di kantin, bukan juga karena Langit dan Biru. Dia kesal pada pria yang membuatnya emosi hingga mengiyakan untuk ditunangkan dengan Biru dulu. "Semua ini gara-gara dia!"
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
Roman d'amourIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...