"Bau nggak badan papa?" tanya Biru sambil menggendong Minara. Beberapa kali ia mencium pipi Minara dengan gemas. Mungkin karena merasa terganggu, tangan Minara dengan lincah menggeplak pipi papanya hingga merah merona.
"Duh, Ala jangan gitu sama papa donk," lirih Biru sambil pura-pura merengek dan menyandarkan kepala di bahu bayi itu. Justru sikap Biru membuat Minara tertawa begitu renyah dan memancing satpam lain ikut tertawa.
"Anakmu lucu, Ru. Memang dasar bibit unggul, ya. Papanya ganteng, mamanya cantik ... gak ada yang gagal sesentipun dari wajahnya," puji Pak Firman yang sebenarnya.
"Makasih banyak, Pak," ucap Langit. Ia menyendok makanan dan menyuapi Biru. Bukannya Biru tidak mandiri, hanya ia harus menggendong Minara supaya bisa tidur pukul delapan malam. Kalau tidak, pasti rewel minta bertemu papanya.
Ponsel Biru berdering. Ia raih ponsel di saku celananya. Terkejut Biru melihat nama Surya muncul di sana. "La, pegangin Ala dulu," pinta Biru.
"Ada apa?" tanya Langit sambil mengambil Ara dari Biru.
Layar ponsel Biru tunjukan pada Langit. Istri Biru itu juga ikut kaget. Setahun lebih tak menghubungi adiknya, Surya tiba-tiba menelpon. Biru pergi ke luar karena ia yakin pembicaraan ini harus menggunakan urat hingga pita suara yg kencang.
"Assalamu'alaikum, kenapa?" Mengangkat telpon dengan suara keras, Biru masih sempat mengucapkan salam.
"Papa minta kamu datang ke rumah besok. Ada sesuatu yang perlu dibicarakan," tegas Surya.
"Heh! Kalau orang salam itu jawab! Pernah sekolah nggak sih?" protes Biru.
Surya sepertinya tak peduli dengan ucapan adiknya. Ia lekas menutup telpon dan membuat Biru merasa kesal. "Waalaikumsalam!" Biru membalasnya sendiri.
"Maklum ya, salam itu doa. Lebih baik balas doa sendiri. Dari pada didoain sama orang belok kayak dia. Nanti hasilnya juga belok," protes Biru.
Pria itu masuk kembali ke ruang kantor dengan wajah cemberut. Langit melirik ke arah Biru. Perubahan wajah suaminya sudah bisa ia prediksi. Tidak pernah tertulis dalam sejarah, Biru dan Surya bicara manja-manjaan. Jika itu terjadi, Langit rela upload video tikt0k.
"Papa nyuruh aku pulang besok. Paling juga minta akting jadi keluarga cemara," jelas Biru.
"Di keluarga cemara adanya abah sama emak, nggak ada papa sama mama tak sah," timpal Langit. Mendengar itu Biru terkekeh.
Baru ia akan menggendong Minara lagi, terdengar suara ketukan di pintu. Baik Pak Firman, Biru dan Langit berpaling ke arah pintu. Hanya Ara yang memainkan ludahnya sendiri yang menetes ke meja. Ia pikir itu air berisi ilham.
Ada seorang pria berjas berdiri di sana. Ia menunduk tanda hormat. "Selamat malam," ucap pria itu.
"Malam!" sapa semua orang yang ada di dalam ruangan.
"Maaf, saya datang ke sini untuk menanyakan satpam bernama Pak Firman," ucap pria itu.
Pak Firman berdiri. "Saya, Pak," ucap Firman.
Melihat Firman lantas pria itu mengernyit. "Apa ada Pak Firman yang lain?"
Langit melirik Biru, tapi pria itu menggeleng. Firman juga sudah menebak jika pria itu Biru, hanya dia sengaja menggeleng.
"Saya mendapat perintah dari Nona Nila Marga untuk memberikan ini." Staff pria yang ada di belakang staff pria itu memberikan sebuah karangan bunga cantik yang ukurannya lumayan besar.
"Nona Nila Marga mengucapkan rasa terima kasih dan maaf sebesar-besarnya atas perilakunya pada Pak Firman dan ...." Terlihat sekali staff pria itu sepertinya tak sanggup mengatakan hal itu.
"Anda sangat berharga untuk Nona. Ia minta maaf karena lancang memiliki perasaan pribadi pada anda," lanjut staff itu. Sepertinya ia bersyukur tenggorokannya tidak terbakar.
Tak lama kedua staff berjas hitam itu pergi. Baik Langit, Biru juga Pak Firman tertawa puas. "Aku yakib banget itu pasti staffnya mikir, mendingan aku kemana-mana!" komentar Biru.
"Doa saja, Ru. Mudah-mudahan orang tua perempuan itu nggak bawa anaknya ke rumah sakit jiwa," kelakar Pak Firman.
"Kalian itu jahat banget, sih! Anak orang dipermainkan seperti itu!"
"Habis, La. Orangnya sendiri nggak tahu diri banget, sudah ditolak maksa lagi!"
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)
RomansaIa harus bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan, ia akan menjadi seorang ratu setelah melewati kematiannya sendiri. Nyatanya, ia bertemu dengan putra kedua pimpinan Bamantara Grouph, Biru Bamantar...