71a. Tahun Setelah Kesedihan

827 179 5
                                    

3 tahun kemudian ....

Semua masih terasa normal di kota ini. Pasar masih buka sebelum subuh datang menyapa, stasiun kereta api masih ramai dengan suara klakson kereta dan orang-orang yang menunggu kendaraannya datang menjemput. Jalanan masih sepi di kala malam dan macet ketika siang membuka waktu.

Walikota berganti, kebijakan berganti dan juga keadaan ekonomi. Beberapa ada yang berubah, pot-pot bunga dan lampu klasik di tengah jalan Dago, taman-taman dengan desain lebih indah dan modern serta kuliner musiman.

Beberapa ada yang masih sama saja. Ada yang masih terpaut dengan shift pabrik, ada yang rumahnya tetap satu lantai, ada yang masih terbaring dan terjebak dalam dunia yang tak tahu di mana. Dia tidak tidur juga tidak sadar. Baginya waktu tetap sama. Tak ada detik yang terdengar bergerak, menit yang menggeser, jam yang berlalu juga hari yang berganti.

Sementara Sarah masih rutin datang ke makam yang tak tahu milik siapa. Hanya tertulis nama Langit di sana. Ia menyimpan karangan bunga dan kembali sebelum bunga itu layu. Rindunya pada teman pertamanya itu masih belum terbasuh.

"Aku saja merasakan sakitnya. Apalagi suami dan putrimu. Biru akan pulang. Dia lulus S2 di Harvard. Setelah Minara SD nanti, baru dia akan lanjutkan S3-nya. Dia ayah yang baik. Dia selalu setia padamu. Aku iri. Laki-laki bisa saja selingkuh meski istrinya ada, tapi Biru lain. Dia selalu menelpon, minta difotokan makammu."

Randy yang berdiri di belakangnya tak kuasa meneteskan air mata. Pertemuan mereka singkat, tapi duka yang ditinggalkan atas kepergian Langit begitu menetap.

Dari kejauhan terlihat Miki dan Roland berlari membawa buket bunga di tangan mereka. "Nona Biru! Maafkan kami terlambat!" lapor keduanya sambil memberi hormat.

"Aku yakin Langit pasti ketawa ngelihat kalian sekarang," komentar Randy.

"Tentu Nona Biru harus tertawa. Karena ada kabar bagus," lanjut Roland.

"Apa itu, Land?" tanya Sarah.

Miki dan Roland menyimpan buket bunga di sisi tanda makam. "David balik ke Indonesia. Tadi pagi," jawan Roland.

Randy dan Sarah saling menatap. "Biru benar-benar mulai mengibarkan bendera perang kalau sampai David diminta datang ke sini."

Sarah masih mengedipkan matanya. "David itu siapa? Kenapa memang dengan dia?"

"Aku nggak tahu Biru kenal David dari mana. Hanya setahuku dia tinggal lama di Hongkong. Kamu ingat kasus peretasan Bamantara Grouph?"

Sarah mengangguk mendengar penjelasan Randy. Miki dan Roland yang tahu itu hanya diam.

"Pelakunya Biru dan David," jawab Randy.

"Sudah aku duga Biru itu pura-pura bodoh," komentar Sarah.

"Kamu tahu dari mana David datang ke sini?" Randy melirik Roland.

"Biru memintaku menyediakan rumah. Dia bilang temannya akan tinggal di sana. Saat aku mengecek kondisi rumah, David sudah di sana. Dia sangat kaku."

Miki mengangguk-angguk. "Makanya kami aneh, bagaimana bisa dia akrab dengan Biru. Dia jarang bicara dan terlihat menakutkan. Hanya saja, ia terlihat lebih keren dari pada Bang Roni," tambah Miki.

"Dia benar-benar melakukan banyak cara untuk membalaskan kematianmu, La. Dia sangat mencintaimu."

Sarah mengingat sesuatu. Ia tunjukan sebuah foto. "Lihat! Minara kemarin bisa melipat origami burung. Dia cerdas seperti Biru. Dia cantik sekali, ya? Seperti kamu. Aku juga rindu dengan Ara. Ingin cepat Biru membawanya ke sini," ucap Sarah.

"Tentu saja, La. Minara harus cepat dibawa ke Bandung dan diasuh Bu Fitri. Kalau nggak, dia akan seaneh Biru nanti. Orang bilang darah lebih kental dari air. Hanya karena darah saja bisa mirip apalagi ditambah pengasuhannya. Aku nggak bisa bayangkan Minara versi Biru," kelakar Randy.

"Maksudmu Minara bakalan nguras kolam besar dan mindahin ikannya ke tempat tidur ibu tirinya?" tanya Roland sambil tertawa.

"Hanya kali ini korbannya bukan Tantri De Sorry, tapi Nila kembaran mujair," timpal Randy.

"Aku nggak sabar menunggu saat-saat itu. Melihat Nila Marga menderita setiap hari. Oleh Biru juga duplikatnya."

🌱🌱🌱

Bride Of The Heir (Mr. Tajir Jatuh Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang